Dunia maya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Hampir setiap hari, orang mengakses internet, terutama media sosial. Di media sosial, orang kemudian mengkonsumsi berbagai informasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bagi kalangan pemuda, media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian. Tak sekadar sarana komunikasi dan hiburan, media sosial kini bahkan telah menjadi kebutuhan.
Namun, popularitas modia sosial juga membawa dampak negatif. Lalu lintas informasi yang serba cepat dan padat memunculkan informasi atau kabar-kabar yang tak sehat, baik berupa provokasi ataupun kabar bohong (hoax). Pada gilirannya, model berita seperti ini sangat rentan memantik pertikaian dan saling hujat di media sosial. Sopan santun, tata krama, ke-ramah-tamah-an, dan berbagai etika penting dalam berkomunikasi seperti lenyap di media sosial.
Bahkan, belakangan pemerintah dibuat resah dengan begitu masifnya penyebaran berita hoax yang seakan terus merenggangkan ikatan persaudaraan sebangsa. Di samping itu, pergerakan kelompok-kelompok intoleran juga semakin terlihat. Suhu politik yang memanas, ditambah dengan pelbagai kasus menggegerkan belakangan ini, telah membuat masyarakat seakan terbelah dan tak henti-hentinya berkonflik. Beberapa waktu lalu, presiden Jokowi sampai menggelar pertemuan dengan tokoh lintas agama beserta Kapolri dan Panglima TNI untuk membulatkan tekad dan bersepakat untuk menindak tegas pelbagai tindakan yang memecahbelah persatuan dan bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Melihat kondisi bangsa yang terus dirundung pelbagai persoalan kebangsaan tersebut, peringatan Hari Kebangkitan Nasional bisa kita jadikan sebagai momentum untuk kembali bangkit dan menyatukan tekad menguatkan tali persatuan kebangsaan. Pelbagai sentimen, eksklusivitas kelompok, sektarianisme, dan bentuk-bentuk kebencian dengan sesama saudara sebangsa, yang bertolak belakang dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sudah seharusnya dihindari dan dilawan. Terlebih, penyebaran pelbagai bentuk paham maupun gerakan yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Masyarakat harus kembali “sadar” dengan sejarah berdirinya bangsa yang majemuk ini. Masyarakat harus “bangkit” dari belenggu pertikaian dengan meredam egoismenya, egoisme kelompoknya, untuk lebih mengedepankan semangat persatuan bangsa.
Pemuda
Sebagaimana sejarah pergerakan dan kebangkitan bangsa yang banyak diprakarsai para pemuda, maka saat ini pun pemuda diharapkan bisa berperan aktif untuk bangkit dan dan bergerak menebarkan semangat persatuan dan persaudaraan bangsa. Pemuda berperan strategis untuk melawan berbagai provokasi di media sosial, sebab kebanyakan pengguna media sosial dari kalangan remaja atau pemuda. Di samping itu, dengan idealismenya, semangatnya, kreatifitasnya, dan energi para pemuda yang besar, diharapkan bisa disalurkan untuk berkontribusi menyuarakan perdamaian, mengingatkan kembali pada persaudaran, dan nilai-nilai etis di dunia maya. Jangan sampai pemuda justru menjadi bagian provokator pemantik kebencian dan pertikaian di dunia maya.
Pemuda harus bisa tampil sebagai generasi cerdas yang bisa memanfaatkan dunia maya secara positif. Pemuda harus peka dengan realitas, sehingga bisa melihat persoalan yang ada, untuk kemudian menawarkan kontribusi mengatasinya. Dalam konteks sekarang, di mana dunia maya sedang marak dengan berita bohong (hoax) dan informasi provokatif yang sehingga memunculkan kebencian, pertikaian dan saling hujat, pemuda harus bisa menawarkan solusi dengan berkarya atau memproduksi konten-konten dunia maya yang berisi pesan-pesan positif tentang perdamaian dan persaudaraan.
Berkarya
Kita tahu bahwa masa muda merupakan masa di mana seseorang sedang aktif berimajisi dan berkrasi. Dengan idealismenya, pemuda memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu ketika melihat hal yang menyeleweng di masyarakat. Dorongan tersebut harus disalurkan ke hal-hal yang positif, salah satunya dengan berkarya di dunia maya untuk menyuarakan perdamaian, persaudaraan, dan nilai-nilai kebangsaan yang kini mulai luntur di masyarakat kita belakangan ini.
Bentuk karya yang bisa dibuat tentu bermacam-macam, bergantung kegemaran atau keahlian. Bagi seorang pemuda yang gemar menulis, ia bisa menulis artikel atau esai-esai yang menyuarakan pentingnya persaudaraan dan perdamaian bangsa. Atau, artikel-artikel yang mengingatkan kita pada karakter bangsa yang santun, ramah, dan sarat dengan persaudaraan. Artikel tersebut kemudian bisa diunggah di blog pribadi, media sosial, atau dikirim ke media massa online agar bisa dibaca orang banyak secara luas.
Jadi, ketika marak berita atau informasi provokatif, bahkan hoax di dunia maya serta fenomena saling hujat di media sosial, tulisan yang menyuarakan perdamaian dan persaudaraan ini diharapkan akan bisa kembali mengingatkan siapa pun agar tidak mudah terpengaruh dan bisa berpikir jernih. Ibaratnya, jika berita atau informasi hoax adalah racun yang berbahaya, maka tulisan-tulisan tentang perdamaian dan persaudaraan ini adalah obat penawarnya.
Kemudian, bagi pemuda yang gemar atau menggeluti desain gambar, bisa membuat gambar-gambar atau karya grafis yang memuat pesan persaudaraan dan perdamaian. Kita tahu, konten negatif di dunia maya tak sekadar berbentuk tulisan, namun juga banyak yang berbentuk gambar atau foto-foto yang diedit sedemikian rupa menjadi meme yang seringkali memprovokasi orang yang melihatnya. Maka, bagi pemuda yang memiliki kegemaran atau keahlian desain gambar, diharapkan bisa membuat gambar-gambar inspiratif yang bisa mencerahkan masyarakat agar tak mudah terprovokasi gambar-gambar hasil editing.
Selain tulisan dan gambar, satu konten yang tak kalah populer di dunia maya adalah video. Para provokator kadang membuat dan menyebarkan video-video provokatif, dengan cara mengedit sedemikian rupa sehingga memancing kebencian dan amarah bagi yang menontonnya. Dalam hal ini, para pemuda, terutama para youtuber bisa menandinginya dengan karya berbentuk video-video kratif yang menyuarakan pesan-pesan perdamaian dan persaudaraan. Misalnya, dengan membuat film pendek, vlog, atau animasi yang berpesan tentang nilai-nilai persaudaraan dan persatuan.
Menyuarakan perdamaian bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun, cara yang dipilih haruslah inovatif dan kreatif, sehingga apa yang disuarakan nantinya bisa benar-benar diterima publik secara lebih efektif. Di era sekarang, di mana media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian, kampanye perdamaian melalui dunia maya sudah menjadi keharusan. Setap zaman memiliki karakter dan tantangannya masing-masing. Berkarya di dunia maya, dengan menebarkan semangat perdamaian dan persaudaraan menjadi salah satu cara efektif yang bisa dilakukan oleh para pemuda generasi sekarang. Ini merupakan salah satu upaya meneladani spirit persatuan dari momentum Kebangkitan Nasional.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…