Radikalisme adalah adalah virus yang bisa mengineksi siapa saja dan di mana saja. Baik di lingkungan keluarga dan bahkan di lingkungan kerja. Artinya, dengan ini bisa dikatakan bahwa radikalisme adalah virus yang tidak mengenal status dan tempat. Siapa pun dan di mana pun sama-sama punya potensi terinfeksi virus mematikan ini. Penangkapan pegawai KAI yang berinisial DE oleh Densus 88 beberapa waktu lalu contoh sederhana bahwa siapa pun dan di mana pun bisa terpapar virus terorisme.
Karena itu, dengan maka menjadi penting bagi setiap kita (pihak perusahaan khususnya) untuk mengenali pola dan infiltrasi radikalisme yang bisa terjadi kepada siapa saja dan di mana saja. Di lingkungan kerja pada khususnya. Berikut ini adalah lima cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengidentifikasi modus radikalisme di tempat kerja guna mencegah terjadinya radikalisasi menyeluruh di sebuah lingkungan kerja.
Pertama, perhatikan perubahan perilaku dan pandangan. Seorang individu yang awalnya moderat bisa tiba-tiba mengalami perubahan signifikan dalam sikap, pandangan politik, atau agama. Jika ada rekan kerja yang tiba-tiba menunjukkan ketertarikan yang kuat pada ideologi ekstrem atau berbicara dengan semangat yang berlebihan tentang isu-isu kontroversial, maka ini bisa menjadi tanda awal adanya modus radikalisme.
Kedua, pantau aktivitas online. Internet telah menjadi media yang penting dalam penyebaran ideologi radikal. Jika seseorang mulai mengirimkan atau membagikan konten-konten ekstremis, propaganda, atau bahkan mengikuti kelompok-kelompok yang dicurigai terlibat dalam aktivitas radikal melalui platform media sosial, maka ini bisa menjadi indikasi kuat seseorang telah terinfeksi atau terpapar virus terorisme.
Ketiga, amati perubahan dalam pola interaksi sosial. Seseorang yang terlibat dalam modus radikalisme mungkin akan mulai menjauh dari teman-teman atau rekan kerja yang tidak sejalan dengan pandangannya. Mereka mungkin juga lebih sering berinteraksi dengan individu-individu yang memiliki pandangan serupa. Perubahan ini dapat memicu keterasingan sosial dan memengaruhi dinamika tim kerja secara keseluruhan.
Keempat, perhatikan peningkatan kecenderungan untuk menggunakan bahasa-bahasa yang ekstrem. Seseorang yang terlibat dalam radikalisme cenderung menggunakan bahasa yang keras, merendahkan, atau bahkan mengancam ketika berbicara tentang isu-isu tertentu. Jika ada anggota tim yang sering menggunakan frasa-frasa provokatif atau bahasa yang meresahkan, ini dapat menunjukkan ada modus dan benih-benih radikalisme yang sedang berkembang dan tumbuh dalam diri seseorang.
Kelima, perhatikan kebiasaan dan pola hidup seseorang. Individu yang terlibat dalam aktivitas radikalisme mungkin mengubah kebiasaan mereka, seperti berpakaian dengan gaya yang lebih ekstrem atau menghadiri pertemuan-pertemuan yang mencurigakan di luar jam kerja. Jika ada rekan kerja yang tiba-tiba mengubah gaya hidupnya tanpa alasan yang jelas, ini perlu diwaspadai sebagai gejala awal seseorang terpapar paham radikal.
Namun demikian, dalam mengenali dan mengidentifikasi radikalisme di lingkungan kerja, penting untuk tetap mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Langkah-langkah pencegahan sebaiknya melibatkan pelibatan manajemen sumber daya manusia dan pihak berwenang yang kompeten. Melalui pendekatan yang cermat dan bijak, modus radikalisme di lingkungan kerja dapat diidentifikasi dan ditangani sebelum menciptakan gangguan yang serius.
This post was last modified on 24 Agustus 2023 2:38 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…