Narasi

Pesan Sosial Isra Mi’raj dan Tugas Kaum Muda Kedepan

Jika melihat realitas kebangsaan kekinian, bangsa ini sedang tidak stabil terlihat dengan masih banyaknya fenomena intoleransi, demoralisasi, korupsi, terorisme, sampai pada kejahatan yang mengatasnamakan agama. Maka menjadi tepat jika di bulan  Rajab ini, kita jadikan ajang merefleksikan pesan-pesan yang terkandung dalam peristiwa fenomenal Isra Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Isra Mi’raj seringkali diperingati  hanya bersifat seremonial saja dan tidak sampai pada hakikat/esensi dari peristiwa tersebut. sehingga pantas saja dalam kehidupan sehari-hari masih sering terjadi  tindakan-tindakan yang membuat perpecahan. Seperti gampangnya bibir menghujat, munculnya keretakan dalam toleransi, dan mencuatnya fenomena ketidaksekawanan sosial masih belum dapat terselesaikan dengan bijak.

Padahal peristiwa Isra sendiri yang disimbolkan dengan perjalanan Nabi dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqhsa Palestina sebenarnya mengindikasikan pesan yang sangat esensial. Isra mengisyaratkan relasi horizontal, maksudnya relasi kemanusiaan. Umat Islam diharuskan membangun komunikasi yang baik kepada sesama sehingga tercipta kehidupan harmonis ditengah perbedaan.

Selain itu penyimbolan masjid dalam Isra menginginkan agar ibadah spiritual yang  dilakukan umat Islam mesti tercermin dalam perilaku kesehariannya. Artinya ibadah spiritual yang dilakukan mesti ditransformasikan nilai-nilainya ke untuk membangun sinergi dalam masyarakat agar tercipta peradaban  yang ramah penuh toleransi. Dengan begitu menjadi jelas bahwa kesalehan spiritual mesti  menjadi kesalehan sosial dalam aktualisasinya.

Adapun mi’raj yang disimbolkan dengan perjalanan ke atas Sidratul Muntaha mengindikasikan relasi vertikal. Maksudnya adalah relasi manusia dan pencipta-Nya. Pesan dari peristiwa Mi’raj  adalah agar umat Islam selalu mendekatkan diri, melakukan segala sesuatu atas perintah Allah SWT,  tanpa mengharapkan apa-apa.

Peristiwa Mi’raj juga menginginkan agar sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dapat diinternalisasikan ketika bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kehidupan keseharian sifat-sifat Tuhan tersebut dapat kita tampilkan dengan semangat saling menjaga baik tindakan maupun prilaku agar  kerukunan tetap terjaga.

Secara keseluruhan semangat Isra Mi’raj menginginkan agar terciptanya relasi yang seimbang antara sesama manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam. Ketiganya harus sinkron dan terwujud dalam gerakan nyata. Di Indonesia khususnya sinkronisasi ketika dapat berwujud dalam upaya Ukhuwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyyah, dan Ukhuwah Basyariyyah.

Namun seperti yang saya utarakan diawal bahwa realitas kebangsaan sedang goyah. Sangat susah untuk melakukan harmonisasi kehidupan bangsa, tetapi bukan pula tidak mungkin. Adanya gejala perpecahan gang nampak dalam tubuh bangsa yang kaya raya ini, memang tidak seharusnya disikapi dengan pesimistis, karenanya di perlukan jiwa-jiwa yang penuh optimisme dan idealisme seperti pemuda untuk mengambil peran untuk menkonsolidasikan/mengupayakan wajah Indonesia yang umum di kenal khalayak, yakni bangsa yang damai dan tentram.

Lalu apa saja yang dapat dilakukan oleh  pemuda?  Pertama, menyatukan diri dalam Slogan ‘NKRI Harga Mati’. Slogan ini mesti mengakar terlebih dahulu dalam nadi pemuda sehingga ke depan yang dilakukannya benar-benar untuk menjaga persatuan bangsa tanpa embel-embel jabatan politik atau yang lainnya.

Kedua, menjadi pribadi yang mencerminkan Indonesia. Maksudnya dalam tingkah laku keseharian, pemuda mesti membumikan watak Keindonesiaannya baik gagasan, ucapan, dan tingkah laku yang dilakukan.

Ketiga, berkonsolidasi sebagai upaya persatuan dalam bingkai kebhinekaan. Baik dilakukan dalam organisasi regional maupun organisasi nasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengkampanyekan pentingnya persatuan ditengah hantaman intoleransi, radikalisme,  dan hal-hal yang dapat merusak persatuan. Dengan Konsolidasi yang baik diharapkan pula pemuda dapat memberikan rekomendasi formula dalam merawat harmoni tenun kebangsaan.

Keempat, ikut dalam usaha mewujudkan egalitarianisme dalam ranah sosial, termasuk melerai konflik dan kesenjangan, menjaga keragaman, dan menegakkan demokrasi serta merawat kekayaan budaya bangsa yang merupakan ciri khas yang telah melewati sepanjang lintasan zaman.

Jika keempat hal ini dapat dilakukan pemuda dengan konsisten ditambah dengan pemahaman penuh terhadap spirit sosial peristiwa Isra Mi’raj.maka menjadi sangat mungkin Indonesia harmonis akan terwujud. Tentu dengan balutan bersatu di tengah keberagaman  mennunjungan tinggi kemanusiaan, dan berupaya menciptakan keadilan demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Moh Zodikin Zani

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

21 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

21 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

21 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

21 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago