Categories: Narasi

Merenungi Petuah Syeikh Abdul Qadir di Tengah Wabah Corona

Virus Corona atau COVID-19 adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis COVID-19 yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (Mers-Cov) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-Cov). Novel Coronavirus (2019-nCov) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Penelitian menyebutkan bahwa SARS-Cov ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-Cov dari unta ke manusia.

Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manisfestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari paparan. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan kematian.

Wabah COVID-19 telah membuat kepanikan warga Indonesia. Mengejutkan update Corona tercatat 18 Maret 2020, sudah ada 227 orang Indonesia terkena COVID-19. Dari 227 orang terjangkit COVID-19 mengakibatkan 19 orang meninggal dunia. Adapun pasien terjangkit COVID-19 yang sembuh berjumlah 11 orang. Bahkan seorang Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah diyatakan positif Corona. Persebaran para terjangkit COVID-19 kini sudah meliputi wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Banten.

Sebagian Kepala Daerah telah menetapkan respon Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait wabah COVID-19. Tentu KLB beda dengan lockdown. KLB hanya mengurangi aktifitas publik tetapi tidak menyeluruh, contohnya meliburkan sekolah dan menunda acara-acara yang melibatkan orang banyak. Sedangkan lockdown benar-benar menutup semua aktifitas publik seperti di Kota Wuhan, China. Kalau negara menetap lockdown maka harus menyukupi kebutuhan warganya dan ini tentu memakan biaya yang cukup besar, ini memang berat bagi pemerintah.

COVID-19 telah menimbulkan persepsi publik bahwa virus ini azab. Tetapi kalau dikaji lebih mendalam wabah COVID-19 adalah sebagai bentuk ujian hidup. Ujian hidup dengan wabah COVID-19 yaitu mengajarkan manusia menjunjung kepedulian terhadap sesama. Para pasien yang sudah terjangkit COVID-19 harus mau diisolasi dan mau jujur supaya yang lain bisa waspada sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19. COVID-19 menuntut manusia supaya selalu menjaga kebersihan tubuh.

Baca Juga : Bergandengan Tangan Melawan Corona

Bagaimana membedakan azab dan ujian? COVID-19 adalah musibah, bala’ atau musibah itu ada tiga macam tujuannya: yaitu bala’ sebagai hukuman, bala’ sebagai penghapus dosa dan bala’ sebagai pengangkat derajat. Hal ini berdasarkan keadaan atau reaksi orang yang terkena bala’ tersebut, sebagaimana keterangan dari Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani dalam kitab At Tabaqotul Kubro karya Syeikh Abdul Wahhab As-Sya’roni.

Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani berkata :

علامة الابتلاء على وجه العقوبة، والمقابلة عدم الصبر عند وجود البلاء والجزع، والشكوى إلى الخلق، وعلامة الابتلاء تكفيراً، وتمحيصاً للخطيئات، وجود الصبر الجميل من غير شكوى، ولا جزع ولا ضجر، ولا ثقل في أداء الأوامر، والطاعات، وعلامة الابتلاء لارتفاع الدرجات، وجود الرضا والموافقة، وطمأنينة النفس والسكون للأقدار حتى تنكشف

Artinya; “Tandanya bala’ atau musibah sebagai hukuman dan pembalasan adalah orang yang menerima bala’ tersebut tidak bersabar, malah bersedih dan mengeluh kepada makhluk. Tandanya bala’ atau musibah sebagai penebus dan penghapus kesalahan-kesalahan adalah kesabaran yang bagus tanpa adanya mengeluh , tidak bersedih dan tidak gelisah, serta tidak merasa berat ketika melakukan ketaatan-kataatan. Sedangkan tandanya bala’ atau musibah sebagai pengangkat derajat adalah adanya ridho, merasa cocok dan tenangnya jiwa serta tunduk patuh terhadap ketetapan ketetapan Allah hingga hilangnya bala’ tersebut “.

Keterangan Syeikh Abdul Qadir sang Wali Kutub pada massanya mengajarkan diri ini cerdas menyikapi COVID-19 sebagai azab atau ujian. Dari keterangan beliau kita bisa mawasdiri terhadap diri masing-masing. Bersikap dewasalah terhadap sesama yang sudah positif COVID-19. Jangan sampai kita menjustifikasi bahwa orang yang terkena COVID-19 itu terkena azab.

Terkait azab dan ujian Syeikh Abdul Qadir telah menerangkan secara gamblang. Wabah COVID-19 ini bisa dimaknai hukuman karena mereka yang terjangkit tak mampu bersabar, mengeluh dan bersedih. COVID-19 bisa juga sebagai penghapus dosa ketika yang terjangkit tidak mengeluh, tidak bersedih dan tidak gelisah serta tetap melakukan ketaatan. COVID-19 dimaknai sebagai pengangkat derajat ketika orang yang terjangkit mampu ridho dengan ketetapan Allah SWT, serta mereka mampu tenang tanpa kepanikan dan semakin dekat dengan Allah SWT.

Ketika sedang diuji dengan wabah COVID-19 hendaknya manusia tidak panik tetapi tidak mengurangi kewaspadaan. Dunia ini adalah bukan tempat balasan atas perbuatan. Sebab dunia tidak mampu menampung pahala satu orang ataupun azab buat satu orang. Hal ini menegaskan bahwa Allah SWT telah menyiapkan hari pembalasan di akhirat kelak. Jadi, didunia ini tidak ada pembalasan atas perbuatan manusia. Terpenting dalam menyikapi COVID-19 kita harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Budayakan cuci tangan, bersin ke siku, hindari menyentuh muka, hidung, mulut dan mata ketika tangan kotor inilah langkah preventif menyikapi wabah COVID-19. Soal pandangan terhadap wabah COVID-19 sebagai azab atau ujian dapat dikembalikan pada personal dalam menyikapinya. Sikap bijak tentu menunjukkan derajat keilmuan dan keimanan kita. Kita tidak usah panik menghadapi COVID-19 karena kita tidak sendiri menghadapinya. Cerdaslah membedakan azab dan ujian di tengah COVID-19 mewabah!.

This post was last modified on 19 Maret 2020 2:08 PM

Voni Adita Ameliana

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

5 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

5 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

5 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago