Faktual

Jangankan Politik, Lato-lato Pun Terkena Politik Identitas

Mainan dua bandul bernama lato-lato memang mendadak populer di tengah masyarakat Indonesia. Lato-lato atau clackers ball menjadi mainan yang diburu anak-anak di pedesaan dan perkotaan. Tidak hanya itu, banyak isu yang berkembang di media sosial dari bahaya permainan ini hingga persoalan teori konspirasi.

Memang permainan ini menjadi populer akibat media sosial. Namun, kali ini banyak beredar di media sosial terkait teori konspirasi permainan lato-lato yang dibaikan melalui Whatsapp, facebook, twitter dan platform lainnya.

Kabar terbaru, lato-lato dengan bentuk segitiga dianggap sebagai bagian dari desain illuminati. Bahkan, konon nama lato-lato sendiri dianggap turunan dari Bahasa Ibrani (Yahudi) yang berarti “aku Yahudi”.

Banyak pesan berantai di media sosial yang mengingatkan orang tua tentang bahaya permainan lato-lato. Mereka menuding popularitas lato-lato terkait dengan desain memperkenalkan budaya Yahudi di tengah masyarakat muslim.

Berbagai penelusuran anti-hoax telah menegaskan bahwa arti lato-lato yang sama padanan katanya di Bahasa Ibrani berarti pelan-pelan. Kabar yang tersebar tentang arti lato-lato dengan arti aku Yahudi atau pun konspirasi lainnya adalah kabar bohong.

Fakta ini memperlihatkan bagaimana sejatinya hal yang populer di tengah masyarakat bisa ditunggangi dengan isu politik identitas. Mengaitkan permainan ini dengan sentiment keagamaan adalah pola pikir mempolitisasi agama hanya untuk mengajak masyarakat untuk membenci berdasarkan perbedaan identitas.

Politisasi agama dengan mengambil isu tertentu di tengah masyarakat memang sangat efektif. Masyarakat terkadang memang tidak memperhatikan dan membandingkan konten. Mereka asal percaya dan meneruskan pesan berantai yang berisi kebohongan.

Momen kontestasi politik tahun depan akan ramai menjadi tunggangan politik identitas. Narasi politisasi agama akan bertebaran secara masif di media sosial. Mereka akan memanfaatkan emosi keagamaan masyarakat untuk melancarkan kepentingan politiknya. Masyarakat dengan narasi agama akan mudah percaya tanpa harus memeriksa lebih lanjut.

Jangankan persoalan politik yang menuntut kontestasi tinggi, lato-lato saja di tengah masyarakat masih terkena politik identitas. Sangat berbahaya pola pikir masyarakat yang terus meneruskan memanfaatkan politik identitas sebagai alat dagangan.

Agama dibingkai untuk membelah manusia berdasarkan kebencian terhadap yang berbeda. Berbeda agama dan keyakinan berarti harus berbeda pilihan pemimpin, berbeda pilihan tempat tinggal, dan bahkan berbeda pilihan permainan. Anak-anak didoktrin untuk tidak memainkan dan menggunakan sesuatu yang sejatinya tidak ada kaitannya dengan agama dan keyakinan.

Lato-lato yang dibingkai dalam teori konspirasi dan politik identitas adalah cerminan masyarakat kita yang dengan mudah memanfaatkan politik identitas untuk menakut-nakuti yang berbeda. Di sisi lain, masyarakat juga mudah percaya dan terperangkap dengan isu berbau agama ini.

Memang lato-lato berpotensi berbahaya bagi anak-anak karena banyak kejadian yang dishare di media sosial akibat permainan ini. Namun, mencegah anak-anak bermain lato-lato karena alasan politisasi agama sangat berbahaya dan menyempitkan pola pikir anak.

This post was last modified on 11 Januari 2023 2:16 PM

Farhah Sholihah

Recent Posts

Tepo Seliro: Mengeja Cinta dengan Kearifan Budaya

Di tengah gejolak global yang ditandai oleh polarisasi ideologis dan sentimen sektarian yang semakin keras,…

10 jam ago

Strategi Mendekatkan Ajaran Agama Cinta dengan Generasi Muda

Di tengah pesatnya arus globalisasi dan digitalisasi, generasi muda saat ini hidup dalam era yang…

10 jam ago

Asmaul Husna Cinta; Menafsirkan Konsep Mahabbah dalam Konteks Nusantara

Di dalam Islam, Tuhan (Allah) memiliki 99 nama untuk merepresentasikan sifat-sifat-Nya. Itulah yang disebut Asmaul…

10 jam ago

Radikalisasi di Balik Meja Kerja: Menjaga Birokrasi dari Ideologi Ekstrem

Penangkapan dua aparatur sipil negara (ASN) di Banda Aceh oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror…

2 hari ago

Fathu Makkah; Seni Mencintai Saat Ada Ribuan Alasan untuk Membenci

Menurut sebagian Muslim, Fathu Makkah dilihat sebagai upaya hegemoni ofensif oleh umat Islam di daerah…

2 hari ago

Kidung Cinta Walisongo untuk Generasi Muda

Walisongo adalah tokoh-tokoh besar yang tidak hanya dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa, tetapi…

2 hari ago