Sementara sebagian kecil masyarakat di Indonesia ingin mengadopsi dasar negara berdasarkan agama tertentu, banyak negara lain justru kagum dengan Pancasila. Beberapa negara, terutama negara muslim di Timur Tengah, merasa kagum kenapa Indonesia dengan keragaman yang luar biasa mampu hidup secara rukun dan harmonis.
Beberapa negara Islam atau negara dengan mayoritas muslim di Timur Tengah tengah berjuang dalam menata kehidupan negaranya yang penuh dengan perang saudara dan konflik politik sekterian yang tak kunjung selesai. Kebanyakan negara di Timur Tengah tidak seberagam dalam suku, bahasa, etnik dan agama seperti di Indonesia, tetapi konflik sekterian dan politik telah memasung mereka dalam penjaran konflik komunal yang tidak berkesudahan.
Cerita ini pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo yang setiap bertemu dengan pemimpin dunia, raja-raja dan perdana Menteri selalu bertanya tentang resep menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang sangat beragam. Jawaban Jokowi sangat sederhana karena Indonesia memiliki Pancasila. Pancasila mampu menyatukan 17.000 pulau, 714 suku, 1.100 bahasa lokal dan ragam agama dan keyakinan di nusantara ini dalam kehidupan yang harmonis.
Negara Afganistan pernah meminta Indonesia untuk mengirimkan ulama dan Menteri untuk memberikan pengalaman dan pengajaran bagaimana Indonesia mengelola keragaman di bumi nusantara ini. Delegasi dan mahasiswa dari Afganistan pernah berkunjung ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan beberapa kampus seperti Universitas Gadjah Mada untuk mempelajari karakter Islam yang ramah dan santun dan Ideologi pemersatu Pancasila.
Sampai pada cerita ini Saya merasa terheran. Jika negara luar khususnya mereka dari negara Islam dan mayoritas Islam mengagumi Pancasila, kenapa ada masyarakat yang mencoba ingin membangun negara seperti di Timur Tengah dengan dasar negara agama tertentu. Ketika konflik sekterian di beberapa negara Timur Tengah tak kunjung selesai, kenapa mereka ingin mereplikasi kondisi Timur Tengah ke dalam tanah air yang telah lama hidup dalam harmonis?
Baca juga : Pancasila: Vaksin Imunitas Bangsa, Benteng Menangkal Radikalisme
Karena itulah, menjadi ironi jika negara-negara lain mengagumi Indonesia dan Pancasila lalu ada sekelompok yang terus lantang berteriak ingin mengganti Pancasila dengan mereplikasi negara-negara seperti di Timur Tengah. Keinginan itu hanya bersumber dari kepentingan politik yang sekterian yang ingin mengubah harmoni sosial menjadi benturan dan anarki sosial yang tiada henti seperti yang melanda beberapa negara di Timur Tengah saat ini.
Bisa dibayangkan bagaimana gejolak sosial yang terjadi di Timur Tengah yang hanya berisi kegaduhan dan tragedi politik kemanusiaan yang menyedihkan. Beribadah pun menjadi sangat mengkhawatirkan karena suatu saat bom meledak di tengah masyarakat bahkan di tempat ibadah sekalipun. Anak-anak tentu tidak bisa menikmati masa indahnya dengan bermain dan menempuh pendidikan.
Imajinasi kelompok tertentu untuk menguasai dan menonjolkan identitas sekterian di Timur Tengah telah mengorbankan jutaan generasi muslim berikutnya untuk menikmati hidup yang islami dan damai. Kondisi yang terjadi hanyalah kembang api senjata dan letupan bom yang mengerikan yang mewarnai beberapa kota di Timur Tengah. Apakah Indonesia ingin juga direplikasi dengan kondisi seperti itu dengan imajinasi liar mengganti Pancasila yang telah terbukti menyatukan keragaman?
Indonesia dengan penduduk muslim terbesar yang mampu hidup berdampingan dengan non muslim. Tidak ada diskriminasi dan konflik sekterian yang melebar dan terjadi cukup lama di negara ini. Indonesia mempunyai pengalaman sejarah kuno di mana prasasti kerukunan antar agama terukir dalam peninggalan peradaban klasik bangsa ini.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Pancasila merupakan karya besar dari kehebatan para founding father bangsa ini dalam meracik ideologi pemersatu sebagai falsafah berbangsa dan bernegara. Falsafah ini adalah warisan yang harus terus dijaga dan dijalankan yang telah terbukti mengayomi keragaman masyarakat yang multikultural. Jika pun ada gejolak dan dinamika sosial, semuanya bisa diredam dengan musyawarah dan gotong royong.
This post was last modified on 24 Juni 2020 12:33 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…