Narasi

Melawan Corona Sejak dalam Pikiran! #janganmudik

Semesta kita sedang berduka. Dengan adanya virus covid-19 yang terus mewabah hingga memakan banyak korban. Tentu ini adalah darurat kesehatan masyarakat secara global. Perlu disadari pemikiran yang optimisme untuk menumbuhkan kesadaran tiap-tiap lapisan masyarakat di dalam melawan.  Khususnya untuk segera memutus mata rantai penularan di negara yang kita cintai ini dengan tidak mudik ke kampung halaman untuk sementara waktu.

Jika kita mencintai mereka para keluarga atau kerabat yang ada di rumah. Tentu kita harus memiliki kesadaran untuk menjadi pahlawan bagi mereka dengan tidak mudik di tengah wabah pandemic virus corona ini. Karena semata-mata bukan karena kita tidak peduli kepada mereka yang ada di rumah.

Akan tetapi ini satu bentuk kasih sayang kita kepada mereka. Berjuang melawan virus corona dengan melindungi orang-orang yang kita sayangi di rumah. Agar terhindar dari penularan virus yang sangat berbahaya. Melawan corona sejak dalam pikiran adalah cara bagaimana menumbuhkan rasa solidaritas, kesadaran dan partisipasi aktif di dalam melawan covid-19 ini. 

Optimisme Melawan dengan Belajar dari Kesalahan

Kita harus belajar dari sebuah kesalahan dan kecerobohan yang berakibat fatal. Bagaimana kita lihat di negara Italia yang kita kenal sebagai negara yang maju saat ini seperti hidup di negara perang. Berkecamuk dengan virus yang terus menyebar dan memakan ribuan korban. Bagaimana di tengah situasi yang memburuk mereka sudah di instruksi-kan untuk segera memberhentikan kegiatan massal seperti berkumpul dalam jamuan pesta. Begitu juga instruksi untuk tidak mudik dalam situasi penyebaran wabah yang masih sedikit di Italia pada saat itu.

Baca Juga : Gotong-Royong Pancasila Atasi Corona

Namun masyarakat Italia tetap melakukan kegiatan dan mengambil keputusan untuk mudik tersebut dan seakan instruksi untuk tidak mudik (pulang kampung) seperti pesan yang usang dan tidak terdengar. Mereka tetap menjalani aktivitas di luar rumah bersama-sama. Melakukan perkumpulan dan hilir-mudik masyarakat. Hingga penyesalan menghampirinya. Begitu banyak yang positif terindikasi virus tersebut. Bahkan ribuan masyarakat dikarantina karena kondisi penyebaran yang semakin ganas.

Kesadaran untuk Tidak Mudik

Memang setiap orang ketika lama tidak bertemu dengan keluarga dan kerabat. Karena merantau seperti bekerja, menuntut ilmu dan kesibukan lainnya yang mengharuskan untuk tinggal di daerah orang. Tentu telah menjadi keharusan untuk mudik (pulang kampung) untuk bisa mengobati rasa kangen selama terpisah oleh jarak. Hasrat untuk bersama-sama dengan seluruh keluarga yang disayangi merupakan sesuatu yang normal bagi para perantau.

Tetapi coba kita pikirkan matang-matang. Bermujahadah dengan bersungguh-sungguh dan bertafakkur diri. Bagaimana kita harus melihat situasi dan kondisi yang saat ini begitu sangat memburuk di tengah mata rantai penularan virus corona yang semakin menyambung dari satu orang ke orang lainnya yang ada di dekatnya. Jelas ini satu pertimbangan yang harus kita tumbuhkan.

Jika kita mudik dan ternyata kita positif corona atau bahkan di saat kita melakukan perjalanan dan terinfeksi oleh virus tersebut. Lalu kita bertemu dengan keluarga dan melakukan kebiasaan para perantau bisanya seperti; salam-salaman, cipika-cipiki dan aktivitas lainnya yang secara kontak fisik itu kita lakukan bersama keluarga. Maka virus yang kita bawa sekalipun tidak mengeluarkan gejala (efek) positif covid-19. Namun menyebarkan ke seluruh keluarga. Niscaya semua dalam keluarga yang kita sayangi tersebut akan tertular dengan virus tersebut.

Karena secara medis, virus corona atau covid-19 ini sangat rentang mengakibatkan kematian bagi mereka yang lansia. Tentu mata rantai penularan covid-19 ini akan terus bersambung dari kontak fisik yang pertama dan ke kontak fisik selanjutnya. Karena virus ini cepat dihancurkan. Seperti kita sering-sering cuci tangan, menjaga jarak (kontak fisik) dan tetap di rumah untuk memutuskan mata rantai penularan. Tetapi kekuatannya terletak kepada penularan-nya yang sangat cepat.            

Maka dari itulah kita harus melawan covid-19 ini sejak dalam pikiran. Berpikir optimis di dalam melawan virus tersebut dengan melindungi orang-orang yang kita sayangi di rumah agar tidak tertular. Dengan kesadaran penuh untuk tidak mudik “pulang kampung” di tengah wabah yang masih berkecamuk ini. Mari kita menjadi pahlawan untuk melindungi diri dan menyelamatkan keluarga, tetangga dan seluruh kerabat kita yang ada di rumah. Agar terhindar dari terhadap covid-19 maka saatnya tumbuhkan perlawanan sejak dalam pikiran dengan #tidakmudik.

This post was last modified on 9 April 2020 2:56 PM

Amil Nur fatimah

Mahasiswa S1 Farmasi di STIKES Dr. Soebandhi Jember

View Comments

Recent Posts

Islamic State dan Kekacauan Kelompok Khilafah Menafsirkan Konsep Imamah

Konsep imamah adalah salah satu aspek sentral dalam pemikiran politik Islam, yang mengacu pada kepemimpinan…

2 hari ago

Menelaah Ayat-Ayat “Nation State” dalam Al Qur’an

Mencermati dinamika politik dunia Islam adalah hal yang menarik. Bagaimana tidak? Awalnya, dunia Islam menganut…

2 hari ago

Menghindari Hasutan Kebencian dalam Praktik Demokrasi Beragama Kita

Masyarakat Indonesia sudah selesai melaksanakan pemilihan presiden bulan lalu, akan tetapi perdebatan tentang hasilnya seakan…

2 hari ago

Negara dalam Pandangan Islam : Apakah Sistem Khilafah Tujuan atau Sarana?

Di dalam fikih klasik tidak pernah dibahas soal penegakan sistem khilafah, yang banyak dibahas adalah…

3 hari ago

Disintegritas Khilafah dan Inkonsistensi Politik Kaum Kanan

Pencabutan izin terhadap Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam ternyata tidak serta merta meredam propaganda khilafah dan wacana…

3 hari ago

Kritik Kebudayaan di Tengah Pluralisasi dan Multikulturalisasi yang Murah Meriah

Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang konon mampu menciptakan pribadi-pribadi yang terkesan “songong.” Tempatkan, seumpamanya,…

4 hari ago