Categories: Narasi

Pahlawan Zaman Now: Cyber Army Dunia Maya

Menjadi cyber army dunia maya, konsisten menebarkan konten positif dan berita damai untuk menangkal radikalisme dan terorisme adalah sosok pahlawan zaman now.

Banyak cara menjadi dan dikatakan pahlawan tanpa mendapatkan gelar pahlawan nasional. Pahlawan zaman now dia yang tetap optimis untuk menjaga generasi kedepannya dari isu sara yang memecah belah. Melalui aksi-aksi kreatif membuat tulisan, meme, komic, dan video yang disebar tebarkan diseluruh penjuru dunia maya.

Bambu runcing tak lagi dibutuhkan dalam perjuangan pahlawan zaman now, kuku runcing nan lihai mengetik dan mengklik, serta fikiran cerdik lah yang menjadi koentji.

Mengapa Cyber Army

Ketahuilah wahai saudaraku sebangsa dan setanah air, internet saat ini menjadi media lain para teroris untuk menyebarkan paham-paham kebencian mereka. Juga sadarlah wahai saudariku dengan adanya situs atau laman internet, mereka menyerukan ajakan jihad melalui dunia maya. Mereka melakukan penyerangan paham teror secara bertubi-tubi hingga mengalahkan konten-konten positif yang belum banyak dan massif.

Tidak hanya itu, mereka merekrut dan membai’at anggota baru melalui dunia maya. Masih ingatkah kita dengan Abu Bakar Ba’asyir yang di Nusakambangan menyatakan bai’at melalui situsnya sekaligus mendoktrin bahwa Indonesia adalah negara kafir. Sehingga mereka harus hijrah bergabung dengan kelompok yang mengklaim dirinya paling suci agar dapat masuk syurga dan bertemu 72 bidadari.

Apakah hanya di Indonesia?. Tidak. Di wilayah Eropa pun, kaum mudanya bergabung dengan ISIS berawal dari media sosial dan situs-situs radikal. So, pemuda zaman now harus mengambil bagian dalam kancah pertarungan strategi di dunia maya untuk menjadi Cyber Army. Menjadi pahlawan kontra propaganda yang kreatif, menyusun siasat dan menjalankan aksi menggempur situs radikal dengan konten positif.

Mengapa Harus Pemuda zaman now

Pertama, pemuda memiliki bekal kemampuan hi-tech. propaganda terorisme melalui media online semakin merajalela dan tak bisa dibendung. Melalui media online juga perubahan pola propaganda terorisme berlangsung lebih massif dan terbuka. Disinilah pemuda dibutuhkan berperan lebih banyak.

Kedua, pemuda mempunyai kemampuan mengakses internet yang baik. Penyebaran paham dan ajaran oleh teroris banyak dilakukan melalui akun-akun anonim di dunia maya. Dan penyebaran paham radikal melalui dunia maya paling banyak memakan korban dari kalangan anak muda. Nah, daripada menjadi korban mending mulai sekarang memutuskan diri menjadi cyber army dunia maya bersama Duta Damai Dunia Maya se-nusantara.

Ketiga, pemuda  memiliki semangat yang tinggi dan membara. Masih ingatkan kata-kata sang proklamator kita Soekarno: beri aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia. Ucapan beliau bukan hanya isapan jempol belaka, atau hanya untuk memberi semangat terhadap pemuda kala itu. Tapi semakin menegaskan bahwa kegigihan pemuda mampu mencapai hal-hal yang dianggap mustahil. Termasuk memerangi ideologi penebar ketakutan di dunia maya.

Keempat, pemuda adalah kaum intelektual. Fakta bahwa para kelompok fundamentalis tidak bodoh. Para pemimpin kelompok mereka memiliki pendidikan universitas denga gelar doktor, dokter, insinyur dan lainnya. Salah satu contoh Mawan Kurniawan seorang lulusan terbaik informatika sebuah universitas di Bandung, meng-hack sebuah situs investasi dan berhasil mencuri miliaran rupiah untuk mendukung kelompok teror di Poso. Sehingga dibutuhkan cyber army dari pemuda-pemuda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, juga tidak labil secara kejiwaan serta bijak dalam bermedia sosial.    

Kelima, pemuda adalah agen of change. Pemuda menjadi tonggak utama dalam melakukan perubahan. Apabila pemudanya baik maka baik pula suatu bangsa. Maka, menjadi cyber army perdamaian adalah langkah awal membuat perubahan.

Well, sekian pemaparan saya tentang pahlawan zaman now. Sesungguhnya menjadi pahlawan tidak harus kembali pada masa perjuangan kemerdekaan. Serta tidak perlu menyemat anugerah pahlawan nasional. Jadilah pahlawan zaman now!, salah satunya menjadi cyber army menebar perdamaian di dunia maya.

Rohani Inta Dewi

Recent Posts

Nasionalisme, Ukhuwah Islamiah, dan Cacat Pikir Kelompok Radikal-Teror

Tanggal 20 Mei berlalu begitu saja dan siapa yang ingat ihwal Hari Kebangkitan Nasional? Saya…

10 jam ago

Ironi Masyarakat Paling Religius: Menimbang Ulang Makna Religiusitas di Indonesia

Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling religius di dunia menurut dua lembaga besar seperti CEOWORLD…

10 jam ago

“Ittiba’ Disconnect”; Kerancuan HTI Memahami Kebangkitan Islam

Meski sudah resmi dibubarkan dan dilarang beberapa tahun lalu, Hizbut Tahrir Indonesia alias HTI tampaknya…

13 jam ago

Kebangkitan Nasional, Ki Hadjar Dewantara, dan Kejawen

Nasionalisme, sejauh ini, selalu saja dihadapkan pada agama sebagaimana dua entitas yang sama sekali berbeda…

1 hari ago

Membangun Sinergi Gerakan Nasional dan Pembaruan Keagamaan

Kebangkitan Nasional pada awal abad ke-20 bukan sekadar momentum politis untuk meraih kemerdekaan. Lebih dari…

1 hari ago

Cahaya dari Madinah: Pendidikan dan Moderasi sebagai Denyut Nadi Peradaban

Pada suatu masa, lebih dari empat belas abad silam, Yatsrib, sebuah oasis di tengah gurun…

1 hari ago