Narasi

Menggali Nilai Persatuan Untuk Perdamaian Nasional

Jas Merah ( jangan sekali-kali melupakan sejarah)

Tahun 2017 telah berlalu dan kini kita memasuki tahun yang baru, tahun politik. Diberbagai penjuru Nusantara akan dilaksakan Pilkada serentak yang bisa jadi akan membawa perpecahan.hal ini bisa saja terjadi jika kita berkaca pada momentum Pilkada sebelumnya. sebab apa yang terjadi kemarin mempengaaruhi ondisi hari ini. Maka dari itu, kita perlu flashback untuk mengungkap realitas yang teradi ditahun sebelumnya untuk dijadikan pembelajaran ditahun ini. Setidaknya kita tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan.

Ditahun yang baru ini, tentu harapan kita mengkirstal pada satu kata “perdamaian” mengingat carut marutnya wajah negara kita ditahun-tahun sebelumnya. Maraknya terorisme, radikalisme dan intoleransi seharusnya memberikan rangsangan kesadaran bahwa negara yang kaya ini sedang terancam. Maka, kita perlu mengambil satu langkah analisis-reflektif sembari mencari cara meminimalisir kemungkinan-kemungkinan perpecahan yang akan terjadi.

Adanya terorisme dan radikalisme yang terjadi diathun-tahun sebelumnya tidak terlepas dari minimnya pengetahuan keagamaan. Pengetahuan keagamaan hanya sampai pada level pemahaman secara tekstual tanpa melihat konteks historis yang terjadi pada waktu itu. Hal ini juga disebabkan karena rendahnya kesadaran kebangsaan, padahal negara inilah yang dijadikan tempat untuk hidup dan mencari penghidupan.

Selanjutnya, adanya sikap intoleran yang terjadi semakin membuat nasib bangsa ini kian memperihatinkan. Betapa tidak bangsa ini dulunya bersatu karena berdasar pada perjuangan bersama dalam mengusir penjajah, kini sedang dirusak melalui berbagai macam cara. Sungguh tidak bisa dibayangkan bangsa yang plural akan menjadi bangsa yang terkotak-kotak menjadi golongan A, B, C dan lain sebagainya. Bagaimanapun kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi agama, kemanusiaan, persatuan dan kesatuan seperti apa yang diamatkan dalam sila-sila Pancasila. Cita-cita kebangsaan kita-pun jelas untuk ikut membantu perdamaian dunia.

Lalu, bagaimana akan membantu perdamaian dunia jika hantu Terorisme, radikalisme dan intoleransi menyelimuti rumah kebangsaan kita? Padahal konsekuensi dari adanya hantu-hantu tersebut sangat jelas akan membawa indonesia pada perpecahan. Bukankah hantu-hantu tersebut akan membuat identitas kebangsaan kita sebagai bangsa “gotong royong” trecerabut?

Menggali Nilai Persatuan

Problema yang terjadi pada bangsa ini perlu disikapi dengan hal yang paling mendasar yakni menggali dan mengaktulisasikan nilai-nilai persatuan. Nilai-nilai ini tercermin dalam 3 hal,  semangat gotong royong, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila. Semangat gotong royong yang penulis maksud bukan sebatas gotong royong dalam hal keseharian saja, dalam bakti sosial dilingkungan yang berskala kecil. Namun, gotong royong “bekerja bersama”, bahu membahu dalam menyelesaikan problem bangsa. Iklim gotong royong ini akan terbangun secara sempurna jika kita mampu menjadikan perbedaan menjadi kekuatan kebersamaan yang utuh. Disini semboyan “Bhinneka Tungal Ika” menemukan konteksnya.

Perbedaan suku,budaya, etnis, dan agama yang ada semakin memperkaya wajah kebangsaan kita, bukan sebaliknya. Selain itu perbedaan merupakan sunnatullah yang harus kita jaga sehingga akan tercipta bangunan sosial kemasyarakatan yang harmonis dan penuh dengan nilai-nilai toleransi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Pancasila merupakan empu pemersatu bangsa ini. Pancasila yang merupakan dasar negara lahir atas perenungan panjang dan mendalam terhadap nilai-nilai luhur yang mendasari kehidupan rakyat selama berabad-abad. Sila-sila dalam Pancasila tak ada satupun yang berlawanan dnegan nilai-nilai keagamaan. Sehingga Pancasila sangat patut dijadikan dasar diatas dasar yang menjadi acuan dalam setiap persoalan. Bahkan, meminjam istilah dalam buku Negara Paripurna, Pancasila merupakan The New Piagam Madinah yang luar biasa itu.

Akhirnya, persoalan bangsa ini adalah persoalan bersama, bukan persoalan perseorangan ataupun golongan. Apapun problem yang dihadapi jika kita bersatu-padu pastinya akan dengan mudah diselesaikan. Menjadi harapan bersama di tahun 2018 Indonesia mampu keluar dari lingkaran bahaya perpecahan. Sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang maju, sejahtera, dan dapat membantu menjaga perdamaian di seluruh dunia.

#IndonesiaSatu

Moh Zodikin Zani

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

16 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

16 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

16 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

16 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago