Categories: Narasi

Media Distancing dan Model Literasi Media Berbasis Keluarga

Kepanikan yang dikonstruksi oleh media dan oknum-oknum di belakang layar dengan cara memberikan informasi yang menyebabkan rasa takut, pesimis, dan unsecure (tidak aman) memberikan tekanan pada khalayak. Terlebih, apabila penyimak media terus menerus mencari berita tentang corona dan kabar-kabar mencemaskan lainnya. Jika individu terus-menerus mencari berita yang belum tentu benar, maka dirinya akan tersesat dalam pengetahuan yang salah. Maraknya penggunaan bilik disinfektan, panic buying pembelian handsanitizer, adalah beberapa contoh kecil dari kesesatan pengetahuan yang diakibatkan oleh mudah percayanya khalayak media terhadap suatu berita tanpa klarifikasi dan verifikasi terlebih dahulu.

Salah satu cara yang dapat digunakan agar tidak terpapar informasi yang menyesatkan adalah media distancing. Jaga jarak terhadap media sangat diperlukan. Jika kita tidak menjaga jarak terhadap media, maka kita pun akan mudah menyerap informasi yang salah. Jika kita menyerap informasi yang salah, maka kita pun akan memproduksi sikap yang salah. Pandemi corona memang mengkhawatirkan. Namun, di atas itu semua hal yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika kita tidak bisa menjaga jarak dengan media, sehingga kita mudah dipengaruhi oleh berita yang tidak jelas sumbernya.

Kenyataannya memang, WFH (Work From Home) dan belajar di rumah membuat para netizen lebih aktif mengakses internet. Awalnya, kegiatan mengakses internet untuk menghabiskan waktu adalah baik. Khalayak media berniat mengakses informasi yang bermanfaat. Namun kenyataannya, banyak informasi ilegal yang mengandung hoak, provokasi, bahkan juga adu domba di tengah penanganan pemerintah menghadapi corona. Ketika bekerja dan belajar dilakukan di rumah, keluarga harus menjadi pusat belajar yang mencerahkan. Tidak layak khalayak media mempercayai informasi yang membuat panik secara serta merta. Oleh karena itu, kegiatan literasi media harus digalakkan.

Baca Juga : Media distancing dan literasi keluarga; Meredam kepanikan di tengah infodemik corona

Literasi media adalah kegiatan mencari informasi melalui berbagai media dengan kesadaran, pemahaman yang baik, dan secara kritis mengkritisi media. dalam perspektif psikologi positif, kita memiliki skema pengetahuan. Semakin banyak membaca, maka skema pengetahuan akan semakin kaya. Dengan skema pengetahuan yang baik, maka diharapkan individu tidak lantas mudah percaya akan kabar burung, kabar bohong, dan kabar yang tidak rasional. Kita hanya bisa bersikap rasional dalam menimbang berita ketika kita memiliki pengetahuan. Maka, berjaga jarak dari media internet penting, agar kita tidak mudah terpengaruh informasi yang belum tentu valid.

Selama bekerja dan belajar dari rumah, keluarga bisa menjadi pusat belajar, membaca buku, berkegiatan positif, sehingga tidak ‘over’ dalam mengakses internet. Semakin sering kita mengakses internet secara hampir penuh waktu, maka selama itu pula kita akan berisiko terpapar berita yang tidak valid, dengan konsekuensi membuahkan rasa cemas, panik, hingga mengakibatkan stres.Media Distancing dapat diwujudkan dalam kegiatan literasi membaca di keluarga selama bekerja, beribadah, dan belajar di rumah.

Setelah itu, keluarga secara bersama-sama harus melakukan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu luang, yang menurut milenial dinamakan dengan menghindari kegabutan. Selanjutnya, keluarga hendaknya menerapkan jam-jam khusus untuk mengakses berita di internet. Yang tidak kalah penting adalah, keluarga perlu mendikusikan tentang berita di internet, untuk sehingga berita bisa diverifikasi kebenarannya. Dengan bertukar pikiran, harapannya pengetahuan di internet dapat didiskusikan bersama, ditelusuri kebenarannya, sehingga informasi yang diterima menjadi valid. Kabar baiknya, informasi valid akan mendorong khalayak untuk berperilaku positif, tidak panik, dan lebih optimis dalam menghadapi pandemi ini. Wallahu’alam.

This post was last modified on 3 April 2020 6:23 PM

Nurul Lathiffah

Konsultan Psikologi pada Lembaga Pendidikan dan Psikologi Terapan (LPPT) Persona, Yogyakarta.

View Comments

Recent Posts

Kampanye Khilafah di Momen Bencana; Dari Krisis Ekologis ke Krisis Ideologis

Di tengah momen duka bangsa akibat bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,…

13 jam ago

Menjadi Khalifah di Muka Bumi: Melindungi Alam dari Penjahat Lingkungan, Menjaga Kehidupan Umat dari Propaganda Radikal

Menjadi khalifah di muka bumi adalah mandat moral dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia.…

13 jam ago

Kampanye Ekologi dan Bencana Ekstremisme: Perlukah Diserukan Tokoh Lintas Agama?

Di tengah krisis lingkungan global dan meningkatnya gelombang ekstremisme, masyarakat dunia menghadapi dua ancaman berbeda…

13 jam ago

Ksatria dan Pedagogi Jawa

Basa ngelmu Mupakate lan panemu Pasahe lan tapa Yen satriya tanah Jawi Kuno-kuno kang ginilut…

4 hari ago

Ketika Virus Radikalisme mulai Menginfeksi Pola Pikir Siswa; Guru Tidak Boleh Abai!

Fenomena radikalisme di kalangan siswa bukan lagi ancaman samar, melainkan sesuatu sudah meresap ke ruang-ruang…

4 hari ago

Pendidikan Bela Negara dan Moderasi Beragama sebagai Benteng Ekstremisme

Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya, menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan…

4 hari ago