Narasi

Seberapa Islami Pancasila itu?

Di dalam kenyataan sosial, ada sebagian orang yang masih ragu dan “enggan” untuk bersikap atau-pun sepakat terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa. Hal demikian karena menganggap bahwa Pancasila kurang Islami atau-pun tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Asumsi-asumsi yang semacam ini semakin terus melebar ke dalam kehidupan masyarakat. Melunturkan rasa nasionalisme mereka. Hingga berujung pada dua pilihan antara Islam atau Pancasila sebagai prinsip hidup kita.  

Dua pilihan antara Islam dan Pancasila ini sebetulnya telah marak terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan tidak segan, Pancasila juga sering-kali dibanding-bandingkan dengan Al-Qur’an itu sendiri. Dinamika yang semacam ini lahir dari provokasi-provokasi kelompok tertentu. Berupaya membenturkan Pancasila dengan agama. Sehingga, masyarakat semakin yakin bahwa Pancasila dianggap tidak patut dijadikan ideologi bangsa.

Melihat persoalan yang semacam inilah, tulisan ini berupaya untuk melihat seberapa Islami Pancasila itu? Tentu kita akan memberikan contoh prinsip-prinsip Pancasila untuk kita pahami. Lalu kita cari (korelasi) atau titik temu persamaan nilai di dalam ajaran Islam itu sendiri. Sehingga, kita akan memahami berdasarkan pengetahuan kita perihal kadar keislaman Pancasila itu sendiri.

Seperti halnya Pancasila dalam sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan. Dari lima prinsip Pancasila ini, di manakah nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri? Ketuhanan? Jika kita orang Islam, jelas bahwa Islam memiliki prinsip ketuhanan yang mengacu kepada satu Tuhan. Sebagaimana Pancasila dalam sila pertama tentang ketuhanan yang Maha Esa tersebut.

Jika konsep ketuhanan telah sesuai dengan prinsip Islam itu sendiri. Lalu, apakah kemanusiaan itu tidak ada Islam? Atau sangat bertentangan dalam Islam itu sendiri? Jika kita pahami, turunnya Islam sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ini meniscayakan konsep nilai bahwa “Islam diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta” yang berarti, kata (rahmat) di situ meniscayakan fungsi konseptual perihal ekosistem kemanusiaan yang harus dijaga. Bukankah juga sesuai dengan ajaran Islam?

Dua prinsip ketuhanan dan kemanusiaan jika kita korelasi-kan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri, faktanya telah benar-benar sesuai dan memang, Islam justru sangat relevan dengan dua prinsip tersebut. Hal demikian juga telah clear tidak ada pertentangan sedikit-pun. Lalu, bagaimana dengan konsep persatuan?

Apakah Islam tidak mengajarkan prinsip untuk bersatu? Sebagaimana Pancasila memiliki prinsip nilai akan pentingnya persatuan? Jika kita pahami, Islam sangat melarang (berpecah-belah). Artinya apa? Islam sendiri sangat relevan dengan prinsip atau anjuran untuk bersatu-padu jangan berpecah-belah karena suatu persoalan. Hal demikian-pun Pancasila juga mengenal konsep musyawarah. Apakah di dalam Islam musyawarah itu boleh? Atau bertentangan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Jika kita kaji secara mendetail perihal hubungan manusia satu dengan manusia lain di dalam Al-Qur’an atau (hablumninannas) itu banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan secara mendetail akan pentingnya musyawarah. Hal demikian agar tidak mengedepankan ego satu pihak dan hanya pada satu kelompok saja. Tetapi berdasarkan keseimbangan dengan jalur musyawarah tersebut. Di sinilah Pancasila perihal musyawarah juga sebagai prinsip nilai yang ada di dalamnya.

Lalu, antara ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan musyawarah itu telah kita temukan korelasi atau titik temu dengan prinsip Islam itu sendiri. Maka, prinsip Pancasila yang terakhir perihal keadilan. Apakah Islam melarang konsep keadilan? Tentu pertanyaan ini akan mengingatkan kita kembali kepada sejarah pertama kali Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam di Arab yang penuh dengan penindasan, eksploitasi dan ketidakadilan. Sehingga, dengan adanya Islam inilah semua praktik yang demikian mulai dihilangkan. Dari pemahaman yang semacam ini, tentu kita akan memiliki kesimpulan, seberapa Islami Pancasila itu?.

This post was last modified on 4 Juni 2021 5:15 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

14 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

14 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

14 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

2 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

2 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

2 hari ago