“Ibu adalah madrasah pertama anak. Cari info terbaru tentang menjadi orang tua. Jadi ibulah yang pintar”
Begitulah petuah Oki Setiana Dewi untuk menyemangati para orang tua agar mendidik anak dengan baik dan benar. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan memajukan suatu negara, karena jika suatu negara tidak memiliki pendidikan, maka masyarakatnya akan seperti hewan—menghalalkan segala cara untuk memenuhi kehidupanya—. Maka tak heran, jika Najwa Shihab pernah mengatakan, bahwa “Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidkan Indonesia tak mungkin bertahan”.
Di era milenial sekarang ini, dunia maya yang diakses dengan teknologi smartphone seolah-olah menjadi hal yang sangat vital. Sebab, hampir semua masyarakat, baik orang tua, dewasa, hingga anak-anak dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa terlepas dari dunia maya, baik untuk mencari informasi, bekerja maupun bermain game. Namun, kemudahan akses dengan teknologi tersebut tentu juga memiliki ancaman yang nyata, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Mengguritanya gerakan paham-paham radikal di media sosial menjadi PR besar bagi semua elemen masyarakat untuk membasminya. Sebab, kelompok berpaham radikal yang dulunya menggunakan metode tradisional—membuat halqoh-halaqoh—dalam menggait kader kini beranjak ke media sosial yang memiliki jangkauan akses sangat luas. Dengan demikian perlu adanya upaya taktis untuk membendungnya.
Salah satu metodenya adalah mengajarkan kepada anak-anak tentang bagamana cara menggunakan teknologi dengan baik, diantaranya yakni membuat dan menyebar pesan-pesan yang dibungkus dengan gambar-gambar kartun yang bernuansa perdamaian. Penyebaran pesan-pesan tersebut merupakan tindakan yang paling urgen, karena tindakan tersebut merupakan sebuah gerakan untuk membendung persepsi dan sebagai filter masyarakat agar memilah-milih informasi yang sudah beredar. Mengajak anak-anak membuat gambar-gambar tersebut berarti sama saja kita sudah berpartisipasi aktif dalam penangkalan paham radikal sekaligus mendidik aanak akan bahaya paham radikal.
Pantang menyerah
“Pembangunan karaketer dimulai sejak dini dan akan berlangsung hingga kematian”.
Ketika memahami dan menghayati kata-kata Eleanor Roosevelt tersebut, kita semakin sadar akan pentingnya sebuah pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter seja dini menjadi gerbang pertama sebelum anak usia dini melangkah pada jenjang pendidikan dasar berikutnya dan berlanjut pada jenjang yang lebih tinggi. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pendidikan karakter sejak dini merupakan pendidikan paling urgen dalam tataran tahap pendidikan.
Senada dengan itu, pendidikan di masa dini akan lebih mudah menanamkan dan membentuk generasi penerus bangsa memiliki kemandirian, kecerdasa, berperilaku yang baik dan benar serta menerapkan perintah agama dan agama. Sedangkan usia dikatakan dini adalah berkisar 1 sampai 6 tahun, maka jangan sampai pada usia tersebut dimasukan idiologi yang tida sesuai nilai-nilai Pancasila.
Di samping itu, pendidikan dini, harus diajarkan bagaimana membuat gambar-gambar yang bernaunsa perdamaian dan nasionalisme. Sebab, jika mengajarkan tindakan tersebut, maka akan memperkuat generasi yang berpikiran baik dan meminimalisir generasi berpaham radikal. Sudah saatnya kita bersma-sama mengentaskan Indonesia dari darurat paham radikal, dengan mendidik buah hati menjadi duta damai di dunia maya dengan teknologi. Wallahu a’lam bi al-shawaab
This post was last modified on 5 September 2018 12:45 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…