Keagamaan

Melacak Ayat-Ayat Pancasila dalam Al Quran

Lebih dari tujuh dekade usia Pancasila, upaya untuk mempertangkannya dengan agama (Islam) tampaknya tidak pernah surut. Narasi konfliktual antara Islam dan Pancasila masih saja didaur-ulang terus menerus. Isu basi ini juga terus diamplifikasi di ruang publik dan belakangan justru laku di tengah masyarakat.

Padahal, mempertentangkan Islam dan Pancasila adalah hal yang tidak logis. Pancasila tidak pernah didesain sebagai agama baru yang menggeser agama lama yang sudah eksis. Dalam leksikon sosial, Pancasila lebih mirip fungsinya sebagai civil religion alias agama sipil yang menjadi titik temu beragam agama yang ada di masyarakat. Fungsi dasar Pancasila sebenarnya adalah menjadi jembatan penghubung yang mempertemukan beragama ajaran, konsep, dan simbol keagamaan.

Namun demikian, tidak lantas diartikan bahwa Pancasila bertentangan dengan agama. Pancasila adalah buah pikiran para pendiri bangsa, terutama Bung Karno yang diramunya dari bermacam ideologi dunia, ajaran agama dan juga khazanah kebudayaan agung Nusantara. Layaknya roti yang adonannya terdiri atas bermacam bahan, Pancasila juga diramu dari berbagai saripati pemikiran, ideologi dan ajaran agama. Salah satunya Islam.

Bahkan, secara eksplisit kelima sila dalam Pancasila itu memiliki dasar legitimasinya di dalam Alquran. Konsep ketuhanan sebagai dasar sila pertama, kemanusiaan sebagai basis sila kedua, persatuan sebagai katakunci sila ketiga, permusyawaratan sebagai falsafah sila keempat, dan keadilan sebagai pandangan sila kelima semuanya ada dalilnya dalam Alquran.

Ayat-Ayat Pancasila dalam Alquran

Kita bisa melacak ayat-ayat Pancasila itu di dalam Alquran. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila pertama dalam Pancasila koheren dengan Surat Al Ikhlas (1-4) yang bermakna “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

Surat Al Ikhlas ini koheren dengan sila pertama Pancasila yang pada dasarnya mengafirmasi keyakinan terhadap satu Tuhan. Sila pertama ini memvalidasi bahwa Indonesia merupakan negara relijius meskipun tidak berbentuk negara agama dan tidak menjadikan hukum agama sebagai konstitusi negara.

Kedua, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab tersirat dalam Alquran Surat Al Hujurat ayat ke-13 yang maknanya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Ayat tersebut bisa ditafsirkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyyah). Yakni bahwa manusia boleh berbeda dalam keyakinan dan kebangsaan, namun dalam perspektif kemanusiaan semua setara. Spirit egalitarianisme-humanisme Islam inilah yang dijiwai oleh sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Ketiga, sila Persatuan Indonesia bisa dilacak pada Alquran Surat Al Hujurat ayat ke-10 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. Ayat ini senafas dengan konsep persatuan bangsa yang menjadi ruh sila ketiga Pancasila.

Konsep persatuan di dalam Islam bukanlah berbasis pada pemaksaan dan dominasi, melainkan pada perdamaian dan keadilan. Demikian pula dalam Pancasila. Persatuan bangsa yang diidealkan dalam Pancasila juga mencerminkan penghargaan terhadap hak asasi manusia.

Tidak Ada Alasan Mengkonfrontasikan Islam dan Pancasila

Keempat, sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan kiranya relevan dengan Alquran Surat Ali Imran ayat ke-159, yakni “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.

Ayat tersebut menyiratkan pesan bahwa di dalam Islam, cara paling utama menyelesaikan persoalan adalah dengan jalan musyawarah. Atau dalam sistem politik modern kita mengenalnya sebagai demokrasi. Sila keempat Pancasila pada dasarnya merupakan intisari dari konsep musyawarah ala Islam dan sistem demokrasi modern ala Barat.

Kelima, sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat dengan mudah ditemukan rujukannya di dalam Alquran. Bagaimana tidak? Islam sendiri adalah agama keadilan. Menjadi wajar jika tema keadilan berkali-kali muncul di Alquran. Salah satunya dalam Surat An Nahl ayat ke-90. Yaitu “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebijakan. Memberi kepada kaum kerabatnya dan Allah melarang dari berbuat keji, mungkar dan permusuhan, Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Deretan ayat di atas cukup menjadi bukti bahwa Islam dan Pancasila tidak bertentangan. Sebaliknya, Pancasila memiliki referensi yang kuat dalam Alquran. Maka, tidak ada lagi alasan untuk mengkonfrontasikan Islam dan Pancasila.

This post was last modified on 30 Mei 2023 12:17 PM

Siti Nurul Hidayah

Recent Posts

Pilkada dan Urgensi Politik Santun untuk Mencegah Perpecahan

Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 merupakan momentum penting bagi masyarakat…

2 jam ago

Pilkada Damai Dimulai dari Ruang Publik yang Toleran

Dalam menghadapi Pilkada serentak, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan atmosfer damai yang…

2 jam ago

Tiga Peran Guru Mencegah Intoleran

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan ini sangat penting lantaran guru merupakan…

2 jam ago

Guru Hebat, Indonesia Kuat: Memperkokoh Ketahanan Ideologi dari Dunia Pendidikan

Hari Guru Nasional adalah momen yang tepat untuk merenungkan peran penting guru sebagai motor penggerak…

2 jam ago

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago