Narasi

Jihad Ramadhan; Tingkatkan Kualitas Ibadah untuk Peduli Sesama

Bulan suci Ramadhan adalah momentum yang tepat bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan ibadah, bermuhasabah, merefleksikan diri serta terus berusaha memperbaiki kekeliruan kesalahan yang telah diperbuat, disengaja  ataupun tidak. Bulan Ramadhan merupakan bulan pembakaran hawa nafsu. Mari bersama-sama berlatih dan mengemblleng diri untuk berjihat  mengalahkan hawa nafsu kita sendiri.

Selaras dengan itu, bulan Ramadhan merupakan Syahrul Quran. Marilah kita memperbanyak membaca sekaligus meningkatkan kualitas perenungan makna dan kandungannya. Membaca saja tidak cukup, kita harus belajar untuk terus merenungkan kandungan dan makna al-Quran agar kita tidak jatuh ke dalam pemahaman yang salah.

Inilah yang seharusnya di titik tekankan dalam bulan suci Ramadhan sekarang ini, bahwa kita harus jihad terhadap diri kita terlebih dahulu, agar bisa mengoptimalkan kualitas keimanan kita masing-masing. Kemudian dibarengi dengan perenungan bagaimana kandungan al-Quran yang benar. Yaitu bahwa sejatinya apa yang diajarkan oleh kitab suci al-Quran adalah sebuah perdamaian, tidak ada permusuhan di dalamnya.

Bulan Ramadhan merupakan syahrul judd, bulan kedermawanan. Marilah kita mengasah sensitivitas kita dengan jalan menyisihkan sebagaimana harta yang kita punya untuk kita bagikan, kita sedekahkan kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu. Untuk mari kita tingkatkan jalinan persaudaraan dengan jalan saling menghormati, baik antar sesama maupun dengan yang berbeda. Hindari dan hentikan caci maki. Hindari dan hentikan saling menghujat di media sosial. Hindari dan hentikan saling mengolok-olok dan membenci. Mari hormati perbedaan dan junjung tinggi persaudaraan.

Penguatan tentang persaudaraan itu juga salah satu jihad di bulan Ramadhan. Karena berusaha saling membingkai kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Kita diajak bagaimana mengoptimalkan sosialisasi dengan baik, yang kemudian akan bisa mengembangkan pentingnya kebersamaan yang mendamaikan. Pun dengan begitu akan selalu terjaga sosialisasi dan komunikasi yang saling mendukung untuk menjaga kebersamaan dalam berbangsa.

Hal ini mengindikasikan, bahwa jihad tidak identik dengan kekerasan dan perang, tapi jihad bisa dilakukan di berbagai lini kehidupan demi mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian bangsa. Sebagaimana bulan Ramadhan sekarang ini, berjihad di jalan kemanusiaan menjadi pilihan terbaik umat muslim, terutama muslim Indonesia yang hidup bersama dengan umat agama lain.

Unsur positif ini seharusnya dijadikan landasan utama bagi seluruh masyarakat, khususnya Indonesia yang notabene mayoritas masyarakat muslim. Sebagaimana yang dikatakan oleh ketua ikatan DAI Indonesia, yang mengatakan, jihad itu jangan dikonotasikan dengan perang dan kekerasan. Jihad harus dilakukan sesuai konteksnya. Al-Quran menyebut bahwa jihad baiknya dilakukan dengan harta dulu, misalnya mengentaskan kemiskinan, itu salah satu bentuk jihad. Dan menolong orang-orang yang tertindas juga bagian dari jihad.

Menjaga Kerukunan di Bulan Ramadhan

Sejatinya masyarakat yang rukun satu sama lain adalah bentuk jihad damai. Dan sudah seharusnya konsep ini diterapkan dalam bulan suci sekarang. Sebab, dengan begitu seseorang akan menemukan jalan kebersamaan untuk membingkai kerukunan dalam beragama. Saling menghormati agama lain akan menjadi corak utama dalam hidup berdampingan.

Kita seharusnya memahami dengan betul bahwa kita memiliki konsep perdamaian yang sangat sakral, yaitu Pancasila. Di sini terbingkai dengan jelas bagaimana kita harus saling berjihad dalam menghargai perbedaan, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Ini merujuk bahwa banyak agama di Indonesia, dan dari situ konsep ini mengajak seluruh jajaran masyarakat agar saling mengutamakan toleransi. Dengan kata lain, jihad damai yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah menghormati dan menghargai agama yang dianut oleh agama lain.

Damai itu Indonesia, itulah yang harusnya senantiasa dipegang dalam bersosialisasi dalam kehidupan yang penuh keragaman ini. Bangun perdamaian setiap hari, agar bisa membingkai perdamaian yang sebenarnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gus Dur bahwa tidak penting agamamu apa, ketika kamu sudah bisa menghormati orang lain, berbuat baik kepada orang lain, orang tidak akan menanyakan agamamu apa.

Dari situ dapat kita pahami, persaudaraan itu indah. Dan sudah seharusnya konsep perdamaian senantiasa disuarakan bersama. Agar kita bisa bersatu untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia untuk sekarang dan generasi yang akan datang.

This post was last modified on 16 April 2021 2:40 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Agama Sumbu Pendek; Habitus Keagamaan yang Harus Diperangi!

Indonesia dikenal sebagai negara religius. Mayoritas penduduknya mengaku beragama dan menjalankan ajaran agama dalam kehidupan…

1 jam ago

Evaluasi Kebebasan Beragama di Indonesia 2025

Kebijakan presiden Joko Widodo dalam memerangi aksi ekstremisme dan ideologi radikal terorisme pada 2020 pernah…

2 jam ago

Jangan Membenturkan Kesadaran Nasional dengan Kesadaran Beragama

Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, narasi yang mencoba membenturkan antara kesadaran nasional dan kesadaran…

2 jam ago

Dialektika dan Titik Temu Nasionalisme dan Ukhuwah

Indonesia, sebuah panggung peradaban yang tak henti menyuguhkan lakon dialektis antara partikularitas dan universalitas, adalah…

2 jam ago

Nasionalisme, Ukhuwah Islamiah, dan Cacat Pikir Kelompok Radikal-Teror

Tanggal 20 Mei berlalu begitu saja dan siapa yang ingat ihwal Hari Kebangkitan Nasional? Saya…

1 hari ago

Ironi Masyarakat Paling Religius: Menimbang Ulang Makna Religiusitas di Indonesia

Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling religius di dunia menurut dua lembaga besar seperti CEOWORLD…

1 hari ago