Narasi

Melumpuhkan Ekonomi Menjadi Sasaran Utama Terorisme

Presiden Mesir, Hosni Mubarak dulu pernah mengatakan bahwa tidak boleh setitikpun darah wisman (tourist asing) yang menetes di bumi Mesir. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah Mesir sangat perhatian terhadap keamanan wisman dan siapapun yang berkunjung ke negaranya. Mesir menyadari sepenuhnya bahwa selain terusan Suez, wisman merupakan pemasok utama  devisa negara karena itu, pemerintah melakukan berbagai cara untuk mempromosikan sumber-sumber devisa di sektor pariwisata yang dimiliki Mesir sehingga dengan demikian mereka mampu  menghidupkan perekonomian rakyatnya dan pada waktu yang sama harus menjamin keamanannya.

Keamanan mutlak menjadi fokus utama setiap pemerintahan yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara. Mesir dan negara-negara pariwisata lainnya sudah barang tentu harus berjuang keras menciptakan image yang baik bagi masyarakat internasional bahwa negaranya aman dan terkendali agar wisatawan tetap berkunjung ke negara itu. Tanpa keamanan dan kenyamanan hidup jangan berharap wisatawan mancanegara (wisman) akan berkunjung ke negara itu dan dengan sendirinya negara itu akan kehilangan devisa negara.

Slogam Mubarak itulah yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal terorisme di negara itu dalam beberapa dekade lalu yang menjadikan wisman sebagai sasaran tembak pembunuhan, penghadangan dan penculikan sehingga mereka takut berkunjung ke Mesir dan pada gilirannya membuat pemerintah kehilangan sumber devisa. Tidak sedikit peristiwa penembakan terhadap konvoi wisman di negara itu baik di daerah Luxor, Aswan maupun di Bukit Sina serta tujuan-tujuan wisata lainnya di Mesir.

Kini kelompok-kelompok radikal terorisme di Timur Tengah itu bersuka ria dengan kondisi keamanan dan politik di negara-negara itu seperti Irak, Suriah, Yaman, Libya dan Mesir karena devisa pemerintah dari wisman menurun drastis sejak arab spring  bahkan bisa  dikatakan mencapai titik nadir. Para wisman cenderung mengagendakan rencana liburannya ke beberapa negara lain  termasuk Indonesia untuk menghabiskan waktunya.

Fenomena Timur Tengah itu mulai merambah ke Indonesia walaupun sedikit agak berbeda tapi tujuannya sama yaitu melumpuhkan salah satu sumber devisa negara termasuk pariwisata.  Demonstrasi kelompok Islam tertentu saat ini cukup marak di negeri kita dengan dengan berbagai dalih. Mereka menguasai dan memblokir jalan-jalan umum.  Ironisnya karena kelompok lainnya juga turut melakukan demo menentang kelompok-kelompok tersebut. Bukan saja di Jakarta akan tetapi juga di daerah-daerah lain. Budaya demo dan orasi menjadi sarana utama untuk memprotes dan menyampaikan keinginan bahkan jika tidak berlebihan digunakan untuk mencapai tujuan.

Aksi-aksi ini bisa saja murni mempresentasikan Islam atau kelompok tertentu dengan misi yang sangat positif bagi bangsa dan negara. Akan tetapi perlu dicatat bahwa kelompok radikalis terorisme seringkali memanfaatkan kondisi seperti ini untuk mencapai tujuannya termasuk upaya melemahkan ekonomi melalui pembentukan image bahwa negara kita tidak aman sehingga para wisman memilih negara lain. Demonstrasi yang marak itu sudah pasti diliput oleh berbagai media baik asing maupun lokal dan ini pasti memberikan dampak negatif terhadap image para wisman itu sehingga mereka takut dan memilih negara lain untuk menghabiskan waktunya.

Jika situasi seperti ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan image tentang keamanan di Indonesia mulai menurun dan minat wisman berkunjung ke Indonesia juga merosot. Akibatnya devisa negara mulai menurun dan itulah yang diinginkan kelompok- radikal terorisme agar situasi chaos lalu mereka mengambil kendali situasi.

This post was last modified on 31 Januari 2017 10:08 AM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

11 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

12 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

12 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago