Narasi

“Pahlawan” Zaman Now, Teknologi, dan Virus Radikalisme

Generasi muda merupakan penentu nasib bangsa dan dunia di masa mendatang. Ketika generasi mudanya bisa menjaga persatuan dalam perbedaan, maka negara akan menjadi aman dan tenteram. Sebaliknya, jika generasi mudanya mengedepankan egoisme sehingga radikalisme terjadi di mana-mana, maka kerusakan zaman tinggal menunggu saatnya (fantaziri sa’ah).

Radikalisme merupakan salah satu penyakit generasi muda ‘zaman now’, wabil khusus Indonesia. Dengan alasan ingin mendapatkan surga lengkap dengan para badidadarinya, mereka merusak “dunia” dan dirinya secara membabi buta. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, namun mereka tidak sadar.

Tak dapat dimungkiri, generasi muda adalah sosok yang penuh dengan imajinasi, memiliki nafsu terhadap lawan jenis yang menggejolak. Dalam pada itulah, kata bidadari (lebih-lebih di dalam surga) menjadi satu hal yang sangat menarik bagi mereka. Dalam pada itulah, ketika rasa ingin segera bertemu sekaligus menikmati lawan jenis sudah memuncak, sementara ada orang yang memberi jalan pintas agar segera mendapatkannya, maka ia akan dengan semangat baja melakukannya. Walhasil, terdapat generasi muda yang rela mengorbankan diri dan berbuat kerusakan di bumi dengan cara melakukan bom bunuh diri.

Terhadap orang munafik karena berbuat kerusakan, Allah SWT berfirman, “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,’ mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS-al-Baqarah: 11-12).

Ketidaktahuan para generasi muda bahwa berbuat kerusakan terhadap diri dan lingkungan sekitarnya merupakan larangan Allah SWT adalah karena besarnya informasi negatif sehingga mengalahkan informasi positif yang ada. Informasi negatif (baca: benih-benih radikalisme) secara massif dan terorganisir rapi disebarkan oleh kelompok tertentu. Dengan kedok agama, mereka mampu mencuci otak para generasi muda kita.

Dalam pada itulah, ogenerasi muda kita mesti cerdar menangkal virus radikalisme yang terus menyerangnya. Pada dasarnya, generasi muda kita adalah generasi muda yang sangat hebat. Mereka memiliki kesempatan besar untuk dapat menangkal, bahkan membasmi, virus radikalisme yang terus mengoyaknya.

Para generasi muda kita adalah generasi muda yang sadar teknologi. Dengan sarana teknologi, mereka akan dengan leluasa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan teknologi ‘zaman now’, mereka akan dengan mudah menyelediki segala informasi yang datang kepadanya adalah benar atau sekadar hoax. Termasuk juga di dalam perkara radikalisme, apakah bom bunuh diri serta tindak radikal sejenis dapat dikatakan jihad fi sabilillah atau jihad fi sabilisyaithan.

Penyakit yang melanda generasi muda kita sekarang adalah malas klarifikasi terhadap informasi yang berdatangan. Lebih banyak dari mereka adalah generasi muda yang suka share informasi yang ia dapat tanpa terlebih dahulu menyelediki kebenaran dan/atau menimbang manfaat-madlaratnya. Parahnya, banyak dari generasi muda kita yang suka share informasi terhadap narasi yang belum dibacanya. Padahal, banyak informasi yang betebaran saat ini di-frame sesuai dengan kehendak pembuat informasi sehingga para pembaca memiliki pandangan sebagaimana pembuat informasi.

Dalam pada itulah, generasi muda kita saat ini bisa memanfaatkan teknologi yang ada sebagai sarana untuk menangkal arus radikalisme atau sebaliknya, mempergunakan teknologi untuk menyebarluaskan virus radikalisme. Dan menjadi tugas bersama adalah mengarahkan para generasi muda kita agar memanfaatkan tekonologi sebagai sarana “berjihad” memerangi radikalisme. Sadarkan kepada mereka bahwa salah satu musuh agama dan negara saat ini adalah ancaman radikalisme, maka memeranginya adalah termasuk fi sabilillah.

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

20 jam ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

20 jam ago

KH. Syukron Makmun: Singa Podium, Pelestari Akidah Ahlussunnah, dan Konter Wahabi

Di tengah ketegangan antarumat Islam akibat ikhtilaf mengenai hukum musik, yang diprakarsai oleh Wahabi dan…

20 jam ago

Gotong Royong: Menangkal Cacat Paham Individualisme Agama

Indonesia berdiri di atas keragaman sebagai salah satu pondasi utamanya. Oleh karena itu, keragaman itu…

20 jam ago

Noktah Hitam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Indonesia Dalam Kacamata Umat Beragama

Situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia saat ini tidak dalam keadaan “baik-baik saja”.…

2 hari ago

Toleransi Bukan Sekedar Menghormati, Tetapi Menjamin Hak yang Berbeda

Egoisme beragama adalah salah satu penghambat dalam membangun harmoni sosial antar umat beragama. Fenomena ini…

2 hari ago