Narasi

Pahlawan Masa kini, Menjadi Palu Pemecah Hoax dan Radikalisme

Dewasa ini, dunia maya sudah menjadi babak baru dalam perang ideologi. Melalui media sosial (medsos), perang antar kelompok seolah tidak bisa diredam, malah bak bola salju yang menggelinding kian membesar. Apabila tidak ditangani dengan segera, bukan tidak mungkin bangsa ini akan mengalami perang saudara seperti halnya yang ada di timur tengah saat ini.

Banyaknya berita palsu (hoax) yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab, apabila kita tidak berhati-hati dalam menanggapinya, bisa-bisa kita termakan tipuan hoax tersebut. Kita asal nge-share berita tersebut tanpa kroscek dulu kebenarannya, pasti akan sangat merugikan sekali bagi pihak yang difitnah dalam berita hoax tersebut.

Padahal, menyebarkan atau memberikan informasi buruk di internet bisa terancaman pidana pasal 310 dan 311 KUHP dan Undang-Undang ITE. Medsos semestinya dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan menyebarkan konten-konten positif.

Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Maman Imanulhaq (2017) menjelaskan, radikalisme dan hoax adalah masalah serius. Kita harus melawan mereka karena kalau diam mereka bakal menimbulkan bahaya yang besar bagi keutuhan NKRI.

Tepat tanggal 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Kala itu, terjadi peristiwa besar di Surabaya. Tokoh yang menjadi pelopor muda yaitu Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat. Bung Tomo terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya ketika itu sehingga perlawanan terus berlanjut. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Langkah Sederhana

Lalu apa yang bisa dilakukan pahlawan masa kini? Ya, kita tidak perlu lagi mengangkat senjata seperti yang dilakukan Bung Tomo dan pemuda-pemuda dulu, itu sudah menjadi tugas ABRI, TNI dan Polri. yang bisa kita lakukan sekarang adalah menjadi palu pemecah hoax dan paham radikal yang kian merajalela.

Oleh karena itu, spirit melawan hoax dan radikalisme perlu digencarkan. Menurut Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax, Septiaji Eko Nugroho (2016) menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli.

Pertama, Hati-hati dengan judul provokatif. Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Oleh karenanya, apabila menjumpai hal tersebut, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.

Kedua, cermati alamat situs. Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi. Misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Ketiga, periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya. Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri. Perhatikan juga keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Keempat, cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Kelima, ikut serta grup diskusi anti-hoax. Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, dan lain sebagainya. Di grup-grup diskusi ini kita bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.

Momentum hari pahlawan seharusnya dijadikan refleksi agar generasi muda makin bijak dalam menggunakan medsos. Pahlawan masa kini adalah pahlawan yang mampu mengisi konten-konten positif di medsos serta melawan hoax. Sehingga paham radikal bisa kita cegah melalui medsos untuk Indonesia yang damai. Semoga !

Muhlisin

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

16 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

16 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

16 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

16 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago