Narasi

Solidaritas Agama-Agama untuk Palestina

Sebagai kekeliruan besar, ketika menganggap kezhaliman Israel atas rakyat Palestina dipahami sebagai kezhaliman Yahudi atas Islam. Meskipun mayoritas rakyat Palestina beragama Islam, tetapi ini bukan perang agama. Seperti yang dikatakan Rabi Yahudi Naftuli Flohr, bahwa kezhaliman Israel telah melanggar ajaran-ajaran Taurat dan Judaism.

Solidaritas perdamaian dan kemanusiaan untuk Palestina pada hakikatnya tumbuh dan hadir dalam agama-agama. Karena semua agama tidak pernah mengajarkan kezhaliman. Sebab di dalam ajaran Yahudi, seperti yang dikatakan oleh Rabi Jeremy Milgrom dengan istilah Gadol Hashalom bahwa kemanusiaan dan perdamaian adalah nilai-etika tertinggi dari semua nilai yang ada.

Yahudi sendiri memiliki prinsip bahwa manusia adalah representasi Tuhan Image of Good. Seperti dalam Ibrani, teks (Yes 32:17) “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”. Ini sebagai satu dalil penting mengapa begitu banyak orang-orang Yahudi termasuk para Rabi yang menentang kezhaliman yang dilakukan Israel atas Palestina.

Jangan terjebak ke dalam pola sentiment beragama yang menganggap ini perang antara Islam dan kafir. Pandangan demikian justru akan menjadi “racun” karena dimanfaatkan kelompok radikal untuk sebuah kepentingan politik. Jangan mudah diajak untuk menegakkan negara khilafah yang dianggap persatuan jihad Islam untuk membalaskan derita rakyat Palestina dengan memerangi non-muslim.

Solidaritas agama-agama untuk Palestina sangatlah menjunjung perdamaian, mengutuk pelanggaran kemanusiaan dan menjunjung nilai-nilai kemerdekaan. Seperti di dalam ajaran Kristen. Solidaritas umat Kristen (Protestant-Katolik) memiliki prinsip bahwa bumi tak boleh ternodai oleh kezhaliman dan harus berada dalam kedamaian.

Dalam ajaran Kristen mengacu pada (Kolose 1:20) bahwa “Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya baik yang ada di bumi maupun yang ada di Karena Surga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus”.  Atau di dalam (Yohanes 14:27) “Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku kuberikan kepadamu”.

Bahkan di dalam (Kisah Para Rasul 10:36) “Itulah firman yang ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan dami sejahtera oleh Yesus Kristus”. Bahwa kedamaian merupakan entitas penting yang harus dibangun dalam beragama. Maka sangat korelatif umat Yahudi dan Kristen dengan berpijak pada dalil yang disebutkan di atas, seharusnya menjadi spirit dalam menumbuhkan solidaritas Palestina untuk mengecam segala pelanggaran kemanusiaan dan menyuarakan perdamaian di Palestina.

Dalam perspektif Islam, perdamaian itu sangatlah penting. Tentu saudara kita yang di Palestina tak membutuhkan seruan yang kontra-produktif. Seperti seruan khilafah atau jihad Islam untuk berperang. Karena amanat Islam meniscayakan kita untuk menyeru perdamaian dan tentunya mendukung komitmen kebangsaan atas perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina, seperti dalam (Qs. Al-Baqarah:224) bahwasanya “Janganlah kamu jadikan (nama Allah) dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa dan menciptakan perdamaian di antara manusia. Allah Maha mendengar lagi maha mengetahui”.

Selain perspektif Islam, Yahudi, Kristen, ajaran Hindu juga sangat kental dalam membangun spirit solidaritas Palestina yang tepat sasaran. Yakni menyuarakan kemanusiaan, mengecam kezhaliman, menjadikan solusi damai dalam koridor dukungan kemerdekaan atas Palestina.

Seperti dalam Hindu kita mengenal dalam ajaran Veda. Bahwa ada 6 ajaran yang menjadi prinsip solidaritas agama-agama untuk Palestina yang harus menjadi komitmen umat Hindu. Yaitu Vasudeva Kutumbhakam: semua ciptaan-Nya bersaudara, Ahisma: tanpa kekerasan/tidak melakukan penyiksaan, Tat Twam Asi: Engkau adalah Aku, Tri Kaya Parisudha: berpikir, berkata dan berbuat yang baik dan benar, Tri Hita Karana: keselarasan antar Tuhan, sesama manusia dan lingkungan dan Satyam Siwam Sundram: kebenaran, kebajikan dan keharmonisan.

Dari beberapa perspektif agama dan dalil yang disebutkan di atas. Ini sebagai satu (penjernihan pemahaman) bahwa konflik yang terjadi di Palestina bukan konflik antar Islam dan Yahudi. Ini bukan peperangan agama karena di dalam perspektif agama-agama yang dijabarkan di atas sangat mengecam kezhaliman yang dilakukan Israel dan mendukung perdamaian serta kemerdekaan rakyat Palestina. Inilah adalah komitmen dan solidaritas agama-agama yang harus dipegang dalam mendukung kemanusiaan yang ada di Palestina.

Saiful Bahri

Recent Posts

Mengantisipasi Residu Kebangkitan Terorisme di Suriah dengan Ideologisasi dan Diplomasi

Perkembangan mengkhawatirkan terjadi di Suriah. Kelompok pemberontak Suriah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad…

1 jam ago

Algoritma Khilafah; Bagaimana Para Influencer HTI Mendominasi Semesta Virtual?

Pasca dibubarkan dan dilarang pemerintah pada medio 2019 lalu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan…

2 jam ago

Islam Membaca Fenomena Golput : Kegagalan Demokrasi atau Apatisme Politik?

Gawai besar pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Daerah (Pilkada) serentak telah usai dihelat 27 November…

3 jam ago

Tantangan dan Peluang Penanggulangan Terorisme di Era Prabowo

Predikat zero terrorist attack di akhir masa pemerintahan Joko Widodo sekilas tampak menorehkan catatan positif…

1 hari ago

Peran Agama dalam Membangun Ketahanan Demokrasi Pasca Pilkada 2024

Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Ajang ini melibatkan…

1 hari ago

Membongkar Nalar Fetakompli HTI; Benarkah Menolak Khilafah Berarti Anti-Islam?

Dalam sebuah wawancara, mantan teroris Ali Imron pernah berkata bahwa ia bisa meradikalisasi seseorang hanya…

1 hari ago