Narasi

Ketika Masjid Menjadi Corong Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momen penting dalam perjalanan sejarah negara ini. Momen itu menjadi penanda peralihan dari masa penjajahan menuju kehidupan bernegara yang lebih beradab dengan asa sebagai bangsa yang berdaulat.

Momen kemerdekaan menjadi kebahagian rakyat. Tidak mengherankan, Proklamasi tersebut disiarkan secara langsung melalui media masa seperti radio dan mulai menyebar ke Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Selain itu, penyebaran informasi dari mulut ke mulut juga gencar dilakukan. Cara yang cukup unik dan efektif justru dilakukan warga Kota Semarang.

Masjid Agung Semarang yang terletak di Kauman, menjadi salah satu masjid yang digunakan untuk mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka. Masjid ini menjadi satu-satunya yang di pergunakan untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, tak lama setelah teks proklamasi dibacakan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00.

Ialah Dr. Agus yang berinisiatif mengumumkan kemerdekaan di mimbar khotbah Jumat tepat pada pukul 11.00. Dia mengumumkan kemerdekaan dengan lantang membuat para jamaah shalat Jumat merasakan kebahagiaan karena kebebasan dari penjajahan yang telah dirasakan setelah bertahun-tahun lamanya.

Namun sayangnya, keberanian Dr. agus harus dibayar mahal, karena aksinya tersebut membuat para tentara Jepang merasa marah dan mengejarnya, hingga membuatnya harus melarikan diri ke Jakarta, hingga iapun dikabarkan meninggal dalam pelariannya.

Presiden Soekarno yang mengetahui aksi  Dr. Agus tersebut, menyempatkan diri untuk bertolak ke Masjid Kauman sebagai wujud penghargaan atas apa yang dilakukannya di masjid tersebut. Tepat pada tahun 1952, Presiden Soekarno menyempatkan diri untuk berpidato dan mengucapkan rasa terimakasihya terhadap apa yang dilakukan Dr. agus kala itu di hadapan para jamaah saat beliau menunaikan ibadah salat Jumat.

Masjid untuk Memerdekakan

Menilik dari apa yang dilakukan oleh dokter Agus, harusnya kita dapat memahami bahwa di jaman Indonesia terjajah, masjid merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan perjuangan dan mengumandangkan berita gembira dan juga mempererat persatuan bangsa. Masjid adalah rumah berkumpul umat untuk memerdekakan bangsanya.

Namun, melihat kondisi sekarang masjid banyak disalahgunakan sebagai sarana ujaran kebencian dan malah di pergunakan untuk menyebarkan isu-isu yang banyak ditunggangi elite politik hanya untuk keuntungannya maupun golongan dan tanpa berfikir apa yang dilakukannya banyak memecahbelah bangsa Indonesia. Masjid bukan untuk memerdekan dan mempersatukan justru menjadi tempat menebar pecah belah.

Karena itulah, selain tempat ibadah, masjid harusnya dijadikan sebagai tempat penyebaran narasi perdamaian dan persatuan, bukan narasi kebencian yang dapat memecah belah umat. Sudah seharusnya, para pemuka agama menyampaikan pesan yang mampu membuat masyarakat merasa aman dan terlindungi, selain itu masjid seharusnya mampu menjadi alat untuk mencintai agama dan juga negara tempatnya berdiri.

This post was last modified on 19 Agustus 2021 2:58 PM

Rufi Taurisia

Recent Posts

Membentuk Gen Z yang Tidak Hanya Cerdas dan Kritis, Tetapi Juga Cinta Perdamaian

Fenomena beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa Gen Z memiliki energi sosial yang luar biasa. Di…

18 jam ago

Dilema Aktivisme Gen-Z; Antara Empati Ketidakadilan dan Narasi Kekerasan

Aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia di akhir Agustus lalu menginspirasi lahirnya gerakan serupa di…

18 jam ago

Menyelamatkan Gerakan Sosial Gen Z dari Eksploitasi Kaum Radikal

Gen Z, yang dikenal sebagai generasi digital native, kini menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena…

18 jam ago

Mengapa Tidak Ada Trias Politica pada Zaman Nabi?

Di tengah perdebatan tentang sistem pemerintahan yang ideal, seringkali pandangan kita tertuju pada model-model masa…

4 hari ago

Kejawen dan Demokrasi Substantif

Dalam kebudayaan Jawa, demokrasi sebagai substansi sebenarnya sudah dikenal sejak lama, bahkan sebelum istilah “demokrasi”…

4 hari ago

Rekonsiliasi dan Konsolidasi Pasca Demo; Mengeliminasi Penumpang Gelap Demokrasi

Apa yang tersisa pasca demonstrasi berujung kerusuhan di penghujung Agustus lalu? Tidak lain adalah kerugian…

4 hari ago