Bermedia sosial adalah fenomena modern yang telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Media sosial menjadi lingkungan baru, bahkan lingkungan sosial yang lebih penting bagi Sebagian golongan kalangan milenial dan gen z daripada lingkungan sosial yang nyata.
Dalam momentum Maulid Nabi ini adalah penting bagi umat Islam untuk mengekspresikan kecintaan kepada Nabi sekaligus belajar untuk meneladani akhlaknya. Misi kerasulan Nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Akhlak Nabi bersifat universal yang tidak terikat ruang dan waktu. Meskipun zaman Nabi Muhammad SAW berbeda secara drastis dibandingkan era digital saat ini, banyak prinsip yang diajarkan oleh Nabi yang bisa menjadi panduan berharga bagi kita saat berada di dunia maya, khususnya media sosial.
Bukannya Maulid Bid’ah? Media sosial juga bukannya bid’ah tidak ada di zaman Nabi ? Sudahlah tinggalkan perdebatan itu kawan, mari kita fokus pada kebaikan dengan belajar meneladani akhlak Nabi melalui nasehatnya tentang penggunaan media sosial yang bijaksana:
Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita tentang pentingnya berbicara dengan bijaksana dan menjaga ucapan kita. Dalam konteks media sosial, kita diajarkan untuk berpikir sebelum memposting sesuatu. Nabi bersabda, “Siapa yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari).
Di media sosial, ucapan plus tulisan menjadi sarana seseorang mengungkapkan sapaan, gagasan dan perasaan. Akhlak pertama adalah menjaga lisan dan tulisan. Jika sekiranya tidak bisa memposting hal baik, sebaiknya diam.
Karena menyitir pesan dari Nabi, selamatnya manusia karena mengaja lisan. Artinya, keselamatan netizen ditentukan dengan bijaknya menjaga jari.
Nabi Muhammad SAW melarang kita dari berbicara buruk atau menyebarkan fitnah tentang orang lain. Di media sosial, berbicara buruk atau menyebarkan gosip bisa lebih merusak karena dapat menyebar dengan cepat.
Ketika kita dapat postingan yang menggunjing padahal belum tentu benar atau tidak rasanya tangan gatal sekali untuk mengomentarinya. Rasulullah memberikan pedoman agar kita menjauhi ghibah dan fitnah apa bedanya :
Rasulullah bersabda : “Jika apa yang engkau katakan itu memang benar benar ada maka engkau telah berbuat ghibah, namun jika tidak maka engkau telah berbuat fitnah.” (HR. Abu Daud 4231).
Ghibah itu dalam Al-Quran sangat menjijikkan karena seperti memakan daging saudaramu yang sudah mati. Sementara fitnah menurut Al-Quran lebih kejam dari pembunuhan.
Jadi, sesuai panduan akhlak Rasulullah jauhilah keduanya.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan kejujuran. Gelar al-Amin disematkan kepada beliau karena kejujuran dan amanat. Di media sosial, penting untuk berbicara dengan jujur dan tidak menyebarkan berita palsu atau informasi yang tidak diverifikasi.
Rasulullah bersabda: “Kalian wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang pendusta. (HR. Muslim, no. 105/2607).
Jadi, selalu memposting dan menyebarkan konten yang berisi data valid. Jangan kecanduan sebar hoaks dan berita bohong, mau dicatat di sisi Allah sebagai pendusta?
Nabi Muhammad SAW menghormati privasi orang lain dan mengingatkan kita untuk tidak mencampuri urusan pribadi mereka. Di media sosial, ini berarti tidak mengungkapkan informasi pribadi orang lain tanpa izin mereka.
Dari Abu Hurairah RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kalau ada orang yang mengintip rumahmu, dan dia tidak meminta izin, kemudian kamu melemparnya dengan kerikil hingga tercongkel matanya, maka kamu tidak berdosa.” (HR Bukhari).
Hadist ini memberikan perumpaan rumah adalah hal privasi orang lain. Orang yang selalu kepo akan terus menerus ingin tahu dan menyebarkan apa yang menjadi hal privat orang lain. Gunakan media sosial mencari informasi yang baik, jangan kepo urusan orang lain, gimana kalo mantan! Terserah! Urus masa depanmu, jangan sibuk merawat masa lalu!
Kebanyakan orang yang sibuk dengan aib orang lain karena ia jarang melakukan intropeksi terhadap aibnya sendiri. Ia selalu disibukkan denga membongkar aib orang lain. Dalam riwayat Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain.” (HR Al Bazzar).
Jadi, media sosial bukan sarana untuk menyebarkan aib orang lain. Banyaklah intropeksi diri agar tidak sempat meneliti dan menyebarkan aib orang lain. Sibukkan diri dengan kebaikan, pasti kamu lupa mencari dan menyebarkan keburukan orang lain. Emang kamu begitu sempurna, sehingga harus menyebarkan kekurangan orang lain?
Nabi Muhammad SAW mendorong kita untuk menyebarkan kebaikan. Di media sosial, kita bisa menggunakan platform ini untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat, mendukung inisiatif amal, dan berbagi ilmu yang positif. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
Jika kamu memposting kebaikan dan kebaikan itu bermanfaat bagi orang lain dengan mengerjakan kebaikan, kamu kecipratan pahala karena menunjukkan kebaikan. Bayangkan hanya dengan satu posting kebaikan kamu bisa mendapatkan pahala sebanyak followermu! Mau? Mulaikan memberi petunjuk melalui konten kebaikan!
Dalam menghadapi era media sosial, kita dapat merenungkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW tentang menjaga akhlak di lingkungan sosial maupun di media sosial. Melalui momentum Maulid Nabi, kita dapat belajar meneladani panduan-panduan kahlak Nabi di atas agar selamat dan mendapatkan pahala dalam bermedia sosial.
This post was last modified on 28 September 2023 4:01 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…