Categories: Keagamaan

Pelajaran Dari Kota Hebron; Nenek Moyang Kita Sama

Hebron atau Hebrew adalah sebuah kota kecil di Palestina, tidak begitu jauh dari Betlehem, tempat Nabi Isa Al Masih lahir. Orang-orang Arab menyebutnya kota Khalil yang diidentikkan kepada Nabi Ibrahim As yang juga digelari dengan nama Al Khalil. Di Hebron terdapat sebuah masjid yang didalamnya terdapat 3 kuburan nabi, yaitu kuburan nabi Ibrahim As, kuburan Nabi Yaqub As dan kuburan nabi Ishaq As. Hebron sangat terkenal pada masa itu karena selain tersebut menjadi tempat Nabi Ibrahim dan keluarganya berdomisili, kota tersebut juga subur dan memiliki lahan pertanian dan peternakan yang maju, seperti anggur, zaitun, dan buah-buahan lainnya, sehingga Hebron   menjadi salah satu kota pusat perdagangan kala itu.

Di Hebron terdapat sebuah pemandangan yang sangat menarik bagi mereka yang  berkunjung ke kota tersebut. Pemandangan ini tidak akan mungkin ditemukan di kota-kota lain di belahan dunia ini. Paling bisa hanya ditemukan di sekitar pelataran Baitul Maqdis yang juga terdapat beberapa tempat ibadah seperti gereja, wailing wall dan masjid, tapi di pelataran tersebut tempat-tempat suci tiga agama ini masih dipisah dengan jarak beberapa meter seperti, Masjidil Aqsa atau Mesjid Umar Bin Khattab yang dipisah oleh tembok dengan gereja tua di Palestina. Begitupula dengan Wailing Wall yang merupakan tempat meratap orang-orang Yahudi untuk membisikkan pengaduannya kepada Tuhan, juga masih dipisah oleh  jarak dan tempat dengan masjid dan gereja.

Tapi di Hebron sangat berbeda, pemandangannya pun sangat unik. Masjid yang memiliki kuburan Nabi Ibrahim As itu menjadi fokus kunjungan dan tujuan setiap wisatawan yang datang ke kota itu, khususnya pada bulan-bulan November dan Desember, dimana wisatawan begitu padat memenuhi kota tidak perduli apakah mereka Muslim atau Nasrani atau Yahudi; semua masuk ke dalam masjid tersebut dan duduk bersama-sama di pelataran kuburan Nabi Ibrahim As sambil berdoa dan menangis sambil menundukkan muka secara khusyu mengenang sang Bapak semua nabi-nabi.

Halaman kuburan dibagi tiga ruangan yang hanya cukup menampung 10-15 orang saja untuk duduk bersila, mereka hanya dibatasi dengan tali. Satu ruang untuk orang-orang Muslim, satu ruang untuk orang-orang Nasrani dan satu ruang lagi untuk orang-orang Yahudi. Mereka bias saling bertatap muka dan memperhatikan saat mereka duduk bersila. Hampir setiap saat tiga penganut agama samawi di dunia ini duduk bersila di hadapan kuburan Nabi Ibrahim dan masing-masing secara khusyu berdoa seraya menundukkan kepala untuk sang bapak semua nabi-nabi sesuai keyakinan dan cara berdoa masing-masing.

Fenomena unik ini hanya ditemukan di tempat tersebut, dan sudah barang tentu bagi semua yang berkunjung ke masjid ini akan menyadari sepenuhnya bahwa kita sebenarnya berasal dari satu nenek moyang yang membawa agama Tuhan. Kita akan menyadari bahwa sesungguhnya agama Tuhan hanya satu dan tujuannya pun hanya satu. Hanya nama dan masa saja yang membeda-bedakan kita, tapi inti hakikatnya tidaklah berbeda

Lalu kenapa saling memusuhi antara satu dengan yang lain? Menyalahkan dan bahkan memusuhi agama orang lain? lebih celaka lagi jika menganggap mereka bukan bagian dari kita!! sungguh sebuah pertanyaan yang menarik dan mutlak kita jawab masing-masing secara jujur. Jawaban yang pas hanya akan ditemukan jika kita kembali membaca sejarah secara cermat dan memahami teks-teks alquran secara komprehensif dan bertanggung jawab.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Mengapa Solidaritas Ekologis Sulit Tumbuh dalam Masyarakat Beragama?

Di tengah serangkaian bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, muncul satu…

5 jam ago

Pernahkah Membela Ayat-ayat Kauniyah yang Dinistakan?

Pernahkah Anda merenung sejenak di tengah keheningan malam? Ada sebuah ironi besar yang luput dari…

5 jam ago

Jihad Ekologis: Mengintegrasikan Moderasi Beragama dalam Penyelamatan Alam

Diskursus keagamaan kontemporer di Indonesia sering kali mengalami stagnasi pada ranah simbolisme politik. Energi kolektif…

7 jam ago

Menyikapi Isu Islam Politik vs Nasionalisme Jelang Reuni 212

Hari ini, 2 Desember, masyarakat Indonesia menyaksikan kembali perbincangan yang kian mengemuka mengenai ‘Islam politik’…

1 hari ago

Menjual Khilafah di Tengah Banjir: Menggugat Nalar Kaum Fatalis dalam Memandang Bencana

Tragedi air bah yang mengguyur sebagian wilayah Sumatera—mulai dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat—tidak…

1 hari ago

Tafsir Ayat-Ayat Ekologi; Membangun Kesalehan Lingkungan Berbasis Alquran

Alquran tidak hanya membahas relasi antara manusia dsn Sang Khaliq. Lebih dari itu, Alquran juga…

1 hari ago