Narasi

Meneropong Tantangan (Digital) Dan Harapan BNPT di Masa Mendatang

Keberadaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atau yang awalnya dinamai Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) merupakan upaya nyata pemerintah dalam mencegah dan menangani permasalahan terorisme berikut akar-akarnya. Salah satu latar belakang didirikannya DKPT adalah adanya peristiwa bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002.

Setelah belasan tahun BNPT melakukan tugas dan fungsinya, beragam upaya tindak kekerasan dan terorisme fisik dapat dicegah. BPNT tidak bekerja sendirian melainkan bersama dengan seluruh komponen masyarakat. Tak terkecuali para generasi muda juga banyak terlibat di dalamnya. Bahkan duta damai tersebar di seluruh antero nusantara. Semua ini memiliki andil besar dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme dan radikalisme.

Selain mencegah dan menanggulangi benih-benit terorisme dan radikalisme, keberhasilan BNPT dalam mengajak seluruh elemen masyarakat menjadi bagiannya merupakan langkah tepat dalam rangka menyebarkan virus perdamaian. Karena, dengan adanya keterlibatan seluruh komponen masyarakat, maka seluruh komponen masyarakat tersebut akan membawa benih-benih positif yang dihadirkan BNPT kepada dirinya, dan selanjutnya secara alamiah akan menyebar kepada orang-orang terdekat, misal keluarga, teman bekerja/pendidikan, ataupun orang-orang di sekitar lainnya.

Hasil dari upaya positif tersebut menunjukkan betapa saat ini tidak lagi marak adanya praktik bunuh diri di tempat umum semisal bom bunuh diri di Bali tahun 2002 lalu. Orang-orang yang awalnya garang di depan dengan selalu bermusuhan, bahkan kepada sesama saudara seagama, saat ini terlihat banyak kesamaan. Bahkan, banyak praktik ibadah yang awalnya mereka anggap salah, saat ini banyak dilakukan mereka. Semua ini merupakan fenomena yang cukup menenangkan hati.

Kendati demikian, kenyataan ini bukan berarti perang melawan terorisme dan radikalisme sudah selesai. Meski secara zahir para penggagas praktik terorisme dan radikalisme sudah “bertaubat” namun pada kenyataannya mereka masih memiliki ambisi untuk melanjutkan upayanya. Strategi demi strategi dibangun dalam rangka memuluskan rencana mereka.

Di era teknologi ini, media digital merupakan media yang sangat ampuh dalam menyebarkan ajaran, baik yang bersifat positif ataupun negative. Tidak terkecuali, virus-virus radikalisme dan terorisme juga dapat disebarkan dengan media ini. Apalagi media ini dapat digunakan dengan harga yang sangat murah dan mudah dipakai. Hampir semua orang sudah menggunakan media maya dalam berkomunikasi dan mencari informasi. Lebih-lebih di masa pandemic covid-19 ini, media maya adalah solusi terbaik dan ternyaman aktivitas komunikasi seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, dengan kegalauan berada di rumah saja dapat teratasi dengan mengunjungi media maya.

Di saat seperti inilah, sepertinya kelompok radikal dan teoris mengambil kesempatan dengan baik. Mereka menggunakan media maya dengan optimal dengan harapan bisa mendapatkan “teman” banyak dan selanjutnya bisa melaksanakan beragam program yang telah direncanakan. Mereka berusaha menguasai laman-laman media tulis, video, maupun gambar. Tak hanya itu, media sosial pun tak luput dari sasaran mereka.

Bermula dari sinilah, BNPT memiliki tantangan besar di akhir zaman ini. Media digital harus menjadi bagian pokok BNPT dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme. Ketika para pelaku teror telah berusaha menggunakan media maya dengan usaha keras, maka BNPT mesti bisa mengunggulinya. Kampanye-kampanye yang menarik hati harus lebih banyak tersebar dibandingkan dengan dengan kampanye yang dilancarkan oleh kelompok radikal-terorisme.

Dalam praktiknya, BNPT dapat mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda yang memiliki kreatifitas dan senang dalam bermedia maya. Mereka perlu mendapatkan stimulus sehingga memiliki jiwa yang kuat sebagaimana harapan BNPT. Selain BNPT membuat laman-laman khusus penanggulangan terorisme dan radikalisme, dengan kebisaannya menanamkan benih perdamaian kepada para generasi muda yang melek media, secara otomatis mereka akan mengampanyekan perdamaian di berbagai media yang ia kuasai.Wallahu a’lam.

This post was last modified on 16 Juli 2021 12:57 PM

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

15 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

15 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

15 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

15 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago