Categories: Narasi

Pendidikan Multikultural: Berbenah Dari Pendidikan di Sekolah

Siswa baru telah memasuki fase pembelajaran lanjutan yang lebih matang. Semangat dan impian yang ada di kepala para siswa telah mulai dipancang lebih tinggi, karena di jenjang pendidikan yang mereka masuki kali ini harapan akan pendidikan yang lebih baik terpampang tepat di depan mata.

Pendidikan merupakan salah satu modal utama yang sangat penting dalam membangun sebuah  bangsa, karena melalui pendidikan masyarakat disiapkan untuk menjadi penggerak bangsa yang lebih dapat diandalkan. Karenanya institusi pendidikan memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa generasi muda (siswa) mendapat materi dan model pembelajaran yang bukan saja baik, tetapi juga menarik dan aplikatif. Sehingga kegiatan belajar siswa tidak hanya dipenuhi dengan hafalan teori, tetapi juga praktek langsung yang bermanfaat bagi mereka di kemudian hari.

Harapan baru tentang pendidikan yang lebih baik tersebut telah ditunjukkan dengan kebijakan pemerintah untuk menghapus ‘ritual’ perploncoan yang telah menjadi momok menakutkan bagi setiap siswa yang baru memasuki gedung sekolahan. Sepertinya pemerintah telah mengerti bahwa generasi dengan kualitas tinggi tidak akan bisa didapat dari proses pembelajaran yang justru diawali dengan ragam perploncoan yang penuh bully.

Hal penting lainnya yang tidak boleh luput dari perhatian adalah tentang materi pelajaran. Salah satu penyebab utama dari berseraknya pemikiran dan tindakan yang disesaki dengan kebencian dan kekerasan yang terjadi belakangan ini adalah pemahaman yang sempit –atau bahkan keliru— tentang keberagaman yang seharusnya bisa dirayakan. Maka dalam konteks ini pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk memupuk nilai-nilai persatuan dengan dasar perdamaian kepada seluruh peserta didiknya.

Pendidikan yang berorientasi pada penghargaan keberagaman, karenanya, merupakan sebuah keniscayaan. Siswa harus diajari untuk lebih mengedepankan pemahaman dan sikap toleransi dalam mensikapi keberagaman yang terjadi. Sekolahan harus menjadi tempat netral dimana segala perbedaan dihargai secara setara dan berimbang.

Berkaca pada berbagai aksi intoleran yang terjadi belakangan ini, pemahaman yang sempit terhadap ajaran-ajaran agama kerap menyeruak sebagai penyebab utamanya. Karenanya materi agama yang disampaikan di sekolah harus berorientasi pada penghargaan terhadap keberagaman yang telah menjadi jiwa bagi Indonesia. Mata pelajaran agama tidak boleh lagi disisipi dengan materi-materi ‘rebutan surga’ yang malah membingungkan siswa, karena di atas segala perbedaan yang ada kita adalah satu, Indonesia.

Kita tentu mendamba lahirnya generasi muda yang dapat melanjutkan kebesaran Indonesia dengan cara-cara elegan seperti yang telah ditunjukan oleh para pendiri bangsa, yang dengan segala kerendahan hati bersedia merangkul segala perbedaan demi terciptanya kehidupan sosial yang lebih menentramkan. Karenanya kita harus bersama-sama memastikan bahwa pelajaran diisi dengan materi yang baik dan disampaikan dengan cara-cara yang baik pula.

Akhirnya, kepada adik-adik siswa baru, selamat belajar!

This post was last modified on 3 Agustus 2015 1:20 PM

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Sebuah Refleksi Toleransi di Penghujung Tahun

Desember selalu memiliki aroma yang khas. Ada bau tanah basah sisa hujan sore hari, aroma…

1 jam ago

Polemik Natal Bersama; Mengapa Kaum Konservatif Menganggap Pluralisme Sebagai Ancaman?

Agenda Natal Bersama Kementerian Agama 2025 menuai polemik di tengah masyarakat. Agenda itu dianggap sebagai…

1 jam ago

Merayakan Perbedaan, Menolak Peleburan

Di era modern ini, kita sering terjebak dalam sebuah kerancuan berpikir yang cukup fatal mengenai…

1 jam ago

Memahami Natal Bersama; Bagaimana Relasi Agama dan Negara di Ruang Publik Disruptif?

Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang unik. Kita bukan negara agama, sekaligus juga bukan negara…

1 jam ago

Membangun Ketahanan Nasional Melalui Moderasi Beragama

Ketahanan nasional bukan hanya soal kekuatan fisik atau militer, tetapi juga mencakup stabilitas sosial, harmoni…

3 hari ago

Kembang Sore: Antara Tuhan dan Kehidupan

Dzating manungsa luwih tuwa tinimbang sifating Allah —Ronggawarsita.   Syahdan, di wilayah Magetan dan Madiun,…

3 hari ago