Categories: Kebangsaan

Mengingat Ulang Gotong Royong

Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”.

 Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!

Ir. Sukarno, Pidato 1 Juni 1945 di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI)

Semua dalam genggaman”, ya semua dalam genggaman, begitulah kalimat yang selalu didengungkan para pengagum teknologi gadget. Dengan sebuat piranti cerdas berupa telepon genggam seseorang bisa memesan makanan atau minuman, meminta orang lain antar kesana dan kemari. Bahkan, lewat sebuah piranti dalam genggaman seseorang bisa mengendalikan dan memengaruhi cara berpikir jutaan orang. Ituah kekuatan teknologi komunikasi bernama smart phone.

Sepintas teknolog gadget ini tampak menjawab seluruh kebutuhan hidup manusia. Namun, satu hal yang yang kurang disadari adalah semakin banyak menggunakan fasilitas “dalam genggaman” maka semakin banyak pula Ia mengurangi interaksi dengan orang lain. Saat interaksi dengan orang lain menjadi minim itulah nilai kemanusiaan sebagai makhluk sosial telah terenggut oleh teknologi. Lebih jauh bahkan sebuah penelitian menyebutkan gadget ternyata juga berkorelasi terhadap penurunan daya ingat.

Manusia diberikan kemuliaan oleh Allah setidaknya karena dua hal, kemampuan berpikir dan kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Dua hal ini lah yang membuat manusia patut dihargai, jika dua hal ini hilang maka sempurnalah rusaknya nilai kemanusiaan.

Gotong royong, istilah ini tiba-tiba muncul dalam benak saya. Gotong royong adalah istilah bertaji yang akan mengembalikan nilai kemanusiaan segenap bangsa Indonesia. Tidak ada satu penjelasan pun yang disepakati secara komprehensif dapat menjelaskan makna gotong royong.

Bukan karena rumitnya istilah ini, namun karena sangat berharganya. Istilah gotong royong memiliki makna yang dalam, padanya ada filsafat, karakter dan cita-cita bangsa Indonesia. Mengingat padatnya makna gotong royong, bahkan bung Karno mengatakan jika Pancasila diperas dalam satu sila saja maka gotong ronyonglah satu sila itu.

Secara sederhana, kamus bahasa Indonesia menjalaskan arti gotong royong adalah tolong menolong atau bantu membantu. Dengan demikian ada interaksi yang setara antar para pihak. Hal ini sangat berbeda dengan kerjasama transaksional yang difasilitasi gadget. Melalui fitur tertentu pengguna piranti cerdas ini dapat meminta orang lain membantu melakukan banyak hal. Namun demikian semuanya dengan harga dan ongkos material. Dengan ongkos tertentu sesorang dapat meminta atau diminta melakukan banyak hal. Ada nilai personal yang hilang pada kerjasama transaksional.

Setelah tujuh puluh tahun bangsa ini merdeka gotong royong masih menjadi pengikat antar warga. Dengan gotong royong Indonesia akan kembali menemukan kejayaannya dan segenap warganya terjaga nilai kemanusiaanya. Semoga dengan gotong royong kita dapat menjaga kemuliaan nilai kemanusiaan yang dianugerahkan oleh Allah. Amin.

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Mengapa Solidaritas Ekologis Sulit Tumbuh dalam Masyarakat Beragama?

Di tengah serangkaian bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, muncul satu…

2 jam ago

Pernahkah Membela Ayat-ayat Kauniyah yang Dinistakan?

Pernahkah Anda merenung sejenak di tengah keheningan malam? Ada sebuah ironi besar yang luput dari…

2 jam ago

Jihad Ekologis: Mengintegrasikan Moderasi Beragama dalam Penyelamatan Alam

Diskursus keagamaan kontemporer di Indonesia sering kali mengalami stagnasi pada ranah simbolisme politik. Energi kolektif…

5 jam ago

Menyikapi Isu Islam Politik vs Nasionalisme Jelang Reuni 212

Hari ini, 2 Desember, masyarakat Indonesia menyaksikan kembali perbincangan yang kian mengemuka mengenai ‘Islam politik’…

1 hari ago

Menjual Khilafah di Tengah Banjir: Menggugat Nalar Kaum Fatalis dalam Memandang Bencana

Tragedi air bah yang mengguyur sebagian wilayah Sumatera—mulai dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat—tidak…

1 hari ago

Tafsir Ayat-Ayat Ekologi; Membangun Kesalehan Lingkungan Berbasis Alquran

Alquran tidak hanya membahas relasi antara manusia dsn Sang Khaliq. Lebih dari itu, Alquran juga…

1 hari ago