Narasi

Uzlah dari Provokasi di Tengah Pandemi Corona

Penyebaran virus corona sampai hari ini belum menunjukkan penurunan. Angkanya terus saja naik seiring dengan semakin bertambahnya jumlah korban virus corona. Secara umum, sebagaimana dilansir Kompas.com, per tanggal 15 April 2020, jumlah kasus virus corona atau Covid-19 telah mencapai 1.991.275 kasus di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 467.074 pasien telah dinyatakan sembuh. Namun, jumlah korban jiwa telah mencapai 125.951.

Adapun di Indonesia, kasus positif Covid-19 bertambah 282 kasus baru. Sehingga, jumlah kasus positif totalnya ada 4.839 kasus. Sementara, angka pasien yang dinyatakan telah sembuh juga mengalami penambahan sebanyak 46 pasien, sehingga jumlah pasien yang sudah sembuh kini menjadi 426 pasien. Namun, angka kematian akibat virus corona juga mengalami penambahan sebanyak 60 orang, sehingga totalnya ada 459 pasien.

Di tengah pandemi corona yang terus menyebar, banyak masyarakat yang turut menunjukkan keprihatinannya. Mereka ini, selain mengikuti anjuran pemerintah, juga bahu-membahu menyalurkan bantuannya berupa materi dan lainnya. Mereka prihatin terhadap nasib masyarakat lainnya yang turut terdampak corona sehingga tidak memiliki akses penghasilan serta tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemerintah juga turut menyalurkan bantuan guna meminimalisir dampak negatif dari adanya persebaran Covid-19 ini.

Sayangnya, ditengah pemerintah dan sebagian masyarakat saling bahu-membahu mencari solusi mengatasi corona dengan segala dampaknya, masih ada oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Mereka memanfaatkan situasi untuk menyebar provokasi yang tidak mendasar. Provokasi itu disebarkan lewat jejaring medsos, maupun secara langsung. Arah provokasi tersebut bermacam-macam, ada yang sifatnya membuat kecemasan masyarakat, ada yang ujung-ujungnya menyalahkan pemerintah, bahkan masih ada yang ‘jualan’ isu khilafah di tengah situasi seperti ini.

Baca Juga : Provokasi dan Terapi Penyakit Hati di Masa Pandemi

Ragam provokasi tersebut bukannya membuat situasi tambah teduh, tetapi justru semakin gaduh. Provokasi tersebut juga tidak menjadi solusi untuk mengatasi persoalan corona, tetapi semakin menambah masalah. Inilah yang tidak disadari oleh penyebar provokasi, atau malah mereka memang ‘sengaja’ memancing situasi.

Uzlah dari Provokasi

Ditengah ragam provokasi yang bermunculan, sikap paling bijak adalah menjaga jarak dari provokasi tersebut. Menjaga jarak bisa dilakukan dengan cara isolasi diri sebagaimana yang sedang digalakkan pemerintah saat ini. Namun, isolasi diri disini harus didasari dengan kesungguhan dan ada upaya mengambil nilai positif di dalamnya. Di dalam bahasa agama, cara isolasi seperti ini lazim disebut dengan uzlah.

Sebagaimana diuraikan Muhammad Tamam, 2020, secara  harfiah, uzlah adalah mengasingkan atau menarik diri dari keramaian. Tujuannya adalah berusaha untuk menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan dan memfokuskannya dengan berbagai amalan ibadah guna lebih dekat dengan Sang Pencipta. Tradisi uzlah ini sejatinya sudah ada sejak zaman para nabi terdahulu, terutama yang dikisahkan Al-Qur’an seperti uzlah-nya Nabi Ibrahim, Ashabul Kahfi, atau Nabi Musa As.

Dalam Q.S Maryam : 48, para ulama tafsir menjelaskan, ketika kaumnya terus menolak dan merendahkan Nabi Ibrahim As, bahkan terang-terangan menyembah berhala, Nabi Ibrahim As beruzlah dan menarik diri. Allah pun memelihara nabi-Nya dari kejahatan mereka, dan membalasanya dengan balasan yang besar, serta menganugerahinya dengan karunia turunan yang saleh.

Tradisi uzlah juga dilakukan oleh sejumlah laki-laki yang dikenal dengan Ash-habul Kahfi. Kisah mereka diabadikan di dalam Q.S Al-Kahfi : 16. Riwayat meyebutkan, mereka tidak menyukai tingkah laku para pelaku kebatilan. Oleh karenanya, mereka berlari dari fitnah kekufuran dan kemusyrikan, di mana berhala-berhala yang tidak berdaya disembah dan dipertuhan. Kemudian, Allah memalingkan dan menolak kezaliman yang akan menimpa mereka, serta mengabadikan kisah mereka di tengah orang-orang saleh.

Tak hanya itu, aktivitas uzlah juga pernah dilakukan Rasulullah Saw di Gua Hira. Hal itu dilakukan selama beberapa malam hingga turun wahyu pertama.

Adapun uzlah ditengah situasi saat ini, bisa diarahkan untuk tidak sekedar menyibukkan diri dengan memperbanyak ibadah di rumah, tetapi juga dengan menghindar dari ragam provokasi yang muncul. Menghindar disini bukan karena tidak peduli, tetapi untuk menjaga agar tidak terhasut oleh provokasi tersebut. Dengan demikian, bisa tetap berfikir jernih dan senantiasa mencari solusi mengatasi dampak dari corona. Uzlah dari provokasi ditengah pandemi corona sangat dibutuhkan guna menjaga stabilitas. Jika roda keseharian bisa berjalan dengan stabil, kehidupan berbangsa dan bernegara akan terkendali dengan baik. Dengan begitu, harapan untuk terbebas dari virus corona akan menemukan jalannya.

This post was last modified on 16 April 2020 1:13 PM

Fatkhul Anas

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

12 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

12 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

12 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

12 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago