Bangunan persatuan antar suku, agama, ras budaya dan kelompok di Indonesia tidak lepas dari ajaran Islam. Agama Islam, yang dianut mayoritas penduduk Indonesia selalu mengajarkan mengenai persatuan dan kesatuan antar sesama manusia. Ketika rasulullah berinteraksi dengan sesama manusia yang berbeda suku, agama, budaya, dan kelompok, beliau selalu mengedepankan kasih sayang, kesantunan, perdamaian, dan persatuan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang tertuang dalam surat Al-Anbiya’ 107 yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Pesan rahmatan lil ‘alamin dari Allah tersebut diimplementasikan oleh rasulullah, yang secara konkrit dituangkan dalam Piagam Madinah dan diamalkan melalui kegiatan sehari-hari.
Semangat persatuan tersebut saat ini dapat diimplementasikan di manapun dan kapanpun umat Islam berada. Di Indonesia, semangat persatuan yang diajarkan oleh Islam telah merasuk ke tubuh para pejuang Indonesia, sehingga mereka meneruskan trend positif dalam membangun dan mengukuhkan persatuan seperti yang pernah diperjuangkan oleh rasulullah.
Namun kini persatuan di Indonesia telah diusik oleh oknum-oknum yang munafik terhadap dirinya sendiri. Mereka menebar isu-isu kontradiktif dan provokatif kepada khalayak masyarakat, dengan tujuan agar antar sesama mereka saling menumbuhkan dendam, menuding dan melempar kesalahan, mengklaim kafir, mengklaim murtad, mengklaim bodoh, dan lain sebagainya. Isu provokatif tersebut pada kenyataannya seringkali direspon secara serius oleh sebagian masyarakat Indonesia, yang kemudian memunculkan sikap sinis terhadap sesamanya.
Problem sosial seperti ini dapat dinisiasi oleh kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai proses di Indonesia, baik dalam hal politik, agama, budaya, maupun ekonomi. Kelompok radikal terorisme dalam hal ini menjadi icon provokator dalam menebarkan isu provokatif untuk mengusik dan bahkan memecah belah persatuan Indonesia. Gerakan simbolik yang mengatasnamakan Islam tidak lagi menampakkan wajah Islam yang ramah seperti yang diajarkan rasulullah. Gerakan mereka telah tertutupi ideologi radikalnya yang dapat mengusung para pelaku teroris di Indonesia.
Dalam tataran inilah Islam rahmatan lil ‘alamin harus dikuatkan untuk mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Persatuan di Indonesia bukan saja ajaran Islam, namun juga menjadi prinsip utama bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan. Sila ketiga dari Pancasila merupakan bukti konkrit dari cita-cita para pahlawan kita dulu untuk membangun dan melestarikan kehidupan yang menjunjung tinggi persatuan.
Manusia sebagai Aktor Rahmatan Lil ‘Alamin
Aktor Islam rahmatan lil ‘alamin dalam surat al-Anbiya’ 107 adalah rasul Muhammad Saw. Sedangkan posisi kita saat ini adalah generasi penerus perjuangan rasulullah dalam mengimplementasikan Islam rahmatan lil ‘alamin. Jadi, aktor Islam rahmatan lil ‘alamin pada saat ini adalah umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.
Aktor merupakan pelaku utama dalam hal-hal tertentu sesuai dengan ranahnya. Dalam ranah ini, aktor merupakan pelaku utama dalam menunjukkan konsepsi Islam rahmatan lil ‘alamin secara nyata. Jadi manusia dalam hal ini ialah aktor pemikir sekaligus pelaksana utama, ia merupakan satu-satunya makhluk Allah yang dibekali kemampuan lebih untuk menjadi aktor.
Mengukuhkan Persatuan
Peran aktor dalam mengaktualisasikan Islam rahmatan lil ‘alamin sangat dibutuhkan, karena dengan aktor-aktor yang handal, sebuah konsepsi Islam rahmat dapat diaktualisasikan dalam mengukuhkan persatuan bangsa Indonesia. Kukuhnya persatuan di Indonesia sangat tergantung dengan bagaimana aktor mengaktualisasikan Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia.
Dalam mengukuhkan persatuan di Indonesia, aktor-aktor ini harus menunjukkan prinsip-prinsip yang jelas, yaitu prinsip keterbukaan, dialog, toleransi, saling menghormati, jujur, adil, cinta tanah air, demokratis, dan tanggung jawab. Prinsip-prinsip tersebut dapat mewakili Islam rahmatan lil’alamin, sehingga kehidupan penduduk di Indonesia tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu kontradiktif dan provokatif.
Oleh karena itu, wujud persatuan dan kesatuan di Indonesia dapat melebarkan sayapnya dalam berbagai ranah, baik politik, agama, budaya, maupun ekonomi. Dengan harapan, persatuan dan kesatuan di Indonesia dapat kukuh ditegakkan bersama oleh umat Islam khususnya, dan umumnya oleh seluruh masyarakat Indonesia.
This post was last modified on 18 Juni 2017 2:08 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…