Aksi bom bunuh diri di polresta Surakarta yang menewaskan pelaku bom bunuh diri dan menciderai seorang aparat keamanan terjadi saat seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia sedang menyambut datangnya hari raya idul fitri, hari raya kemenangan, saat seluruh umat Islam merayakan kemenangan melawan hawa nafsu selama sebulan lamanya.
Dalam riwayat disebutkan bahwa apabila Ramadhan tiba, maka pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan syaitan diborgol. Riwayat tersebut tidak berlaku bagi pelaku bom bunuh diri, sebab belum selesai bulan Ramadhan, bisikan nafsu dan godaan syaithan berhasil memperbudak dirinya yang berujung pada aksi bom bunuh diri dengan mati konyol serta menjadikan orang lain kaget; kaget karena ledakan, kaget karena betapa matinya nurani hati si pelaku yang mengorbankan dirinya.
Mungkin karena sebuah interpretasi yang monopolis terbatas atau mungkin karena semangat yang membara namun tidak diimbangi dengan pemahaman yang rasional, humanis dan manusiawi. Sebuah perjuangan yang sia-sia, mati konyol di hari yang fitri, hari di saat semua kaum muslimin serempak mengagungkan asma Allah swt., bertahmid, bertahlil dan bertasbih.
Bila lantunan tersebut meresap ke dalam jiwa sanubari seorang hamba, aksi anarkis dan aksi bom bunuh diri tidak akan mungkin terjadi. Apalagi jika alasannya ingin berjuang mengagungkan asma Allah swt., berharap ridha dan surganya, meraih ampunan dan kasih sayang-Nya. Tentu bukan prilaku anarkis yang dilakukan, namun tutur kata, prilaku, sikap dan perbuatan baik, terpuji, damai yang harus dilakukan agar dapat meraih ridhah-Nya.
Militansi seorang jihadis yang berbasis qurani senantiasa berupaya menciptakan kedamaian, ketenangan, kesejahteraan, ketenteraman, kebahagiaan dan kelangsungan hidup bagi sesama orang yang beriman dan berkeyakinan serta kedamaian bagi seluruh lingkungan sekitar.
Bukan sebaliknya, mengaplikasikan konsepsi jihad secara terbatas, dangkal hanya pada makna yang didasari pada semangat yang melangit tanpa diimbangi pengetahuan yang komprehensif interdisipliner, pengetahuan yang kaya dengan historical approach, pemahaman yang humanis kompromistis.
Pada kondisi yang demikian ini, semua pihak harus berkontribusi akan kelangsungan kehidupan kemanusiaan, sebab aksi bom bunuh diri merupakan musuh kemanusiaan. Setiap warga negara harus memahami dan mengamalkan konsepsi negara bangsa yang telah dikokohkan pondasinya oleh the founding fathers, bukan negara agama yang selalu mengemuka sebagai wacana, ilusi yang mengawan-awan di luar cakrawala berpikir manusia.
Monopoli interpretasi konsepsi jihad –demikian juga istilah lainnya seperti hijrah, fa’i, syahid, khulafah— yang secara serampangan diartikan oleh kelompok jihadis yang tidak logis merupakan langkah yang sangat bertentangan dengan roh jihad sesungguhnya dan bagian dari aksi yang menghajar alquran secara maknawi. Akibatnya sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya dipelihara dan dijaga.
Di antara pesan sakral yang harus dijaga dan dipelihara adalah menjaga status pribadi yang suci dan fitri setelah kita kembali berhasil melawan banyak godaan yang menyesatkan kehidupan dan menghancurkan perdamaian selama bulan Ramadhan. Bisikan aksi bom bunuh diri termasuk godaan yang harus dilawan dengan pemahaman yang komprehensif dan semangat qurani yang komprehensif-historis.
Mati konyol dengan aksi bom bunuh diri bukan prilaku orang yang beriman, bukan sikap pribadi insani yang bertaqwa. Tuhan menyapa pribadi yang beriman untuk melaksanakan upaya pensucian diri dan pembersihan pribadi dengan ibadah puasa dan ibadah zakat, infaq dan sadaqah. Proses transformasi dan pensucian diri tersebut bagian dari aplikasi konsepsi jihad terutama jihad melawan hawa nafsu yang lebih besar dari jihad melawan musuh di medan laga.
Mempertahankan status kemenangan melawan nafsu pasca hari yang fitri senantiasa menuntut upaya dan strategi yang konsisten selama sebelas bulan di luar bulan Ramadhan. Beban berat itulah yang harus dipertahankan agar tidak kalah dan tunduk pada komando iblis beserta jaringannya.
Iblis beserta jaringannya selalu hadir menghasut manusia dengan berbagai macam kemasan, mungkin kemasan jihad, kemasan syahid atau juga kemasan bidadari yang berujung pada aksi bom bunuh diri, sementara iblis tidak akan pernah melakukan bom bunuh diri. Iblis hanya setia pada perintah Tuhan untuk semantiasa menggoda manusia secara terus-menerus agar semua anak cucu Adam masuk dalam jebakan yang menyesatkan.
Kondisi inilah yang wajib dipahami agar jangan lagi terulang aksi bom bunuh diri, aksi mengatasnamakan jihad yang berakhir dengan mati konyol di hari yang suci.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…