Faktual

Kepala BNPT Dorong Generasi Muda Menjadi Agen Perdamaian; Bagaimana Caranya?

Dalam sambutannya di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri di Jawa Timur (10/10/2023) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza Dahniel mengajak generasi muda untuk terus menyuarakan perdamaian demi memelihara harmoni dan kerukunan di Indonesia. Menurutnya, generasi muda memiliki peluang, kesempatan dan potensi besar untuk menyebarkan perdamaian dan toleransi. Selain unggul secara populasi, generasi muda juga memiliki ragam kreativitas yang dapat menunjang penyebaran narasi damai secara lebih efektif.

Caranya: Jadilah Duta Damai di Medsos

Di era digital, medsos telah menjadi platform utama untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan terhubung dengan orang lain. Namun, sayangnya, medsos juga telah digunakan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi mereka. Oleh karena itu, anak muda, sebagai pengguna utama dan terbanyak media sosial (medsos), harus mengambil peran penting dalam menangkal infiltrasi radikalisme yang ada di medsos.

Laporan Statista mencatat, pengguna medsos di Indonesia paling banyak yakni berusia 25-34 tahun. Rinciannya, pengguna laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 20,6% dan 14,8%. Posisi selanjutnya yakni pengguna berusia 18-24 tahun.  Rinciannya, pengguna laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 16,1% dan 14,2%. Jumlah pengguna medsos paling sedikit yakni berusia 55-64 tahun. Kemudian usia 65 tahun ke atas (Databoks, 2020).

Anak muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam menangkal radikalisme di medsos. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara menggunakan dan memfungsikan medsos daripada generasi sebelumnya.

Sebagai pengguna aktif, anak muda memiliki kekuatan untuk memahami dan mengidentifikasi konten yang bermuatan radikal. Mereka dapat memainkan peran penting dalam melaporkan konten berbahaya ini kepada otoritas yang berwenang atau platform media sosial yang bersangkutan.

Selain itu, anak muda juga dapat berperan sebagai edukator. Mereka dapat menggunakan medsos sebagai sarana untuk mengedukasi teman-teman mereka tentang bahaya radikalisme dan cara mengidentifikasinya.

Dengan membagikan informasi yang kredibel dan akurat, anak muda dapat membantu orang lain memahami konsekuensi dari terlibat dalam aktivitas radikalisme. Anak muda juga dapat mengorganisir kampanye edukasi tentang anti-radikalisme di medsos untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Cara berkomunikasi di medsos dapat memengaruhi penyebaran ideologi radikal. Oleh karena itu, anak muda perlu mempraktikkan komunikasi yang bijaksana dan toleran di platform ini. Mereka harus menjadi contoh bagi orang lain dengan mempromosikan dialog yang sehat dan konstruktif-edukatif.

Dengan cara itu, mereka dapat membantu mengurangi ketegangan dan konflik di medsos yang dapat memicu radikalisme. Selain itu, anak muda juga dapat mengambil inisiatif dalam mendukung program-program pencegahan radikalisme yang ada. Mereka dapat menjadi relawan atau anggota aktif dalam organisasi-organisasi yang bekerja untuk mencegah radikalisme-ekstremisme.

Dengan melibatkan diri dalam kegiatan semacam itu, anak muda dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam melindungi masyarakat dari bahaya radikalisme di medsos. Lebih lanjut, anak muda juga harus mampu membangun kolaborasi (kerja sama dengan pemerintah atau pihak yang berwenang.

Dengan bekerja sama dengan pemerintah, anak muda punya kesempatan besar mengembangkan program-program pencegahan radikalisme yang lebih efektif. Sebab, menangkal infiltrasi radikalisme di medsos bukanlah tugas yang mudah. Menangkal infiltrasi radikalisme di medsos adalah tantangan yang kompleks dan memerlukan upaya berkelanjutan dari semua pihak.

Anak muda harus tetap waspada dan terus belajar tentang cara mengidentifikasi dan melawan radikalisme.

Mereka juga harus menjaga integritas mereka sendiri dan tidak terpengaruh oleh ideologi radikal. Peran anak muda dalam menetralisir infiltrasi radikalisme di medsos sangat penting. Mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan melawan konten radikal, serta dapat berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Dengan edukasi, kolaborasi, dan komitmen yang kuat, anak muda dapat membantu menciptakan medsos yang lebih aman dan toleran, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di dunia maya dan dunia nyata secara keseluruhan dan berkelanjutan.

This post was last modified on 14 Oktober 2023 7:17 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

23 menit ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

1 jam ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

1 jam ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

1 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

1 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

1 hari ago