Narasi

Islam Melawan Provokasi atau al-Tahrisy dalam Keseharian

Era merebaknya wabah pandemi Corona melahirkan beragam provokasi di masyarakat. Hal tersebut menjadikan kepanikan di kalangan masyarakat. Terutama mereka yang menjadi korban virus ini. Provokasi ini bisa saja menjadikan korban tidak diterima di masyarakat seperti upaya penggagalan penguburan di Ambarawa Semarang yang beraakhir dengan pemidanaan atas pelaku utamanya. Upaya tersebut merupakan peristiwa yang tidak harus terjadi apalagi yang akan di makamkan adalah mereka yang menjadi garda depan dalam penanganan covid-19.

Data di atas menunjukkan keprihatikan di kalangan masyarakat dan seluruh komponen bangsa Indonesia. Hal tersebut menjadikan persaudaraan di dalam kehidupan keseharian menjadi hilang dan lenyap. Sehingga dalam  keseharian yang ada hanya adu domba dan perpecahan. Hal inilah harus ditindak untuk menuju persatuan di antara komponen bangsa dan kehudupan berjalan normal dan baik kembali.

Al-Tahrisy Istilah Bermakna Provokasi dalam Hadis

Provokasi dalam ajaran Islam dapat dilihar dalam Hadis. Hal tersebut terlihat dalam Hadis yang Diriwayatkan Imam Muslim 2182. Provokasi atau al-Tahrisy merupakan perbuatan setan. Dalam Hadis tersebut hanya setanlah yang melakukan kegiatan al-tahrisy atau provokasi. Selain itu, upaya tersebut juga dapat membuat seorang suami isteri berpisah dan bahkan persaudaraan sesama ummat Islam dan sesama ummat manusua lainnya.

Istilah di atas asalah bahasa hadis sebagaimana disebut di atas yang dikenal dengan al-tahrisy. Istilah tersebut menurut al-Baghawi dalam kitab Syarh al-Sunnah dikenal dengan sebuah upaya saling memecah belah di antara manusia satu dengan lain seperti bertengkar dan berbuat kasar. Atau dalam kaca mata Ibn Asir dikenal dengan memancing perrengkaran antara satu orang dengan orang lainnya. Hal tersebut terlihat dalam  Jami’ al-Ushul.

Baca Juga : Provokasi dan Terapi Penyakit Hati di Masa Pandemi

Istilah al-tahrisy di atas sepadan dengan namimah atau adu domba. Hal tersebut dingkapkan Ibn Kasir dalam kitabnya yang  menyatakan bahwa salah satu bagian dari provokasi adalah namimah. Padahal namimah ini sangat jelas dalam QS. Al-Qalam (68): 10-11 hukumnya adalah haram. Bahkan dalam hadis lain disebut juga dengan kalimat tidak akan masuk surga orang yang suka nammam (mengadu domba). Hal tersebut dalam Kitab Sahih Bukhari 105. Bahkan dalam sejarah kehidupan Nabi saw. pernah mendapati orang yang mendapat siksa kubur karena di dunia suka melakukan nammam salah satunya (Bukhari Muslim).

Hadis di atas merupakan penjelasan Nabi saw. atas perilaku yang tidak baik dan harus ditinggalkan oleh ummat Islam. Islam mengajak kepada persaudaraan sejati antara manusia satu dengan lain atau seluruh alam semesta.

Persaudaraan Sejati Menjauhi Provokasi dan Adu Domba

Islam sebagaimana diajarkan Nabi saw.  sebagaimana dalam Q.S. al-Anfal (8): 1. adalah sebagai agama  penyeru kesatuan. Sehingga upaya provokasi di tengah wabah penyakit harus segera ditindak oleh pihak yang berwenang. Provokasi yang ada cenderung menjadi bagian dari adu domba antar komponen masyarakat dan tentunya permusuhan yang akan terjadi dan selanjutnya masyarakat yang dirugikan.

Kerugian bisa saja materi bahkan jiwa. Hal inilah yang menjadikan Islam melarang provokasi dan adu domba yang menjadi ķunci sukses dalam pandemi ini adalah bersatu dengan melawan provokasi dan adu domba. Ragam bentuk provokasi baik lewat media sosial dan maupun dalam tindakan di lapangan harus ditinggalkan jauh. Semangat persaudaraan sesama umat manusia harus di kedepankan.

Upaya persatuan yang sudah terekam kuat sebagaimana dalam Pancasila harus tetap terjaga dengan baik. Hal tersebut menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat Indonesia di masa Pandemi Covid-19. Tantangan yang ada ini sebenarnya akibat kepanikan yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut terutama untuk menjadi sehat dan tidak terkena wabah yang mematikan ini. Hanya saja ketakutan tersebut tidak beralasan khususnya atas penolakan jasad yang meninggal akibat covid-19. Sehingga, penjelasan medis menjadi bagia  untuk memberi penverahan di masyarakat.

Akhirnya, masyarakat haeya tahu juga cara melakukan proses di dalamnya baik di awal maupun sampai akhir. Melalui ajaran Islam, baik Alquran maupun Hadis, provokasi harus ditinggalkan di antara ummat Islam dan seluruh komponen bangsa. Hal tersebut juga dibuktikan kebersamaan di antara komponen bangsa Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat penuh dan mampu juga memberantas provokasi yang ingin mengganti ideologi bangsa. Akhirnya, Pancasila sampai sekarang sebagai perekat seluruh kompenen bangsa.

This post was last modified on 16 April 2020 3:42 PM

Muhammad Alfatih Suryadilaga

Recent Posts

Pesantren, Moderasi, dan Sindikat Pembunuhan Jati Diri

Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga penjaga moralitas dan peradaban. Dari masa perjuangan…

20 jam ago

Dari Khilafah ke Psywar; Pergeseran Propaganda ISIS yang Harus Diwaspadai

Gelombang propaganda kelompok teror ISIS tampaknya belum benar-benar surut. Meski kekuasaan teritorial mereka di Suriah…

20 jam ago

Framing Jahat Media terhdap Pesantren : Upaya Adu Domba dan Melemahkan Karakter Islam Nusantara

Islam di Indonesia, yang sering kali disebut sebagai Islam Nusantara, memiliki ciri khas yang sangat…

21 jam ago

Dari Ilusi ke Radikalisasi : Bedah Narasi Khilafah dalam Gerakan Terorisme – Jurnal Jalan Damai Vol. 1. No. 7 September 2025

Salam Damai, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Jalan…

3 minggu ago

Islam di Ruang Publik: Syariat Formal atau Kebebasan Beragama?

Perdebatan mengenai posisi agama dalam kehidupan bernegara selalu menjadi isu yang tak pernah habis di…

3 minggu ago

Hierarki Nilai Al-Qur’an: Upaya Menjaga Marwah Teks dan Urgensi Konteks

Dalih bahwa teks adalah landasan moral agama yang dibawakan tradisi keagamaan puritan tidak sepenuhnya salah.…

3 minggu ago