Categories: Keagamaan

Menolak Kekerasan dengan Akal Sehat

Bulan ini, tepat satu tahun yang silam, seorang penyanyi asal Turki divonis penjara oleh pemerintah setempat dengan tuduhan telah melakukan penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam. Leman Sam, nama penyanyi malang itu, dipenjara setelah menulis sebuah status pendek di akun Twitter miliknya yang mengidentikkan pemotongan hewan kurban oleh masyarakat Muslim dengan pemenggalan kepala tawanan oleh ISIS. Baginya, aktifitas memotong hewan kurban yang dilakukan oleh umat Muslim tidak jauh berbeda dengan kelakuan anggota ISIS yang (juga) memotong kepala para tawanannya.

ISIS memang tumbuh menjadi organisasi teroris yang sangat mengerikan, mereka tidak segan menumpahkan darah bagi siapapun yang mencoba menghalangi jalan mereka. Hal ini tentu menimbulkan reaksi kemarahan di seluruh penjuru dunia, parade kekerasan yang mereka pertontonkan di berbagai media pemberitaan semakin menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok teroris yang sudah menginjak-injak kemanusiaan. Kebencian terhadap kelompok ini tentu menguat di sebagian besar masyarakat dunia, meski apa yang dialami oleh Leman sedikit berbeda. Entah disadari atau tidak, kebencian Leman yang begitu mendalam terhadap ISIS telah membuatnya kehilangan sebagian dari akal sehatnya.

Mengidentikkan pemenggalan kepala yang dilakukan ISIS dengan pemotongan hewan kurban yang dilakukan umat Muslim tentu tindakan ceroboh. ISIS membantai dengan penuh kesombongan dan kekejaman, sementara pemotongan hewan kurban dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan memperhatikan asas ibadah dan kesantunan.

Tanpa ada keraguan lagi, kelompok ISIS telah banyak melakukan tindakan kriminal atas nama agama. kelompok teroris pimpinan Abu Bakar al Baghdadi ini telah menyengsarakan jutaan orang, hingga tidak sedikit dari mereka yang harus hilang atau kehilangan keluarganya. ISIS, yang memulai pergerakannya dari Irak dan Suriah, telah menebar ketakutan yang luar biasa kepada dunia. Kelompok ini juga telah secara terang-terangan memporak porandakan tatanan peradaban Islam. Dengan sederet fakta kekejaman dan kejahatannya, ISIS sangat patut untuk dijadikan musuh bersama, namun demikian kebencian seharusnya tidak merusak akal sehat.

Kasus kecerobahan Leman adalah contoh bagaimana seseorang telah gagal mengelola emosinya dan mengekspresikan kebencian dengan cara-cara yang kontra produktif. Perbedaan pandangan dan kejahatan seharusnya disikapi dengan cara-cara yang proporsional. Alquran surah Ali Imron 159 mengingatkan kita semua tentang pentingnya bersikap halus dan hati yang lembut, karena sikap dan hati yang kasar akan menjauhkan orang lain dari kita.

Kelompok pelaku kekerasan semacam ISIS harus dilawan, tentu saja dengan perlawanan yang sesuai dengan kapasitas kita, dan diserati dengan nalar yang sehat. ISIS bukanlah organisasi kriminal biasa, mereka mengatasnamakan Islam dalam setiap aksinya. Mereka ingin mengecoh masyarakat dengan menanamkan anggapan bahwa ISIS benar-benar representasi dari Islam itu sendiri. Karena itu jika salah menyikapi ISIS, maka Islam juga yang akan menjadi korban.

ISIS telah merusak reputasi Islam dengan berbagai aksi kekerasan dan fandalismenya. Semoga kita semua dapat menjadi duta Islam yang menujukkan citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

5 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

5 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

5 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

5 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

22 jam ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

22 jam ago