Era digital, di mana semua lapisan kehidupan sudah mengglobal, tak jarang nilai-nilai “luar” malah lebih akrab dengan para anak bangsa. Kondisi ini tentu perlu ditanggapi, dengan membangun warga yang tetap kokoh bersandar pada identitas dan karakter bangsa. Membangun identitas dan pendidikan karakter anak bangsa tentu dengan pelbagai cara sesuai dengan kapasitas individu masing-masing. Salah satu media untuk pendidikan karakter itu adalah lewat dakwah on-line.
Tak diragukan lagi, dakwah dan ngaji on-line semakin kesini semakin diminati. Bukan hanya vlog artis saja yang dicari para milenial, tapi materi-materi yang disajikan oleh ustad/kyai lewat on-line juga mendapat perhatian yang serius. Lihat saja, hampir setiap tokoh agama mempunyai followers ratusan ribu, bahkan jutaan orang. Materi yang disajikan, dilike, dikomentari, dishare ke berbagai sosial media lainnya. Tak jarang, malah dibikin quote, video pendek, dan kata-kata motivasi untuk disebarluaskan.
Peluang ini merupakan ladang yang sangat tepat untuk membanguan karakter anak bangsa. Era sekarang adalah era di mana para milenial mencari asupan spiritual dan basis konsep secara instan. Bukan lagi dengan cara-cara konvensional-manual yang membutuhkan waktu lama. Gemerlap kemajuan teknologi ini harus dipergunakan semaksimal mungkin untuk membanguan generasi yang memiliki identitas.
Identitas yang dimaksud adalah rasa persaudaraan, kedamaian, gotong-royong, dan toleransi kepada yang lain. Dengan dakwah on-line, karekter ini diserukan, generasi digital diajak, dan nilai luhur bangsa dikampanyekan. Memang bukan rahasia umum lagi, dunia digital, teknologi-informasi, dan sosial media mempunyai dua sisi kontradiktif. Satu sisi ia bernilai maslahah (positif), kostruktif, dan bisa dijadikan sebagai ladang untuk mendidik dan menumbuhkan karakter generasi bangsa, tetapi di sisi lain ia bernilai mafsadah (negatif), destruktif, dan mencabik-cabik rasa persaudaraan yang dalam tarap tertentu mengancam kehidupan bermasyarakat. Dua sisi yang berlawanan ini tergantung kepada kita yang mengunakannya.
Baca juga : Pengguna Medsos: Membutuhka Pendidikan Karakter
Selain mekankan identitas dan karakter bangsa, dakwah on-line juga bisa berfungsi untuk mempromosikan pemahaman agama subtatnitf. Dengan kata lain, ajaran agama universal yang dijadikan oleh semua agama sebagai basis ajaran. Nilai universal itu adalah kesetaraan, persaudaraan, kasih-sayang, dan tanggungjawab. Nilai-nilai ini dalam dakwah online, harus menjadi prioritas setiap tokoh agama untuk dijadikan sebagai acaun dalam mengampanyekan ke khalayak masyarakat.
Dakwah online yang memperhatikan subtansi agama, maka tidak akan lahir dua penyakit utama yang bersemayam di sosial media: penyangkalan dan penegasian terhadap liyan. Penyangkalan adalah dengan menganggap bahwa hanya kelompoknya saja yang benar, yang lain adalah salah. Akibatnya, penegasian terhadap orang/kelompok lain dengan memberikan cap kafir, sesat, bidah, masuk nereka, sembari diiringi tindakan ujaran kebencian, hoax, caci-maki menjadi hal yang lumrah dijumpai, terutama di media sosial. Kedua sikap ini mengakibatkan dis-harmoni: kedamaian rusak, rasa persaudaraan hilang, toleransi absen, dan tanggujawab sebangsa dan setanah air memudar.
Dakwah on-line dengan pendekatan pendidikan agama subtantif dengan penekanan terhadap nilai terdalam dari setiap agama akan melahirkan anak bangsa yang berkarakter. Berkarakter dalam pengertian menghargai sesama manusia; tidak mempertentangkan antara Keislaman dan Keindonesian. Justru berusaha merawat kedua-duanya. Bila penekanan terhadap nilai-nilai inti dari agama dan terus menerus untuk mengampanyekannya maka akan tercipta genarasi yang beradab; mencintai sesama, dan menyayangi yang lain.
Bila identitas bangsa plus pemahaman agama subtantif yang jadi basis dalam dakwah on-line, maka akan lahir warga yang berkakter inkulusif, bukan hanya religus tapi juga mempunyai wawasan kebangsaan. Generasi yang berkarakter yang bisa membawa negeri ini ke masa depan yang lebih cemerlang.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
View Comments