Keagamaan

Memviralkan Ayat Persaudaraan di Medsos

Kalau kita amati, ayat-ayat yang berbicara tentang persaudaraan/toleransi itu seakan redup, tak pernah terangkat dan tak pernah viral di media sosial. Sehingga, masyarakat mudah terpengaruh hasutan pemecah-belah di media sosial. Akibat kekosongan pemahaman teologis yang menjelaskan bahwa perpecahan itu sesungguhnya dilarang oleh agama-Nya begitu redup di media sosial kita.

Maka, menjadi penting saat ini untuk memviralkan ayat-ayat persaudaraan di media sosial. Dengan menjadikan ayat-ayat persaudaraan sebagai trending topik, bahan perenungan dalam beragama, dijadikan jalan hijrah dan menghiasi seluruh beranda sosial media kita. Dengan seperti itu, masyarakat di ruang digital akan menjadi takut dan kebal hasutan pemecah-belah karena ayat persaudaraan akan menjadi pengingat baginya untuk menjaga persaudaraan.

Misalnya, ayat persaudaraan yang perlu diviralkan adalah Qs. Al-Hujurat:10 “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antar kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapatkan rahmat”.

Basis keimanan yang dimaksud tentu mengacu ke dalam ajaran-Nya yang tidak pernah memerintahkan umat beriman membenci, berpecah-belah. Ayat pentingnya persaudaraan semacam ini perlu menjadi (jalan berpikir) masyarakat di ruang digital agar memiliki kegemaran untuk mendamaikan mereka yang sedang dalam perselisihan atau pertengkaran.

Sehingga, dengan memviralkan ayat persaudaraan di atas akan menjadi trend masyarakat digital gemar mempersaudarakan, mendamaikan dan tidak memecah-belah, entah melalui status sosial media kita, berbentuk konteks dan lain sebagainya. Selain ayat di atas, sosial media kita tampaknya perlu kita jadikan trend (menghargai perbedaan) agama agar tidak saling mengganggu sebagai substansi persaudaraan lintas iman untuk bisa menerima perbedaan, seperti ayat “Laa ikraha fiddin” (Qs. Al-Baqarah:256).

Bagi pemuda muslim yang aktif di media sosial, entah gemar membuat konten atau gemar menyebarkan status dirinya di sosial media. Maka, agar bernilai ibadah, cobalah untuk membangun trend moderasi beragama. Untuk tidak berpecah-belah dengan tetap memiliki prinsip bahwa Tuhan menciptakan perbedaan sebagai ketetapan. Lalu, memviralkan ayat “Walau Sya’allahu laja’alakum ummataw wahidah” (Qs. An-Nahl:92).

Selain itu, sangat penting memviralkan ayat-ayat yang menjadi titik-terang jihad/peperangan. Dengan menjembatani sebuah argument, bahwa peperangan tidak berlaku di negeri damai karena peperangan boleh dilakukan selama diperangi. Pandangan ini tentu perlu diviralkan dengan mengaitkan ayat (Qs. Al-Hajj:39-40) yang meniscayakan satu prinsip bahwa boleh berperang jika diperangi.

Selain ayat di atas, hal yang perlu kita viralkan di media sosial selanjutnya adalah perilaku berhubungan baik, menjaga keharmonisan dan saling membantu serta adil dalam kehidupan sosial yang tidak membeda-bedakan. Pandangan ini perlu kita angkat dan perlu diviralkan di sosial media dengan menyandingkan ayat “Wa’tasimu bihabillahi jamian, wala taffarraku” (Qs. Ali-Imrab:103) dan (Qs. Al-Mumtanah:8).  

Jadikan trending topik di media sosial kita sebuah argument bahwa tidak ada bentuk perintah syariat-Nya untuk berpecah-belah lalu mengatasnamakan (prinsip Iman). Sebab, hasutan yang bisa memecah-belah, gemar mencela dan mengadu-domba kita itu begitu sangat dikecam oleh-Nya dan sebagai sesuatu yang dilarang keras oleh-Nya. Argument ini perlu memenuhi ruang-ruang sosial media kita dengan memviralkan ayat “Wala tuti’ kullan halakin-mahin, hammazin, massya’in-mbinamiim” (Qs. Al-Qalam:10-11).            

Viralkan di media sosial kita bahwa perbedaan agama, suku, budaya, etnis dan bahasa daerah yang berbeda sebagai kebenaran. Jadikan ayat; “Ya ayyuhan-nasu inna khalaqnakum, min zakariw wa unsa wa ja’alnakum syu’ubaw wa qaba’ila lita’arafu, inna akramakum, indallahi atqakum, innallaha alimunkabir” (Qs. Al-Hujurat:13). Ayat ini perlu terangkat, menghiasi beranda media sosial kita dan sangat penting untuk diviralkan sebagai pegangan umat agar tak mudah terhasut oleh kelompok yang ingin memecah-belah.

This post was last modified on 22 September 2023 1:20 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

26 menit ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

29 menit ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

31 menit ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago