Narasi

Masih Perlukah Penanggulangan Terorisme?

Penanggulangan terorisme telah menjadi prioritas utama di berbagai negara selama beberapa dekade terakhir. Namun, dengan semakin melandainya eskalasi terorisme di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang pada tahun 2023 dinyatakan zero terrorist attack. Dalam konteks di Indonesia, bubarnya Jamaah Islamiyah sebagai sumber dari terorisme awal di negeri ini resmi membubarkan diri. Muncul pertanyaan apakah penanggulangan terorisme masih perlu?

Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terorisme di banyak negara mengalami penurunan yang signifikan. Di Indonesia, tahun 2023 mencatat sejarah dengan tidak adanya serangan terorisme yang dilaporkan. Hal ini menunjukkan efektivitas langkah-langkah penanggulangan yang telah diambil, mulai dari penguatan keamanan, penegakan hukum yang tegas, hingga program deradikalisasi yang komprehensif serta keterlibatan masyarakat sipil dalam melakukan pencegahan.

Di tingkat global, kelompok-kelompok teroris seperti ISIS yang dahulu aktif melakukan kampanye kekerasan secara langsung, kini mulai mengalami penurunan signifikan dalam aktivitas mereka. Banyak anggota mereka yang ditangkap atau terbunuh, sementara ideologi kekerasan yang mereka sebarkan semakin tidak disukai oleh masyarakat luas.

Tantangan Sebenarnya: Gelora Anti Kekerasan dan Membangun Budaya Damai

Meskipun ancaman langsung dari serangan terorisme menurun, tantangan sebenarnya adalah membangun budaya damai. Terorisme sejatinya akan muncul dan mudah bergejolak di wilayah yang rentan konflik. Daerah dengan ketidakstabilan politik, ekonomi yang terpuruk, dan ketidakadilan sosial menjadi lahan subur bagi munculnya paham radikal dan aksi terorisme.

Membangun budaya damai tidak hanya bisa dilakukan dengan kampanye anti-kekerasan yang bersifat sementara atau hanya sebagai slogan. Upaya ini harus menjadi bagian dari pembangunan mentalitas dan pandangan yang damai dalam masyarakat. Budaya damai harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan, dialog antarbudaya, dan promosi nilai-nilai toleransi.

Dalam konteks ini, gelora anti-kekerasan dan upaya membangun budaya damai menjadi sangat penting. Dalam Ulang Tahun BNPT ke 14 Gelora Anti Kekerasan menjadi sangat tepat diambil sebagai bagian dari kerangka membangun masyarakat yang imun ke depan.

Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal PBB, pernah mengatakan, “Perdamaian bukan hanya ketiadaan konflik, tetapi kehadiran keadilan.” Pernyataan ini menegaskan bahwa untuk mencapai perdamaian sejati, keadilan harus ditegakkan dan ketidakadilan harus dilawan.

Pendekatan yang diperlukan bukan hanya mengandalkan tindakan represif terhadap pelaku terorisme, tetapi juga langkah preventif dengan membangun ketahanan komunitas dan nasional yang kuat. Ini termasuk menciptakan kesempatan ekonomi, memperkuat lembaga pendidikan, dan memastikan bahwa setiap warga negara merasa dihargai dan memiliki tempat dalam masyarakat.

Beberapa negara telah mulai menerapkan pendekatan ini dengan hasil yang menggembirakan. Pendekatan rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap mantan ekstremis terbukti lebih efektif dalam jangka panjang dibandingkan hanya menghukum mereka. Program-program ini tidak hanya mencegah kembalinya mantan ekstremis ke jalan kekerasan tetapi juga membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Di Indonesia, upaya membangun budaya damai juga mulai diterapkan melalui berbagai program pemerintah dan organisasi non-pemerintah. Program deradikalisasi di penjara, di luar penjara dan pendidikan karakter di sekolah, serta dialog antar agama dan budaya menjadi bagian integral dari strategi nasional untuk mencegah radikalisasi.

Penanggulangan terorisme masih perlu, tetapi dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan holistik. Meskipun ancaman langsung dari serangan terorisme menurun, akar penyebab yang memungkinkan terorisme berkembang harus tetap diperhatikan. Membangun budaya damai, mengatasi ketidakadilan, dan mempromosikan keadilan sosial adalah kunci untuk mencegah terorisme di masa depan.

Setiap elemen masyarakat harus dilibatkan. Pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan individu harus bersama-sama membangun budaya damai. Dengan menginternalisasi nilai-nilai damai dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan dunia yang lebih aman dan harmonis bagi semua. Budaya damai adalah modal memperkuat ketahanan masyarakat dan ketahanan nasional.

Farhah Sholihah

Recent Posts

Bahaya Pemahaman Tekstual Al Wala’ wal Bara’ Untuk Perdamaian Antar Agama

Secara etimologi, al Wala' berarti kesetiaan. Sedangkan al Bara' artinya terlepas atau bebas. Istilah ini…

2 hari ago

Cinta dan Kasih Mempertemukan Semua Ajaran Agama

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat beragama menjadi salah satu…

2 hari ago

Lebih dari Sekadar Salaman dan Cium Tangan, Telaah Gestur Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal

Momen simbolis penuh hangat antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar bukan…

2 hari ago

Membaca al Wala’ wal Bara’ dalam Konteks Ke Indonesiaan

Yang harus ditegaskan adalah, apakah al wala' wal bara' kontradiktif dengan ajaran Islam? Tidak. Selama…

3 hari ago

Regenerasi Kepala BNPT dan Agenda Penanggulangan Terorisme di Era AI

Rabu, 11 September 2024, Presiden Joko Widodo secara resmi melantik Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol)…

3 hari ago

Risalah Rasulullah kepada Kristen Najran; Dokumen Perdamaian Berharga Islam-Kristen di Abad ke-7 M

Ada semacam paradoks di tengah kultur sosial keagamaan kita, yaitu munculnya kelompok-kelompok yang mengaku mengikuti…

3 hari ago