Keagamaan

Mengenalkan Dalil Membela Keragaman Pada Anak

Kita mungkin bertanya, kenapa propaganda narasi intoleransi dan radikalisme itu mudah meracuni seseorang? Termasuk anak-anak. Kalau kita amati, mereka selalu membawa dalil-dalil sebagai strategi, guna (meyakinkan) secara teologis ajaran radikal-intolerant itu dianggap benar ajaran-Nya.

Problem ini tentu dipengaruhi oleh minimnya orang di dalam mengenal dalil-dalil yang melarang ajaran radikal-intolerant. Jika tahu, mereka tidak akan tersesat di jalan keburukan itu dan bahkan merasa alergi atas dasar keimanan. Bahkan, segala propaganda kebencian dan perilaku yang merusak keragaman itu tumbuh, akibat tidak tahunya tentang dalil-dalil akan pentingnya membela keragaman.

Maka, menjadi penting dalam membentuk (parenting Qur’ani) pada anak. Secara orientasi, mengenalkan dalil-dalil pentingnya menjaga toleransi, kedamaian dan kebersamaan pada anak-anak sejak dini. sebagai pembentukan mentalitas dan kecerdasan spiritual anak, agar alergi kebencian serta bebas dari perilaku zhalim.

Misalnya, pengenalan dalil-dalil membela keragaman pada anak-anak paling tepat ketika mau menjelang tidur. Sebagaimana, kebiasaan anak-anak sebelum tidur, ingin orang tuanya menemani bercerita banyak hal. Lalu, kesempatan inilah anak-anak bisa dibimbing agar berkenalan dengan dalil-dalil membela keragaman.

Misalnya, orang tua menegaskan kepada anak-anaknya bahwa keragaman yang ada, perbedaan agama, perbedaan suku dan budaya sebagai kehendak Allah SWT. Lalu perkenalkan dengan (Qs. Al-Hujurat:13) “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti”.

Tekankan kepada anak-anak sebuah pemahaman bahwa perbedaan agama itu sudah menjadi sunnatullah yang harus dijaga dengan baik dan jangan dirusak. Lalu, secara perlahan anak-anak itu bacakan dalil, misalnya (Qs. Al-Maidah:48) “Dan sekiranya Allah berkehendak niscaya Dia menjadikan kalian semua dalam satu umat”.

Secara orientasi, jelas anak-anak memiliki satu kepercayaan yang akan dipegang selamanya. Bahwa, keragaman itu sebagai ketetapan Allah SWT yang harus dijaga dan itu ada dalilnya. Dari sinilah karakter anak yang toleran akan semakin perlahan tumbuh dalam dirinya dengan kesadaran iman.

Begitu juga, anak-anak perlu dinasihati untuk tidak menghina atau mencela orang-orang yang berbeda keyakinan dalam urusan ibadah. Atau bahkan, melarang anak-anak untuk tidak merusak atau mengganggu umat agama lain beribadah.

Nasihat semacam ini tentu diikuti dengan memperkenalkan ayat. Cara mengenalkan dalil-pun bisa membaca intisari, point penting di dalam Al-Qur’an. Agar mereka memiliki alasan teologis bahwa sikap menjaga keragaman itu sebagai prinsip beragama untuk dibela. Maka kenalkan-lah anak-anak dengan (Qs. “Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”.

Begitu juga anak-anak selalu nasihati jika di sekolah punya teman beda agama. Cobalah untuk jelaskan, bahwa boleh berteman, dan bahkan berbuat baik dan selalu bersikap adil. Tidak ada larangan dan sebagaimana anak-anak dengan pemahaman beberapa dalil membela keragaman itu.  

Anak-anak ceritakan, bahwa ada nasihat Allah SWT, sebagaimana dalam (Qs. Al-Mumtahanah:8)  “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.

Dalil-dalil di atas tentu sebagai pemantapan pemahaman anak-anak tentang dalil membela keragaman. Ceritakan-lah di waktu anak-anak sebelum tidur atau setelah waktu lenggang. Agar, dia benar-benar menyimak dan bisa memahami bahwa membela keragaman itu sebagai prinsip beragama, karena ada dalil yang mendasarinya.

This post was last modified on 6 Oktober 2023 12:19 PM

Nur Samsi

Recent Posts

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

22 jam ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

23 jam ago

Tak Ada Wakil Tuhan dalam Politik: Mengungkap Bahaya Politisasi Agama Jelang Pilkada

Tidak ada satu-pun calon kandidat politik dalam pilkada serentak 2024 yang hadir sebagai “wakil Tuhan”.…

23 jam ago

Komodifikasi Agama dalam Pilkada

Buku Islam Moderat VS Islam Radikal: Dinamika Politik Islam Kontemporer (2018), Karya Dr. Sri Yunanto…

2 hari ago

Jelang Pilkada 2024: Melihat Propaganda Ideologi Transnasional di Ruang Digital dan Bagaimana Mengatasinya

“Energi besar Gen Z semestinya dipakai untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah. Gen Z jangan mau dibajak…

2 hari ago

Mengapa Beda Pilihan, Tetap Toleran?

Menyedihkan. Peristiwa berdarah mengotori rangkaian pelaksanaan Pilkada 2024. Kejadian itu terjadi di Sampang. Seorang berinisial…

2 hari ago