Narasi

Ronda Online dan Spirit Baru Dunia Maya Tanpa Hoax, Paham Radikal dan Intoleran

Dunia maya dewasa ini sudah menjadi babak baru dalam perang ideologi. Saling menghujat dan mengujar kebencian terhadap suatu kelompok sangat mudah kita temui di media sosial (medsos). Apalagi dengan pesat dan cepat nya perkembangan teknologi menjadikan kita mudah malakukan apa saja yang kita inginkan. Termasuk membuat berita bohong (hoax).

Benar saja, pada tanggal (28/02) Polisi membekuk 6 orang pelaku penyebaran isu provokatif dan ujaran kebencian (hate speech) yang tergabung dalam Muslim Cyber Army (MCA). jaringan Muslim Cyber Army (MCA) menggunakan aplikasi seperti Zelo, Telegram dan Facebook secara tertutup agar tidak terlacak. kelompok MCA ini merupakan kelompok terstruktur yang menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian. Ada 4 jaringan yang bekerja bertugas untuk menampung, merencanakan, menyebar dan menyerang kelompok lain agar hoaks berhasil disebar kepada masyarakat. (detik.com; 2018)

Kasus diatas semakin mengindikasi bahwa penyebaran hoax dijalankan dengan sangat terstrukrur dan sistematis sehingga sulit kita ketahui dengan kacamata awam. Oleh sebab itu, kita harus bisa mendeteksi sedini mungkin berita-berita yang tersebar luas di medsos agar tidak termakan hoax. Medsos yang semestinya digunakan sebagai wadah silaturahmi kepada sesama serta menjalin komunikasi, malah digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sebagai alat untuk menebarkan berita bohong (hoax) dan menghujat antar sesama sehingga yang terjadi adalah konflik yang berkepanjangan. Ini merupakan ancaman nyata yang mesti kita perangi bersama.

 

Langkah Sederhana

Hoax yang membanjiri dunia maya harus segera kita bersihkan. Oleh karena itu, spirit ‘ronda online’ dunia maya perlu digencarkan untuk menangkal hoax. Septiaji Eko Nugroho (2016) ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax, menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi berita hoax. Pertama, Hati-hati dengan judul provokatif. Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Oleh karenanya, apabila menjumpai hal tersebut, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.

Kedua, cermati alamat situs. Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi. Misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Ketiga, periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya. Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri. Perhatikan juga keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Keempat, cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Kelima, ikut serta grup diskusi anti-hoax. Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, dan lain sebagainya. Di grup-grup diskusi ini kita bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.

Kita menyadari bahwa tantangan yang dihadapi generasi muda zaman now jauh lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Media sosial menjadi momok baru untuk generasi muda. Sebagai pewaris nilai-nilai luhur, generasi muda perlu menyesuaikan nila-nilai fundamental yang telah diperjuangkan oleh pendiri bangsa sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi.

Langkah sederhana dengan melakukan ronda online ini bisa menangkal hoax dan isu SARA yang berkemungkinan memicu konflik sehingga semakin mempersempit pafam radikal dan intoleran masuk melalui dunia maya. Spirit perdamaian dan kekeluargaan bisa kita jadikan platform dalam mempererat persaudaraan antar sesama bangsa. Kita jaga bersama bangsa ini jangan sampai terpecah belah apalagi hanya gara-gara hoax. Amiin

Muhlisin

Recent Posts

Densus 88 Tangkap 3 Teroris di Sulteng dan NTB: Waspada Serangan Terorisme Menjelang Natal dan Tahun Baru!

Indonesia kembali menghadapi ancaman terorisme menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Kepolisian melalui Densus 88…

3 jam ago

Terowongan Penghubung Masjid Istiqlal-Gereja Katedral: Benarkah Mencampuradukkan Akidah?

Pada 12 Desember 2024 kemarin, Presiden RI Prabowo Subianto meresmikan terowongan yang mengubungkan Masjid Istiqlal…

4 jam ago

Hermeneutika Selamat Natal; Mengakhiri Debat Nir-Makna Pengharaman Ucapan Natal

Kontroversi ucapan selamat hari Natal telah menjadi debat tahunan yang selalu mencuat di bulan Desember.…

4 jam ago

Revolusi Syam; Mahdiisme Semu dan Utopia Khilafah Rasyidah

Setelah 13 tahun bertahan menghadapi milisi pemberontak, rezim Bashar al Assad akhirnya tumbang. Hanya butuh…

3 hari ago

Kerapuhan Dalil Kewajiban Hijrah ke Suriah

Panggung ajakan untuk menegakkan khilafah mulai digelar ke permukaan pasca kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS)…

3 hari ago

Hari Kesetiakawanan Sosial untuk Memupuk Keharmonisan Masyarakat

Hari Kesetiakawanan Sosial (HKS) yang diperingati setiap tanggal 20 Desember merupakan upaya membangun keharmonisan interaksi…

3 hari ago