Narasi

Pancasila sebagai Jalan Kebenaran

Indonesia sebagai bangsa besar pantas memiliki dasar ideologis yang kuat sekaligus tangguh. Dengan berbagai kemajemukan, Indonesia telah mampu melewati bentuk-bentuk ujian.  Diantaranya adalah terorisme dan keompok anti-pancasila yang terus menggerogoti bingkai nilai kebangsaan. Namun, indonesia tetaplah kuat, setangguh pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa.

Pancasila adalah satu-satunya jalan bagi kebenaran. Di indonesia pancasila merupakan penuntut dari “kegelapan” menuju “terang benderang”. Yakni dari gelapnya penjajahan menjadi kemerdekaan yang hakiki. Dari gelapnya kesesatan ideologi menjadi pancasilais sesungguhnya.

Ber-pancasila kewajiban bagi semua warga negara Indonesia. Tidak hanya wajib melafal dan menghafalkan, tapi juga mengamalkan. Itu titik pentingnya, nilai-nilai pancasila harus diamalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik sosial, agama, politik, dan berbudaya.

Sikap anti-pancasila adalah jalan kesesatan yang nyata. Anti terhadap pancasila sama saja sedang menjajah negaranya sendiri. Kesesatan itu berujung pada lahirnya terorisme, radikalisme, baik di dunia nyata maupun media sosial. Maka jangan pernah mengikuti ideologi yang sesat-menyesatkan, yakni ideologi yang anti terhadap pancasila.

Jikapun terlanjur dalam kesesatan, maka segera lakukan pertaubatan dengan kembali kepada jalan yang benar, jalan itu bernama pancasila. Sebagai jalan kebenaran, pancasila menuntun dan mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Pancasila menjamin atasnya berkeyakinan, dijamin dirinya atas haknya dalam kehidupan sosial kemanusiaan, dengan syarat berkebangsaan, dijamin pula atasnya demokrasi, dan diberikan kepadanya keadilan sosial yang merata tanpa memandang perbedaan.

Pancasila benar-benar jalan terbaik bagi kehidupan bangsa Indonesia. Leluhur bangsa ini sudah menegaskan pancasila itu mutiara yang digali dari tanah bumi pertiwi. Pancasila wujud sebenarnya dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila bukan ideologi asing, ia lahir dari kandungan ibu pertiwi, itulah pancasila sebenar-benarnya jalan bagi Indonesia.

Hakikat Berpancasila

Nilai-nilai luhur pancasila berupa syariat keadilan dan kemanusian tercermin dalam batang tubuh tiap silanya. Pancasila mewakili setiap nilai dari kebudayaan dan agama-agam di Indonesia. Hakikat kehidupan di Indonesia adalah pancasila itu sendiri. Jikapun sengaja mencari pertentanganya, tidak akan ada, karena memang pancasila adalah hakikatnya Indonesia.

Dibanding ideologi lainya, sosialis, marxis misalnya, pancasila lebih baik. Isi dari pancasila jauh melampaui ideologi yang pernah berkembang. Bicara soal kemanusiaan, demokrasi, kebangsaan, keadilan sosial, ekonomi dan politik, pancasila jauh lebih baik dalam menjelaskan semua itu. Hingga saat pantas untuk diyakini, bahwa pancasila adalah ideologi terbaik yang dimiliki Indonesia.

Lebih jauh bicara soal perjuangan berbangsa, saat ini perjuangan yang wajib dilakukan adalah merawat dan mengamalkan pancasila. Kelemahan masyarakat kebanyakan ada pada wilayah pengamalan, minimnya pengamalan itu menjadi alasan munculnya amalan lain (ideologi lain).

Berpancasila Wajib

Wajib hukumnya bagi masyarakat Indonesia untuk mengamalkan pancasila. Apalagi merealisasikan nilai-nilainya dalam setiap kehidupan bermasyarakat. Melalui tradisi pengamalan pancasila dengan mudah nilainya akan selalu diingat dan dipraktekan. Generasi pancasila akan cepat lahir dengan pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Kewajiban pancasila sebagaimana wajibnya orang dalam beragama. Pancasila itu kebutuhan, seperti kebutuhan seseorang ketika lapar ia membutuhkan makan. Sepertinya halnya keteladanan, pancasila merupakan teladan terbaik bagi sikap berbangsa. Begitu pula inspirasi, pancasila merupakan inspirasi terbaik bagi masa depan.

Jika anda orang Indonesia maka berpancasila adalah kewajiban. Berpancasila adalah syarat mutlak bagi setiap orang. Jika ada yang melanggar, berbalik menyerang, atau melangkah diluar jalur-jalur pancasila, maka pantas yang demikian itu dipertanyakan nasionalismenya.

Febri Hijroh Mukhlis

Alumni pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pendiri Yayasan Umm al-Bilaad

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

6 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

6 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

6 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

1 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

1 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

1 hari ago