Faktual

Membaca Potensi Teror di Olimpiade Paris 2024

Pesta olahraga sedunia yang digelar empat tahun sekali, yakni Olimpiade kembali digelar. Olimpiade tahun 2024 ini digelar di Paris, Perancis. Pesta pembukaan Olimpiade telah digelar pada Jumat 26 Juli 2024 lalu. Openig Ceremony itu memantik kontroversi publik lantaran diwarnai adegan yang dianggap menyinggung agama Nasrani dan mempromosikan kultur LGBT.

Tulisan ini tidak hendak mengulas kontroversi upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 ini, namun bermaksud mengulas potensi teror di balik penyelenggaran pesta olahraga dunia ini. Setidaknya ada – alasan mengapa potensi teror di Olimpiade Paris 2024 ini patut diperhatikan.

Pertama, Olimpiade adalah ajang olahraga internasional dengan leval dan skala tertinggi. Acara ini diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia dan menjadi sorotan media massa serta mendapat perhatian masyarakat internasional. Eksposur yang sangat luas ini tentu potensial dijadikan momentum kelompok ekstrem untuk melakukan teror.

Kedua, Paris secara khusus atau Perancis secara keseluruhan memiliki rekam sejarah yang kelam terkait terorisme. Sudah berulang kali Paris dan Perancis diwarnai oleh aksi terorisme tragis yang merenggut korban jiwa. Kita tentu ingat kasus penyerangan kantor majalan mingguan Charlie Hebdo pada tahun 2015 yang menewaskan 15 orang. Penyerangan itu buntut dari pemuatan karikatur Nabi Muhammad.

Juga kasus pembunuhan Sammuel Patty pada tahun 2020 lalu. Patty adalah guru sekolah. Ia dipenggal lehernya oleh seorang imigran muslim asal Chechnya, Abdullah Anzorov. Pembunuhan itu terjadi karena seorang murid berbohong bahwa Paty menghina Islam di kelas.

Ketiga, Paris dan Perancis kerap dijadikan sasaran teror kelompok ekstrem karena dianggap memusuhi Islam. Kultur sekulerisme Perancis yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi memang kerap membuat kelompok ekstrem kegerahan. Kebebasan berekspresi di Perancis memang acap kebablasan, sehingga memunculkan banyak kritik dan satire terhadap agama. Termutakhir, Yesus pun dijadikan bahan satire dalam pertunjukan opening ceremony Olimpiade 2024 yang disiarkan ke seluruh dunia.

Keempat, Olimpade Paris 2024 ini digelar di tengah memuncaknya konflik antara Israel dan Palestina. Eskalasi konflik dua negara itu telah menginspirasi kelompok ekstrem di banyak negara untuk bangkit dan melakukan aksi kekerasan dan teror. Bukan tidak mungkin, ajang Olimpiade ini dijadikan momentum kelompok teroris.

Terlebih, beberapa hari sebelum pembukaan Olimpiade, beredar sebuah video berisi pernyataan bahwa Hamas akan melakukan serangan ke Olimpiade Paris. Banyak pihak menilai video ancaman itu tidak valid. Namun, kewaspadaan tentu tidak boleh diturunkan. Apalagi, sejarah mencatat pada Olimpiade Munich di Jerman pada tahun 1972. Kala itu, terjadi tragedi penyerangan terhadap kontingen Olimpiade asal Israel oleh milisi asal Palestina yang menyebut diri mereka kelompok September Hitam.

Maka, isu keamanan idealnya menjadi salah satu prioritas utama penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024 ini. Jangan sampai, ajang olahraga internasional itu menjadi panggung kembalinya kelompok teror.

 

Olimpiade Sebagai Ajang Mempromosikan Kerukunan Global

Mungkin kita bertanya, mengapa kita harus mengantisipasi serangan teror di Olimpiade Paris? Bukankah kota itu jauh dari negara kita? Memang benar, aksi teror di Paris tidak akan berdampak langsung bagi Indonesia. Namun, jangan lupa sel teroris global itu saling berjejaring meski tanpa berkomunikasi langsung.

Serangan di sebuah negara, jelas akan diketahui oleh sel terorisme di negara lain. Meski tidak ada perintah terpusat, namun serangan di sebuah negara bisa dimaknai sebagai perintah serangan di negara-negara lain. Maka, sebagai negara yang jauh dari Perancis, kita pun harus waspada. Jika teroris beraksi di Olimpiade Paris, bukan tidak mungkin hal itu akan diikuti oleh sel teroris di Indonesia.

Sebagai ajang olahraga internasional, Olimpiade seharusnya bisa mengusung tujuan awal, yakni menciptakan tata dunia global yang harmonis, saling menghargai, dan menjaga perdamaian. Hakikat Olimpiade bukan sekadar kompetisi olahraga memperbutkan kepingan medali. Hal paling esensial dari Olimpiade adalah persaudaraan global tanpa batas.

Olimpiade idealnya bisa membangun kesadaran publik global bahwa kita bisa bersaing tanpa melibatkan kekerasan. Bahwa pertarungan di arena tidak harus berakhir dengan kekerasan di luar arena. Dalam Olimpiade kita kerap menemukan momen haru; atlet yang menang akan bangga karena mengharumkan negaranya di lingkup global. Atlet yang kalah merasa kecewa karena perjuangannya tidak mendapatkan hasil memuaskan.

Namun, akhir pertandingan kerap diwarnai pelukan antar pemain yang menang dan kalah. Pelukan itu adalah simbol persaudaraan tanpa batas. Maka, Olimpiade Paris 2024 ini kiranya bisa menjadi ajang untuk mempromosikan kerukunan dan persaudaraan global yang melampuai sekat agama, warna kulit, ras, dan ideologi politik.

Nurrochman

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago