Narasi

Menebarkan Perdamaian Dalam Bingkai Persatuan

Tanpa disadari masyarakat kita sekarang ini menjadi implusif, toleran, mudah marah dan mudah bermusuhan. Manakala ada terjadi konflik ringan, seperti politik, konflik itu  akan ditarik ke tataran konflik etnis, atau konflik agama. Masyarakat cepat sekali mengambil cara kekerasan ketika posisinya dalam konflik itu terancam. Sehingga cara kotor dan tidak berperikemanusiaan rela dikorbankan demi kemenangan.

Jika dahulu penderitaan dapat memukul mundur penjajahan. Namun, di masa sekarang, penderitaan dijadikan sebab perpecahan itu dihalalkan. Setiap jeritan kesakitan berubah api kemarahan akibat dibakar kepentingan. Orang semakin beringas, tidak tau malu kepada negara, bahkan tega menumpahkan darah saudaranya. Konflik kecil dibesar-besarkan, orang dewasa pun semakin kekanak-kanakan, mudah emosi

Pada sejarahnya, Indonesia yang dipersatu oleh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika telah mengalami penggusuran makna. Pada hakikatnya, kedua elemen penting bangsa itu menjadi sejuta alasan mengapa bangsa ini mesti dipertahankan dan mengapa persatuan dan kesatuan harus terus menerus dieratkan. Namun, harapan itu diputarbalikkan oleh kenyataan, masyarakat menjadi abai dan acuh terhadap persatuan dan tidak sedikit yang belum memahami makna Pancasila secara seutuhnya.

Bahkan, agama sebagai tempat perdaaian dan kerukunan direduksi menjadi kekerasan dan ladang kematian. Banyak orang dibunuh karena berbeda pemahaman dan banyak dalil naqli yang dilencengkan sesuai kebutuhan. Kini, agama tak ubahnya seperti kendaraan yang siap membawa pemiliknya ke arah kepentingan yang dituju.

Baca Juga : Radikalisme, Bela Negara, dan Semesta Partisipan

Melihat fenomena seperti ini, tidak heran kabar hoaks terus menerus bermunculan. Setiap ada isu kecil, selalu disapu kebohongan yang memancing kemarahan. Warganet yang tidak bisa menahan diri, meluapkannya dalam secarik kolom komentar pemberitaan. Komentar pun dibaca, dan yang lain ikut angkat suara. Suasana menjadi rusuh, keresahAkhirnya berita itu menjadi trending topic karena sering dibicarakan.

Pembuat berita pun merasa senang mendapat berbagai keuntungan material atau pun jabatan tertentu yang dijanjikan pemangku kepentingan. Meskipun bangsa yang menjadi korban atas berita yang disebarkan, namun hal itu tidak menjadi permasalahan asal perut kenyang dan dijamin oleh kekuasaan. Lama kelamaan bisnis ini menjadi bisnis yang menguntungkan.

Tak menutup mata, kelompok radikal pun melihat berita hoaks sebagai suatu peluang besar. Dengan mengangkat isu ketidakadilan, ketidakmakmuran, serta penindasan rakyat kecil oleh rezim yang berkuasa, mereka tak ubahnya seperti seorang pahlawan yang menawarkan gerakan hebat menuju kemakmuran. Aliran dana besar serta isu-isu provokatif menyudutkan pemerintahan yang tidak henti-henti digemborkan membuat rakyat tertarik dan ikut serta berjihad bersama.

Meletakkan bom di setiap sudut penjagaan aparat keamanan, serta hukuman berat bagi mereka yang tidak mau menyeragamkan diri menjadi gambaran atas kenyataan jihad yang mereka gemborkan. Musuh mereka adalah pemerintahan yang dianggap dholim atas rakyatnya. Sehingga semua elemen yang melindungi pemerintahan harus dimusnahkan dan dihancurkan.

Ketika belasan peledakan bom berhasil tercium oleh pihak keamanan, mereka mengubah strategi menjadi penyusupan. Kini sasaran mereka tidak selalu berkutat pada bom dan tindak kejahatan, namun lebih melebar ke arah doktrin-doktrin sosial yang mengarah kepada masyarakat sipil dan pemerintahan. Tidak pelak, strategi ini telah berhasil memangkas toleransi masyarakat dan pemerintahan.

Banyak pernyataan yang tidak masuk akal dari anggota pemerintahan, kemudian ditanggapi emosional oleh sebagian masyarakat. Strategi ini bertujuan menguasai pemerintahan, sehingga dengan sendirinya negara akan berubah bentuk sesuai yang dicita-citakan oleh mereka.

Tentu semua hal ini tidak bisa terus menerus dibiarkan. Harus ada upaya lebih agar negara tidak jatuh kepada pihak yang salah. Virus-virius radikal yang sudah menjalar harus segera dihentikan. Sehingga jumlah korban tidak lagi bertambah, agar tidak semakin mempersulit keadaan. Semua lini harus dibenahi agar tidak menjadi celah kelompok radikal.

Meningkatkan kualitas kepemimpianan, pada dasarnya memimpin merupakan sebuah seni untuk mempengaruhi orang lain. Dalam konteks negara Indonesia, pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang menghargai keberagaman dan kesetaraan Bhineka Tunggal Ika. Kemudian dengan pemahaman seperti itu, dapat mempengaruhi rakyatnya untuk melakukan hal sama seperti dirinya.

Memperbaiki semua fasilitas di bidang apapun, doktrin ketidakadilan yang kerap digemborkan kelompok radikal dinukil dari kelemahan kebijakan pemerintahan yang dianggap tidak bisa membawa kemakmuran. Dengan adanya pemerataan pembangunan serta jaminan pemenuhan hak-hak rakyat akan mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan. Sehingga tidak akan lagi terjadi tindakan yang menjadi cikal bakal makar.

Menyebarkan pesan kedamaian, melihat strategi doktrin yang kerap dilakukan melalui media maya, maka perwujudan perdamaian pun harus dilakukan melalui media maya. Tujuannya sebagai lawan tanding dari mereka yang menginginkan perpecahan. Misalnya dapat membuat konten lucu yang disebarkan secara terus menerus di media maya. Tujuannya untuk mencairkan suasana akibat konflik sosial yang sengaja dilontarkan. Mereka dapat mengulik keberhasilan para Pahlawan, dimana mereka tidak mempermasalahkan perbedaan dan lebih fokus kepada kemerdekaan bangsa.

M. Faizi

Seorang penulis, blogger, penggemar perjalanan naik bis.

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

9 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

10 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

10 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

10 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago