Anak muda milenial selalu ada keinginan untuk dianggap keren. Definisi keren, di kalangan anak muda biasanya menyangkut seberapa kekinian dan modis penampilan mereka. Dari sana, mereka pun berlomba-lomba tampil keren. Di samping itu, definisi keren dalam imajinasi anak muda juga berkaitan dengan hal-hal yang lebih mendalam dan esensial. Seperti kepribadian, sikap yang positif, juga tentang prestasi, pencapaian, dan kesuksesan.
Di tengah persoalan menyebarkan konten negatif di media sosial, definisi tentang “keren” di kalangan anak muda milenial mesti diarahkan ke hal tersebut. Hal ini, bisa dibangun dari kesadaran bahwa anak muda berperan sebagai generasi penerus bangsa. Sebagai generasi penerus, anak muda butuh kemampuan, kompetensi, dan kesadaran untuk tidak hanya membawa bangsa ini menuju kemajuan, namun juga sebagai bekal merawat dan menjaga bangsa ini agar tetap kokoh berdiri dalam perdamaian dan keharmonisan.
Kesadaran ini, di antaranya bisa diwujudkan generasi muda milenial dengan berkontribusi menjaga perdamaian dan keharmonisan sosial, dengan caranya sendiri yang khas anak muda. Artinya, anak muda dikatakan keren ketika mampu secara aktif turut serta dalam kerja-kerja dan upaya-upaya menjaga bangsa. Anak muda yang keren adalah mereka yang punya visi sosial untuk berkontribusi, bahkan menjadi penggerak terbangunnya persaudaraan dan perdamaian di masyarakat.
Melek literasi digital
Keren kini tak lagi tentang seberapa trendi penampilan kita. Lebih jauh, keren adalah seberapa besar sumbangsih dan kemanfaatan kita pada sesama. Inilah yang mesti ditanamkan dan ditumbuhkan di kalangan generasi milenial. Dalam konteks era informasi digital, anak muda yang keren adalah anak muda yang memiliki kecerdasan bermedia atau literasi digital. Kecakapan literasi digital sangat mendasar dan penting. UNESCO bahkan mendefinisikan kecakapan literasi digital tak ubahnya kecakapan hidup: “digital literary as a life skill”.
Literasi digital adalah kemampuan memahami dan dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer (Gilster: 1997). Anak muda yang melek literasi digital artinya punya kecerdasan menelaah dan menilai suatu informasi yang didapat dari perangkat digital. Ia bisa menilai sejauh mana suatu informasi atau narasi memiliki kebenaran, mulai kredibilitas sumber, kesahihan nalar, dan berbagai indikasi lainnya untuk mengukur seberapa jauh suatu informasi bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan.
Baca juga : Selamatkan Sosial Media Kita dari Virus Hoax! Ayo Menjadi Security Online
Hal tersebut merupakan bekal paling mendasar agar anak muda milenial tak mudah terprovokasi. Dengan kecakapan literasi digital, milenial tak hanya akan menjadi generasi pengguna internet dan media sosial yang gampang hanyut oleh narasi dan provokasi yang dibawa banjir informasi. Literasi digital menjadi benteng yang memandu milenial untuk secara cerdas dan bijak menggunakan internet dan media sosial.
Bagi anak muda milenial, kebutuhan akan kemampuan literasi digital tak bisa dilepaskan dari kesadaran untuk bisa turut menjaga perdamaian dan keharmonisan di dunia maya. Dari sanalah, seorang anak muda bisa dikatakan memiliki nilai lebih atau “keren”. Ia tak sekadar hanyut dalam euforia era informasi digital, namun juga membekali diri dengan ilmu, pengetahuan, dan kecakapan dalam menggunakannya secara cerdas dan bijak.
Aktif ronda digital
Setelah memiliki kecakapan literasi digital, milenial juga perlu melangkah jauh ke depan dengan aktif menjaga dunia maya. Sebagai generasi yang paling banyak menggunakan media sosial, milenial punya tanggungjawab untuk turut menjaga lingkungan media sosial. Di sinilah kemudian, anak muda milenial yang keren adalah mereka yang punya kesadaran untuk aktif memantau dan melakukan penindakan yang diperlukan ketika menemukan konten negatif yang ditemui di dunia maya.
Anak muda milenial diharapkan menjadi generasi yang menggerakkan aktivitas ronda digital. Sebuah aktivitas memastikan keamanan dan kedamaian di dunia maya. Ini bisa dilakukan dengan aktif melakukan patroli online, menelusuri linimasa dan memastikan bebas dari konten-konten negatif seperti berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), konten radikal, dan sebagainya.
Di sinilah terlihat pentingnya generasi milenial memiliki bekal kecakapan literasi digital. Untuk bisa menilai apakah suatu konten memuat unsur hoax, ujaran kebencian, atau radikalisme, milenial perlu menguasai kecakapan menelaah informasi. Dengan kata lain, literasi digital bagi milenial tak ubahnya kompetensi yang mesti dimiliki untuk bisa aktif melakukan penjagaan keamanan secara online. Berbekal kemampuan tersebut, milenial bisa menempatkan diri sebagai hansip online yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan kedamaian masyarakat di dunia maya.
Dalam menjalankan ronda online, prinsip kecermatan dan kehati-hatian dalam mencerna setiap informasi menjadi hal utama. Di samping menjalankan peran tersebut, milenial juga mesti terus menambah pengetahuan mengenai dinamika masyarakat digital. Di antarnaya dengan aktif mengikuti kegiatan, forum, dan diskusi-diskusi anti-hoax atau narasi kebencian. Ini penting, di samping untuk memperkaya wawasan, juga bisa menjadi wadah menyalurkan pemikiran mengenai bagaimana menangkal fenomena tersebut.
Anak muda atau generasi milenial adalah generasi kreatif dan berani yang berpotensi menciptakan gerakan-gerakan besar yang berpengaruh di masyarakat. Milenial mesti bisa menggunakan potensi tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi terciptanya keamanan, keharmonisan, dan perdamaian di masyarakat.
Imajinasi tentang milenial yang keren mesti lebih diarahkan pada kerja-kerja aktif untuk menciptakan perdamaian dan kerja-kerja yang bernilai kemanfaatan secara sosial. Pemuda yang keren tak lagi tentang seberapa trendi penampilan dan seberapa hebat mereka mampu menarik perhatian. Di era masyarakat digital sekarang, pemuda yang keren adalah mereka yang punya kecakapan literasi digital dan aktif menjaga media sosial.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
View Comments