Narasi

Pesantren sebagai Benteng Digitalisasi Pendidikan

Di Indonesia, pendidikan menjadi salah satu alternatif terbesar untuk menimba ilmu dan mendapatkan pengetahuan baru. Dari situ seseorang bisa mengembangkan dirinya menjadi orang cerdas, kreatif serta pandai. Baik dalam pemikiran ataupun cerdas dalam tingkah laku.

Ada norma-norma kemanusiaan yang terkandung di dalam pendidikan pesantren. Selain sebagai tolak ukur memahami ideologi kemanusiaan, pesantren juga menjadi alternatif dalam penanaman nilai pengetahuan dan pemahaman yang klasik. Pemahaman yang sebenarnya bisa dijadikan alas untuk mengembangkan potensi pemikiran dan kepribadian seseorang dalam bertindak serta bertingkah laku.  Pada titik tertentu pesantren juga sebagai salah satu upaya membentengi agar tidak terjadi Digitalisasi pendidikan yang bisa dikatakan sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Dalam hal ini,  pesantren berperan aktif dalam mencetak generasi yang berprestasi sekaligus pentingnya menjadi manusia yang nasionalis dalam hidup berdampingan. Dengan adanya pesantren, generasi akan memahami pendidikan yang modern tetapi tidak melupakan pendidikan yang klasik/tradisional.  Sudah seharusnya pesantren menjadi sebuah jembatan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri setiap orang. Yang kemudian bisa berguna untuk bangsa dan negeri tercinta ini. Hingga Indonesia menjadi negara yang makmur dan terbebas dari kebencian. Baik kebencian yang bersifat jasmani ataupun ruhani.

Perihal ini juga bertujuan mencegah munculnya generasi muda Islam yang kurang memiliki cara berpikir rasional, serta kurang berjiwa nasionalis yang banyak disebabkan minimnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai luhur yang ada di Indonesia.  Padahal secara garis besannya pesantren menjadi wadah untuk menjadi pribadi yang beradab dengan ajaran-ajaran tradisional yang menekankan akhlaknya.

Hal inilah yang seharusnya direnungkan bersama. Sebab, ketika kita memahami sejarah, pesantren menjadi dalam satu pencetak generasi yang memiliki budi pekerti yang luhur. Generasi yang paham pentingnya nilai nasionalisme. Hingga banyak yang menjadi pemimpin yang berjiwa nasionalisme.

Dari situlah pesantren menjadi wadah untuk setiap orang dalam menimba ilmu. Yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah alternatif untuk menata bangsa yang arif dan negara yang penuh kedamaian. Hingga kemudian negara ini menjadi negara yang beradab dan terkenal dengan kebudayaannya yang arif. Dengan kata lain, kebudayaan-kebudayaan tradisional tidak terasing, meskipun muncul banyak sekali kebudayaan modern.

Baca juga : Dakwah Online: E-Learning Membanguan Karakter Generasi Digital

Ketika sudah mencapai hal ini, pondok pesantren di Indonesia, pastinya akan bisa menciptakan generasi muda Islam berkarakter santun, cerdas berpikir rasional dan tidak melakukan kekerasan-kekerasan yang mengatasnamakan agama. Penciptaan generasi yang santun, inilah yang akan mengantarkan seseorang dalam memahami konsep perdamaian dan pentingnya kebersamaan. Sesuai dengan yang diajarkan Pancasila, pentingnya sebuah persatuan.

Ada norma-norma kemanusiaan yang terkandung dalam hal ini. Selain sebagai tolak ukur memahami ideologi kemanusiaan, pesantren juga menjadi alternatif dalam penanaman nilai pengetahuan dan pemahaman yang klasik. Pemahaman yang sebenarnya bisa dijadikan alas untuk mengembangkan potensi pemikiran dan kepribadian seseorang dalam bertindak serta bertingkah laku.

Pentingnya Pendidikan Pesantren untuk Generasi Millenial

Secara maknawi, pendidikan memang menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan pemikiran, sekaligus pemahaman seseorang dalam mengakomodasi  pemahaman-pemahaman yang baik. Hingga bisa menjadikan generasi yang santun. Generasi yang paham betul arti keindonesiaan dan bagaimana menjaga keragaman yang ada sekarang ini. Di lain sisi lain juga mengurangi seorang untuk bersinggungan dengan dunia maya.

Dalam hal seorang akan mengerti bagaimana kajian tentang keilmuan dan berkomunikasi dengan orang-orang pesantren. Hingga pada titik tertentu ia lebih mengenal tentang ilmu-ilmu dari hasil interaksi tersebut dibandingkan dengan mereka yang disibukkan dengan dunia maya. Dengan kata lain, penghuni pesantren diajak mengerti kebudayaan, sejarah, serta perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan agar generasi penerus bisa memahami betul, aspek-aspek serta nilai-nilai kemanusiaan dalam mengembangkan Indonesia yang arif dan bersahaja.

Ketika nilai-nilai ini sudah melekat dalam diri setiap orang. Maka, nilai-nilai kemanusiaan akan selalu menjalar dengan baik. Dan, pastinya akan memberikan hal yang positif pula dalam menghayati dan menikmati hidup. Hingga dalam setiap nafas ini akan senantiasa menjalar norma-norma kebaikan yang mengantarkan perdamaian dalam setiap tingkah laku serta pemikirannya.

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Rebranding Pancasila 5.0: Memviralkan Kebangsaan Gen Z di Era Digital

Mari kita bayangkan Indonesia bukan dilihat dari 10 atau 20 tahun yang lalu. Tetapi, bayangkan…

6 jam ago

Dakwah Nge-Pop ala Influencer HTI; Ancaman Soft-Radicalism yang Menyasar Gen Z

Strategi rebranding Hizbut Tahrir Indonesia alias HTI tampaknya cukup berhasil. Meski entitas HTI secara fisik…

10 jam ago

Performative Male: Ruang Gelap Radikalisasi yang Menggurita di Era Gen Z

Validasi adalah sebuah elemen yang melekat pada Generasi Z. Keduanya berkelindan. Tak terpisahkan. Beberapa tahun…

10 jam ago

Membedah Anatomi Gerakan Gen Z; Membangun Imajinasi Keindonesiaan yang Otentik

Geliat gerakan yang dimotori gen Z di sejumlah negara ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata.…

1 hari ago

Wajah Baru Radikalisasi di Dunia Game

Gen Z lahir dengan dua kewarganegaraan. Indonesian citizenship dan internet citizenship (netizen). Bagi mereka, tidak…

1 hari ago

Gen-Z dan Islam Moderat; Bagaimana Ekologi Media Membentuk Identitas Beragama yang Inklusif?

Hasil survei dari Alvara Institute pada tahun 2022 lalu menyebutkan bahwa agama menjadi salah satu…

1 hari ago