Rasisme menjadi salah satu tindakan yang sangat dibenci oleh setiap orang. Hal ini difaktori dengan adanya, bahwa sikap rasis kerap kali merendahkan orang lain. Bahkan, tidak sedikit dari kita, akan merasa terbelakang apabila dibilang orang yang berbeda dalam sebuah lingkungan tersebut.
Tindakan semacam inilah yang kemudian melunturkan citra serta entitas yang disandang seseorang. Seseorang yang seharusnya bangga dengan pribadinya, menjadi luntur akibat sebuah tindakan yang seharusnya tidak didengarnya. Naasnya, tindakan rasis semacam ini kerap kali menjadi sesuatu yang sangat biasa untuk sebagian kalangan. Bahkan, tidak sedikit mereka dengan sengaja mengatakan sesuatu yang menyakiti lawan bicaranya.
Seperti misalnya, Orang Jawa ya, pantesan lelet. Keras banget kamu, dasar orang Batak. Secara tidak langsung dua ucapan tersebut adalah salah satu tindakan rasisme, dengan menyindir kebudayaan yang ada. Karena pada faktanya setiap suku memiliki kebudayaan masing-masing. Orang Jawa memiliki ciri kebudayaan yang halus, dan cenderung santai. Hal ini sesuai dengan pepatah Jawa-nya yang mengatakan Alon-Alon Waton Kelakon. Pun dengan orang Batak yang memiliki ciri khas yang tegas. Hal ini bisa terlihat dengan intonasi bicaranya yang cenderung lebih tinggi dibandingkan orang Indonesia pada umumnya. Namun, hal ini bukan berarti orang Batak memiliki kepribadian yang keras. Tetapi, memang pengaruh kebudayaan, dan sudah sewajarnya seperti itu.
Percaya ataupun tidak, terkadang hal-hal sederhana semacam ini keluar dari mulut kita. Inilah yang sebenarnya harus dipertimbangkan kembali. Sebab, untuk membangun sebuah kerukunan, hal paling dasar yang harus diperhatikan ialah bagaimana membangun kedekatan, tanpa memandang dia siapa, dari suku mana, serta bagaimana kepribadiannya. Seseorang harus memberikan rasa nyaman dan tenang, agar bisa berkomunikasi dengan baik.
Sudah semestinya kita bersama-sama mengukuhkan kerukunan dan menghentikan tindakan rasisme sampai dengan akarnya. Kebersamaan tanpa memandang perbedaan inilah yang akan menjadi tolak ukur seseorang dalam membasmi tindakan kebencian. Dengan saling merangkul, dan berkomunikasi dengan baik, sudah menunjukkan bahwa kebersamaan itu indah. Yang kemudian bisa menjadi perdamaian.
Melumpuhkan tindakan rasisme di tengah masyarakat sudah menjadi keharusan setiap orang. Selain hal ini adalah salah satu bentuk perdamaian, ini juga menjadi bentuk toleransi, sekaligus cara untuk menjaga kebudayaan agar tetap utuh. Karena, kerap kali tindakan rasisme selain menyangkutpautkan etnis, juga menyangkutkan kebudayaan setempat.
Inilah yang seharusnya menjadi pembelajaran bersama. Bahwasanya membangun sebuah kerukunan harus dilandasi dengan rasa saling menjaga dan berani berkorban. Setiap dari kita harus berani menunjukkan, bahwa setiap apa yang dipandang rendah oleh orang lain, memiliki kelebihan masing. Dan mereka yang memiliki kelebihan, di satu sisi juga pasti memiliki kekurangan.
Al-Quran sendiri mengatakan, bahwa manusia diciptakan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Adanya suku-suku, etnis, ras, serta kebudayaan dan bahasa, itu adalah bagian dari keunikannya. Agar manusia saling menjaga dan menghargai antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, sudah seharusnya kerukunan ditegakkan. Karena melalui kerukunan tersebutlah, seseorang akan menemukan cinta dan kasih dari orang lain.
Mengakrabkan Diri akan Menciptakan Perdamaian
Berkomunikasi teramat penting untuk membangun kebersamaan. Komunikasi yang baik, akan melahirkan sesuatu yang positif. Kebersamaan menjadi modal penting untuk mengakrabkan diri dengan orang lain. Bahkan, dengan kebersamaan inilah seseorang akan menemukan jati dirinya, menemukan cara untuk bersosialisasi dengan orang banyak. Hingga, ia akan menemukan pentingnya sikap menghargai dan mencintai.
Menciptakan perdamaian tidak hanya sekedar menghilangkan rasisme dalam diri. Tetapi, lebih jauh lagi yaitu memupuk rasa saling memiliki, agar menjadi manusia yang berani bertindak dalam jalan kebenaran. Penting kiranya membasmi tindakan rasisme, tetapi yang jauh lebih penting ialah, bagaimana kita menghilangkan rasisme dalam diri kita terlebih dahulu.
Untuk itu, sudah seharusnya rasisme dihapuskan dalam pikiran dan jiwa kita. Agar tindakan-tindakan yang merendahkan orang lain, tidak keluar dari mulut dan prasangka-prasangka. Berdamailah dengan dirimu, agar kau tidak bertindak rasis terhadap orang lain. Karena ucapan dan tindakanmu adalah cermin akan rasis ataukah tindak dirimu.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…