Narasi

Membangun Gerakan ‘Positive Netizen Journalism’

Dinamika kehidupan manusia zaman now tidak bisa terlepas dari dunia maya. Dunia maya telah merebut ruang nyata manusia dan bahkan mampu mempengaruhi dinamika di dunia nyata. Kejadian di seluruh penjuru dunia tidak ada yang luput dari intaian dunia maya dan hanya dalam hitungan detik penyebarannya. Bukti sederhana akan ketergantungan manusia atas dunia maya adalah tatkala terjadi listrik mati atau koneksi internet terputus. Kondisi demikian seakan kiamat kecil bagi manusia era digital ini.

Kondisi di atas tidaklah mengherankan. Indonesia dengan potensi demografinya juga menjadi surga bagi berkembangnya netizen atau warganet. Survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016 menyebutkan bahwa pengguna internet 132,7 juta orang daru total penduduk 256,2 juta orang . Sekitar 89% diantaranya aktif di medsos. Pengguna internet rata-rata sekitar 4 jam 42 menit sehari. Sedangkan akses medsos sekitar 2 jam 51 menit per hari.

Banyak hal positif tercipta dan tutut mendukung kemajuan peradaban dari eksistensi dan dinamika dunia maya. Namun di sisi lain juga terjadi permasalahan sekaligus tantangan yang tidak sedikit. Perkembangan dunia maya telah membangkitkan eksistensi netizen journalism. Karakter jurnalisme baru ini lebih cair dan bebas. Untuk itu tantangannya ke depan adalah membangun dan mengelolanya menjadi positive netizen journalism.

Dinamika Dunia maya

Dunia maya berperan strategis dalam menggerakkan gerakan dan perubahan, termasuk sosial politik.  Hal ini sebagaimana kesimpulan Tapscott (2008) melalui penelitian fenomena The Net Generation di 12 negara dalam tiga benua.  Kemenangan Obama dua kali sebelum Trump turut didukung oleh andil komunitas online dengan anggota lebih 1 juta orang.

Dinamika dunia maya juga sangat keras dan kerap menunjukkan saling serang antar pihak. Hamper semua pihak pernah menjadi pelaku sekaligus korban bullying di dunia maya. Tidak sedikit ganasnya dunia maya berujung kepada ranah hukum. Pasal karet UU ITE terkait pencemaran nama baik dan ujaran kebencian bagai pisau bermata dua. Di satu sisi dibutuhkan guna mengatur kehidupan dunia maya. Di sisi lain dapat menjadi bumerang yang menakutkan bagi semua warganet.

Positive Netizen Journalism

Darurat damai di dunia maya mesti disikapi dengan tanggap dan sigap, bukan malah gagap. Kesadaran sekaligus kecakapan virtual mesti ditingkatkan melalui literasi digital kepada semua warganet. Dalam dunia maya, semua warganet dapat memposting atau mewartakan setiap hal yang diinginkan. Untuk itu pemahaman tentang netizen journalism mulai dari yang paling sederhana mesti diberikan.

Warganet mesti berperan aktif dalam pengumpulan, pelaporan, analisis, & penyebaraan berita dan informasi melalui dunia maya. Pada prinsipnya jurnalisme dunia maya sama dengan jurnalisme mainstream. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) memaparkan beberapa elemen jurnalisme yang dapat diadopsi warganet. Pertama, kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kedua, loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Ketiga, esensi jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi.  Keempat,  Jurnalis harus menjaga independensi dari pihak yang mereka liput (sumber berita). Kelima, jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Keenam, jurnalisme harus menyediakan forum publik bagi kritik maupun dukungan warga. Ketujuh, jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan. Kedelapan, jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional. Kesembilan, jurnalis menulis dengan suara hati nurani mereka.

Kode etik juga mesti dijunjung dalam berdinamika di dunia maya. Positivisme mesti dikembangkan di dunia maya. Prinsip Bad News Is Good News harus diubah menjadi  Good News Is Good News.  Warganet  mesti berperan memberikan pencerahan serta mengajak warganet lain agar dapat lebih optimis  dan lebih baik. Warganet juga penting memperhatikan balance information dalam memposting informasi.

Cek dan ricek dapat dilakukan agar terhindar dari budidaya hoaks. Kabar yang tidak jelas, janggal, tidak valid, dan tidak kredibel sumbernya mesti disikapi hati-hati. Warganet penting tidak mudah melakukan share informasi sebelum membaca utuh dan mempertimbangkan validasi serta menilai potensi undur hoaksnya.

Hal yang tidak bertanggungjawab adalah ketika hoaks dan benih konflik yang mengusik iklim damai justru diproduksi di dunia maya. Dilema finansial dapat mendorong perbuatan memalukan tersebut. Era kini santer terdengar adanya bisnis jual beli buzzer, intelejen digital, dan sejenisnya. Warganet mesti cerdas dan diimbangi regulasi yang tegas. Kemampuan netizen journalism yang sederhana bagi semua warganet dapat menjadi jalan mitigasi strategis dalam merawat damai di dunia maya.

RIBUT LUPIYANTO

Deputi Direktur C-PubliCA (Center for Public Capacity Acceleration); Blogger

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago