Mengkritisi praktik kejahatan kemanusiaan yang mengatasnamakan agama itu sangat penting. Karena di satu sisi, praktik kejahatan tersebut akan mencoreng kehormatan dirinya dan agama-Nya. Di sisi lain akan berdampak buruk kepada tatanan sosial yang berlangsung. Agama memiliki substansi rasio-rasio Ilahiah untuk diaplikasikan sebagai jalan keselamatan dan kenyamanan umat manusia.
Jika ada sekelompok orang yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan keagungan-Nya. Niscaya ini merupakan pemalsuan dokumen agama. Karena ini sangat bertolak belakang terhadap jalan keselamatan dan kenyamanan tersebut. Niscaya hawa nafsu dirinya yang bekerja. Bukan rasio ketuhanan. Dia berusaha memaksakan kehendak untuk memunculkan esensi agama yang palsu demi kepentingan dirinya.
Rasio ketuhanan adalah manifestasi dari sebuah kebenaran agama yang bisa memunculkan karakter umat-Nya yang berkepribadian baik. Pribadi-pribadi yang baik itu akan dibentuk dengan pengalaman-pengalaman spiritual menuju Tuhan yang kita sebut sebagai (experience of religions). Karena rasio ketuhanan dapat dibentuk dengan pengalaman, pengetahuan yang luas, penghayatan, serta pentafakkurran diri. Sehingga ekspresi yang muncul adalah kebaikan dalam berpikir, bertindak, serta sikap-sikap yang bijaksana dalam dirinya yang akan membias kepada orang lain.
Imam Al-Ghazali dalam konsep tasawufnya menjelaskan, tentang rasio ketuhanan dalam diri manusia itu ada dan dapat kita gapai dengan melaksanakan perjalanan spiritual. Beliau menyebutnya sebagai perjalanan cinta menuju sang kekasih. Perjalanan ini adalah pertemuan yang sangat luar biasa. Yaitu antara relasi seorang hamba dengan Sang Pencipta.
Baca Juga : Mengembangkan Konsep “Ummatan Wasathan” untuk Mencegah Perpecahan Bangsa
Antara perasaan yang dicintai dan yang mencintai. Sehingga ini akan mentransformasi ke dalam batiniah (hati) yang akan memunculkan karakteristik kebaikan dalam dirinya secara lahiriah. Maka rasio ketuhanan adalah hasil perjalanan cinta yang telah diekspresikan dalam dirinya. Maka yang akan muncul adalah kebaikan bukan kejahatan.
Tidak jarang di antara mereka yang melakukan praktik kekerasan dengan mengatasnamakan Tuhan. Ini justru tumbang ketika kita memahami yang sebenarnya apa yang disebut dengan rasio ketuhanan dalam diri manusia itu justru akan berdampak baik kepada dirinya dan orang lain.
Sedangkan mereka yang melakukan kekerasan justru akan menghancurkan semangat kebaikan tersebut. Sehingga, kita perlu kritis bahwa gerakan radikalisme adalah gerakan pembajakan agama yang bersifat militan dalam bertindak untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan nafsu yang bergejolak.
Hawa nafsu dalam diri manusia sejatinya sangat menjadi perhatian dan kewaspadaan penuh. Karena ini sangat dikhawatirkan akan menghasilkan tindakan yang telah terjadi seperti terorisme, bom bunuh diri, dan kekejian terhadap orang lain. Pola berpikir yang diikuti hawa nafsu adalah cara bagaimana untuk mencapai sesuatu keinginan dengan segala jalan selama garis membentang untuk mendapatkan.
Tidak jarang mereka haus akan kekuasaan rela melegitimasi agama demi kepentingannya. Bahkan tidak jarang mereka yang (hate) (sentiment) terhadap orang lain justru mereka melegalkan agama sebagai pembenar dari praktik penganiayaan.
Fakta-fakta yang terkumpul dalam praktik kekerasan yang mengatasnamakan agama dan keagungan-Nya, sangat jauh dari ekspresi-ekspresi rasio ketuhanan dalam kepribadian-kepribadiannya. Karena mereka adalah pelaku kejahatan kemanusiaan. Mereka menghancurkan kehormatan agama-Nya dan bahkan dirinya. Bahwa, sesuatu perbuatan, lelaku, tindakan seseorang yang berujung kepada keburukan. Niscaya kita harus mengoreksi ulang bahwa sesungguhnya kita telah mengedepankan hawa nafsu dalam setiap aktivitas kita.
Karena rasio ketuhanan akan membentuk karakter yang berkepribadian baik. Serta akan membias terhadap tindakan-tindakan kita yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Semoga bangsa ini dihindari dari kehancuran, karena kecerobohan kita yang mengedepankan hawa nafsu diri dalam beragama.
This post was last modified on 7 November 2019 1:50 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…