Narasi

Mengenali Sejarah adalah Harga Mati untuk Mencintai NKRI

Tidak ada satu negarapun yang mampu sejahtera dan semakin maju apabila masyarakatnya tidak mampu belajar dari sejarah masa lalu bangsanya. Mempelajari masa lalu bangsanya adalah sarana untuk mengenali karakter dan identitas bangsa.

Banyak siswa yang merasa jenuh dengan berbagai pelajaran yang mengandung unsur sejarah, entah itu sejarah dari negaranya sendiri ataupun sejarah bangsa lain. Karena rasa jenuh yang timbul seperti ini, mengakibatkan anak murid dan generasi muda menjadi buta sejarah dan menyebabkan kurangnya rasa cinta tanah air. Generasi muda seolah tercerabut dari akar tradisi dan karakter bangsa.

Sikap toleransi dan gotong royong yang dulu melekat di hati setiap bangsa Indonesia ini seolah semakin terkikis. Sikap dan perilaku warganegara yang semakin terlihat semakin tidak memiliki rasa perduli akan sekitar dan terkikisnya sikap gotong royong yang dahulunya ditanamkan diera perjuangan para pahlawan melawan penjajah di Negara ini.

Para pejabat yang tanpa rasa takut dan malu mengkorupsi uang rakyat hanya untuk kepentingan dirinya dan memakmurkan golongannya. Terorisme muncul karena nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak lagi diajarkan dalam dunia pendidikan dan hilang di tengah masyarakat.

Baca Juga : Jejak Khilafah, Disorientasi Sejarah dan Urgensi Penguatan Karakter Bangsa

Saat pandemi saat ini semestinya budaya dan karakter bangsa harus mampu ditumbuhkan. Sehingga kebijakan pemerintah tidak selalu mengalami tantangan dan penolakan dari masyarakat. Apabila pemimpin dan masyarakat negeri ini mau belajar dari sejarah, tidaklah sulit untuk bersama-sama membangun bangsa ini.

Tidak ada sejarah yang mengajarkan tentang kebodohan dan kemunafikan. Semua tentang bagaimana mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, semangat gotong royong dan saling menghargai satu sama lainnya.  Sejarah ada sebagai pembentuk karakter bangsa. Beberapa cara yang patut untuk di perhatikan supaya setiap warga Negara Indonesia terus mampu memperkuat karakter bangsa yang telah dibentuk generasi dan pahlawan pahlawan pandahulu sebagai berikut.

Pertama, karakter toleransi dengan memiliki rasa hormat kepada perbedaan. Rasa hormat merupakan perilaku yang yang diberikan kepada orang lain yang lebih tua. Penghormatan seperti ini bukan hanya sekedar penghormatan saja, namun juga dapat mempertebal rasa toleransi untuk manusia lain. Indonesia adalah bangsa yang bhineka yang sejak lama mewariskan toleransi.

Kedua, memupuk rasa tanggungjawab, karena rasa tanggungjawab mampu melatih diri untuk mengenali setiap tindakan kita, merugikan orang lain atau tidak. Dengan adanya rasa tanggungjawab, manusia tidak akan sembrono dalam melakukan segala sesuatunya.

Ketiga, memiliki jiwa yang adil. Bagi setiap warga nehara terutama para pemimpin dan hakin yang ada di Negara ini hendaknya mampu berbuat adil tanpa mementingkan kepentingan pribadi bukan dirinya atau golongannya. Sikap ini menunjang sikap dewasa yang ada pada diri manusia.

Keempat, sikap percara yang ditanamkan kepada sesame warga Negara Indonesia. Sikap yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara adalah perkataan,tidak berwajah ganda, bersikap jujur, dan memiliki sikap setia pada negaranya, dengan cara itulah kepercayaan setiap bangsa akan terbangun. tidak ada sikap menghianati bangsa, maka bangsapun tidak akan mudah terpecah belah.

Sejarah mengajarkan tentang nilai dan karakter bangsa yang mampu memupuk nasionalisme. Pembentukan karakter bangsa seperti di atas mampu memupuk jiwa sebagai jiwa yang kuat dan berprinsip. Dalam konteks kekinian, semangat nasionalisme akan semakin tergerus oleh arus zaman jika tidak mampu ditanamkan dalam setiap warga negara. Dalam konteks era industry 4.0 itu penanaman karakter harus beradaptasi dengan perubahan. Penanaman sejarah juga harus mampu diifiltrasi melalui teknologi. Perkembangan teknologi modern harus mampu membuat rasa nasionalisme warga semakin tumbuh berkembang dengan cara membuat konten-konten yang lebih segar dan lebih mudah dicerna. Menggali nilai nasionalisme adalah harga mati untuk mencintai bangsa ini.

This post was last modified on 7 Agustus 2020 3:14 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

23 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

23 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

23 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago