Narasi

Mengoptimalkan Pengembangan E-Book sebagai Media Pendidikan Karakter

E-Book atau sering disebut elektronik buku seharusnya menjadi media yang sangat tepat untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus karakter setiap orang. Dari situ seseorang akan menemukan pemahaman-pemahaman baru yang sulit di jangkau. Minimal adanya E-Book ini akan membantu seorang ibu atau keluarga untuk memberikan asupan bacaan kepada anaknya dengan bacaan yang memadai dan mumpuni da tentunya juga harus dibarengi dengan pantauan dari orang tua.

Konsep ini amat menarik apabila dilestarikan dan dijadikan sebagai upaya untuk mengembangkan pemikiran. Salah satunya ialah untuk mengembangkan pendidikan karakter yang mulai menyusut di kalangan generasi millennial sekarang ini. Dan, gerakan literasi semacam ini sangat dibutuhkan untuk membangun kembali pola pikir yang kritis. Agar seorang bisa menemukan jati dirinya kembali.

Sudah banyak fakta yang menyebutkan, bahwasanya membaca menjadi jalan untuk membuka jendela dunia. Melalui membaca seseorang akan menemukan hal-hal baru. Sebuah pemahaman yang akan mengantarkan seseorang pada pendekatan yang mendalam tentang kehidupan. Selain itu, membaca juga seringkali menjadi seseorang akan mudah berinteraksi dengan orang lain. Ada faktor gen yang menunjukkan, semakin kita memperbanyak baca, keingintahuan akan selalu ada dalam pikiran. Kemudian akan memaksa seseorang untuk berinteraksi tentang ketidakpahaman akan bacaannya.

Berangkat dari interaksi inilah kemudian akan terjalin komunikasi yang memadai. Saling bertukar pendapat dan tentunya canda dan tawa yang akan mengikutinya. Mengamati perihal ini, tentunya sudah seharusnya pengembangan e-book doptimalkan dengan baik. Agar mampu melahirkan generasi millennial yang kritis. Pun ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah minimnya minat baca yang terjadi di Indonesia sekarang ini.

Baca juga : Membidik Tanpa Hardik

Sebuah studi yang dilakukan Central Connecticus State Universiy pada tahun 2016 mengenai Most Literate Nations in The World menyebutkan bahwa Indonesia menempati urusan ke-60 dari total 61 negara, atau dengan kata lain minta baca masyarakat Indonesia disebut-sebut hanya sebesar 0,01 persen atau satu banding sepuluh ribu.

Angka ini berbanding terbalik dengan jumlah pengguna Internet yang mencapai separuh dari total populasi produk Indonesia atau sekitar Rp 132,7 juta. Bahkan data yang dihimpun statista.com pada Januari 2018, disebutkan bahwa 44 persen populasi masyarakat Indonesia mengambil foto dan video menggunakan ponsel mereka.

Hal ini menunjukkan Indonesia sangat krisis dalam asupan bacaan bagi setiap orang. Padahal menurut Plato pendidikan itu perlu bagi setiap orang, sesuai dengan apa yang ia ungkapkan, “jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: pendidikan membuat orang menjadi baik dan orang tentu berperilaku mulia”.

Berkaca akan hal itu, sangat disarankan e-book sebagai jalan pintas untuk mendidik anak. Selain ini untuk menanggulangi pesatnya kemajuan teknologi, yang menawarkan beraneka tawaran, khususnya seseorang yang hanya disibukkan dalam game, e-book ini akan membawa sebuah gadget menjadi lebih bermanfaat. Yaitu bermanfaat untuk mengembangkan pola pikir agar tidak stagnan di satu tempat atau pemahaman.

Lahirnya e-book membuka kran atau wawasan baru bagi setiap orang. Khususnya bagi anak-anak agar tidak langsung tergoda dengan layanan media sosial yang semakin meluas. Terlebih, seorang anak masih dalam pemikiran yang awam, tentunya akan gampang terperangkap akan hal-hal negatif yang tersebar luas di media sosial tersebut.

Namun, selain pembekalan e-bookw orang tua juga harus memberikan pendidikan secara langsung. Interaksi ini bertujuan untuk membangun daya pikir anak dan tentunya untuk meluruskan ketidaktahuan seorang anak. Dengan begitu seorang anak akan memahami kasih sayang dari orang terdekatnya. Dan, pendekatan cinta ini adalah salah satu upaya untuk menanamkan pendidikan karakter kepada setia anak.

Pendidikan yang dibangun di atas landasan cinta akan menghasilkan anak didik yang memandang manusia dalam kerangka kemanusiaan. Cinta yang menjadi spirit dalam pendidikan akan memberikan nuansa saling menghormati, toleransi, saling menyayangi dan menjadikan relasi antara sesama sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dikembangkan. Untuk itu kenalkan anak pada e-book sejak dini sebagai upaya untuk mengasah pengetahuan kemudian dibarengi dengan interaksi yang memadai untuk menjalin kasih kedekatan dan pentingnya kasih sayang untuk anak didik.

Nurul Izzah

View Comments

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

7 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

7 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

7 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

7 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago