Keagamaan

Makna Perbedaan Dalam Islam

Dalam pandangan Islam, kebangsaan adalah sebuah keniscayaan yang mutlak dan menjadi sunnatullah di muka bumi ini. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang berbeda-beda, dilahirkan dalam konteks budaya dan iklim berbeda pula, sehingga tipe dan karakter manusia tidak akan sama. Namun semua perbedaan itu dimaksudkan tidak lain agar manusia dapat saling belajar dan melengkapi.

Dalam alquran Allah menjelaskan, “Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal dan sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah Swt adalah yang paling bertaqwa.”

Penciptaan yang demikian adalah sebuah ketentuan tuhan yang harus diterima, karena yang demikian itu memiliki makna dan hikmah yang tersembunyi, dan hanya Allah saja yang maha mengetahuinya.

Dalam ayat di atas Allah juga menekankan bahwa perbedaan merupakan pra-kondisi agar manusia dapat saling mengenal, dan itu semua untuk kebaikan manusia. Karena bagi Allah, bukan rupa dan bentuk fisik yang membedakan satu umat dengan umat yang lain, di mata Allah semua hambanya sama, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan, dan yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa.

Saling mengenal antara satu dengan yang lain merupakan sebuah kebaikan yang harus dilakukan, agar antara satu dengan yang lain dapat mengerti dan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dengannya manusia dapat saling melengkapi. Lebih dari itu, hikmah dan pelajaran yang dapat diperoleh dari penciptaan tersebut adalah lahirnya identitas di setiap suku dan bangsa dengan ciri khasnya masing-masing, sehingga hidup akan terasa lebih berwarna dan tidak terpojok pada yang ‘itu-itu saja’.

Seturut dengan ketentuan Allah di atas, maka menghargai perbedaan merupakan sebuah kewajiban, sementara mengangungkan keseragaman dengan membabat habis keberagaman merupakan tindakan yang tidak berdasar dan melawan ketetapan Allah.

Seruan-seruan untuk membangkitkan khilafah dari kubur misalnya, merupakan salah satu contoh sederhana tentang upaya melawan ketetapan Allah. Melalui khilafah, para pemimpi itu ingin meleburkan segala bentuk perbedaan kedalam satu wadah tunggal utopis bernama khilafah.

Mensikapi perbedaan dengan pemberedelan tentu tidak bansa dibenarkan, karena yang lebih penting untuk dilakukan adalah bagaimana menjadikan keanekaragaman itu sebagai sebuah potensi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah pada saat di Madinah Al Munawwarah, di mana beliau menghimpun semua kekuatan dari berbagai suku dan agama dalam satu negara yang dikomandoi oleh Rasulullah, bukan menghapus dan menghilangkan suku dan agama agama yang ada pada saat itu.

Perwujudan Khilafa di tanah air bukanlah solusi untuk membangun dan membangkitkan Islam sebagai agama. Khilafah justru akan meluluhlantahkan tatanan kebangsaan dan kenegaraan yang telah dibangun selama ini, yang pada gilirannya bukan saja akan mencoreng Islam sebagai agama yang rahmatan lil-alamin, tetapi juga akan melemahkan sendi-sendi keagamaan yang telah dibangun oleh semua komponen bangsa selama ini.

 

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Membedah Anatomi Gerakan Gen Z; Membangun Imajinasi Keindonesiaan yang Otentik

Geliat gerakan yang dimotori gen Z di sejumlah negara ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata.…

5 jam ago

Wajah Baru Radikalisasi di Dunia Game

Gen Z lahir dengan dua kewarganegaraan. Indonesian citizenship dan internet citizenship (netizen). Bagi mereka, tidak…

5 jam ago

Gen-Z dan Islam Moderat; Bagaimana Ekologi Media Membentuk Identitas Beragama yang Inklusif?

Hasil survei dari Alvara Institute pada tahun 2022 lalu menyebutkan bahwa agama menjadi salah satu…

6 jam ago

DNA Aktivisme Gen Z: Mengelola Genetik Perubahan Anak Muda

Gelombang aktivisme anak muda, khususnya Generasi Z, semakin menjadi sorotan global. Dari Nepal, Bangladesh, Sri…

1 hari ago

Membaca Ulang Jihad ala Gen Z

Ketika berbicara tentang jihad, kerap kali kita terjebak dalam narasi yang sempit dan reduktif, seolah…

1 hari ago

Dakwah Hibrid ala HTI; Dari Menggaet Influencer ke Adaptasi Budaya Populer

Jika ada pentolan HTI yang patut diacungi jempol lantaran lihai bermanuver, maka nama Felix Shiaw…

1 hari ago