Narasi

Musyawarah sebagai Wadah Aspirasi Rakyat

Indonesia terlahir dengan berbagai macam etnis, ras, budaya, dan agama. Dari perbedaan itulah kemudian Indonesia menjadi negara yang demokrasi. Negara yang menuntun rakyatnya untuk saling menghargai dan saling mencintai antara sesama, tanpa memandang perbedaan.

Terbentuknya ideologi demokrasi juga membutuhkan proses yang panjang dan pendalaman. Di mana harus melakukan musyawarah, untuk mendiskusikan mana yang pantas untuk dijadikan rujukan sebagai madzhab yang bisa menyatukan bangsa. Hingga ideologi ini menjadi panutan untuk hidup berdampingan, tanpa memandang orang lain terlahir di mana dan apa agama yang dianutnya.

Di lain sisi musyawarah juga menjadi salah satu bukti, bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama. Setiap rakyat berhak untuk memberikan masukan atau aspirasi dalam membangun Indonesia menjadi lebih maju dan ber-kedaulatan. Hingga menjadi negara yang disegani oleh negara-negara besar lainnya.

Adanya sebuah musyawarah dalam ideologi Pancasila. Berarti hal ini sudah mencerminkan, bahwa rakyat Indonesia menyetujui konsep perdamaian. Setiap manusia menjadi agen untuk hidup berdampingan dengan penuh cinta, saling mengasihi dan senantiasa menebar kasih sayang terhadap sesama manusia.

Musyawarah sudah menjadi bagian dari demokrasi. Di mana penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat dan jika terjadi keburukan berkepanjangan barulah dilakukan pengambilan suara. Hal ini menunjukkan musyawarah selalu menghasilkan pengalaman baru dan pengetahuan baru. Sebuah ide yang bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Jadi, bisa dikatakan musyawarah merupakan proses pembahasan suatu persoalan atau penyelesaian masalah secara bersama-sama. Dan dalam musyawarah ini, ada tiga poin besar dalam mengambil kesimpulan. Yaitu setuju untuk bersetuju, setuju untuk tidak bersetuju, setuju untuk menunda persetujuan. Semua yang dalam musyawarah ini berhak untuk menentukan dan menuangkan aspirasi dan pemikirannya. Dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang sudah ada.

Bisa dikatakan, apabila kita tidak setuju atau keberatan dengan pendapat orang lain. Maka, kita berhak untuk menolaknya, dengan penguat kita juga menyampaikan alasan mengapa tidak setuju  dengan gagasan tersebut. Hingga akan memunculkan ide-ide baru yang kemudian diberi wadah untuk dikaji lebih mendalam lagi.

Hal ini menunjukkan, dengan menetapkan musyawarah sebagai pedoman hidup. Maka, dirinya sudah berusaha untuk membangun kerukunan bersama. Dirinya berusaha menciptakan perdamaian dalam lingkungannya dan berusaha menjaga keberagaman yang ada.

Musyawarah Sebagai Konsep Kesetaraan

Ada nilai tersendiri, apabila seseorang bisa memahami musyawarah. Seperti misalnya, ia memahami konsep perdamaian, bisa menghargai orang lain, dan senantiasa terbuka dalam setiap persoalan. Hingga pada saat yang sama, musyawarah mengajarkan kepada setiap orang pentingnya sebuah komunikasi untuk membangun kerukunan hidup bersama.

Ketika pemikiran ini sudah melekat pada diri kita. Maka, ia sudah berusaha untuk menerapkan kesetaraan di negeri Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gus Dur, dalam buku yang berjudul Tuhan Tidak Perlu di Bela. Islam bersikap sama, karena al-Quran sudah menetapkan agama yang benar di sisi Allah ialah Islam. Namun tidak berarti negara tidak boleh memberikan perlakukan yang sama kepada semua agama. Sebaliknya, ketuhanan negara hanya akan tercapai kalau ia memberikan perlakuan yang sama di muka hukum. Persamaan teologis antara dua agama tidak akan mungkin ada – kalau diartikan sebagai hak merumuskan kebenaran mutlak Tuhan. Namun, persamaan kedudukan di muka hukum bisa ditegaskan, selama ada yang memberikan perlakukan yang sama.

Apa yang dimaksudkan Gus Dur di atas sejatinya merujuk pada diri kita sendiri. Bisakah kita menilai sesuatu atas dasar keinginan sebagai sesama manusia, bisakah kita menerapkan toleransi terhadap golongan lain, bisakah kita menjadi pribadi yang saling memberi dan membantu dengan sesama manusia. Karena Pancasila juga menegaskan negeri ini adalah Demokrasi. Kita harus hidup rukun dan saling menjaga untuk keutuhan NKRI.

Dari rasa saling memiliki yang demikian, pastinya akan tercipta kesetaraan antara sesama manusia. Kesetaraan yang akan mengajak seseorang untuk saling menghargai dan menghormati. Kesetaraan yang akan membangun seseorang menuju manusia yang Rahmatal Lil Alamin.

Berangkat dari musyawarah, akan melahirkan kesetaraan untuk saling menghargai dan menjaga. Bahwasanya setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat.

Suroso

Recent Posts

Pesantren, Moderasi, dan Sindikat Pembunuhan Jati Diri

Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga penjaga moralitas dan peradaban. Dari masa perjuangan…

2 hari ago

Dari Khilafah ke Psywar; Pergeseran Propaganda ISIS yang Harus Diwaspadai

Gelombang propaganda kelompok teror ISIS tampaknya belum benar-benar surut. Meski kekuasaan teritorial mereka di Suriah…

2 hari ago

Framing Jahat Media terhdap Pesantren : Upaya Adu Domba dan Melemahkan Karakter Islam Nusantara

Islam di Indonesia, yang sering kali disebut sebagai Islam Nusantara, memiliki ciri khas yang sangat…

2 hari ago

Delegitimasi Tradisi Pesantren; Membongkar Taktik Manipulatif Kaum Salafi Wahabi Mengadudomba Umat Islam

Jagad media sosial, terutama X heboh oleh unggahan tagar "Boikot Trans7". Tanda pagar itu muncul…

4 hari ago

Bagaimana Menjadi Muslim Kaffah dalam Konteks Nusantara?

Islam kaffah adalah frase yang populer sekali di kalangan muslim konservatif. Frase ini dipakai untuk…

4 hari ago

Menyoal Polemik Trans7; Monetisasi Fitnah di Tengah Senjakala Industri Media Massa

Trans7 tengah dihujat netizen di media sosial. Salah satu tayangan mereka dianggap menghina pesantren dan…

4 hari ago