Narasi

Solidaritas Palestina dan Soliditas Kebangsaan : Jauhi Polarisasi Berdimensi Sentimen Agama

Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel” Bung Karno

Konflik Israel-Palestina telah berlangsung cukup lama, lebih dari 100 tahun perang kedua negara berlangsung. Jutaan orang tak berdosa meregang nyawa, terutama rakyat Palestina. Tentu, tidak hanya itu, perang selalu menyisakan problem penistaan kemanusiaan; pemerkosaan, pelecehan, dan sederet aksi menciderai kemanusiaan yang lain.

Lebih jauh, konflik Israel-Palestina adalah peristiwa internasional yang selalu menjadi pusat perhatian dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Sejak awal konflik 100 tahun yang lalu, masyarakat Indonesia selalu memberikan dukungan untuk negara Palestina dalam berbagai bentuk dukungan dan bantuan kemanusiaan.

Sayangnya, sebagai akibat dari perkembangan teknologi digital terutama media sosial yang memberikan akses informasi sangat cepat, kerap kali informasi yang didapat oleh masyarakat bukanlah gambaran utuh yang sesungguhnya terjadi di tanah konflik, Palestina. Informasi yang tersaji kerap dibumbui informasi hoaks untuk suatu kepentingan terutama kepentingan politik.

Tak terkecuali saat ini, Indonesia sedang berada di tahun politik menjelang Pilpres. Sangat mungkin konflik Israel-Palestina dimanfaatkan sebagai media meraup dukungan masyarakat dengan mengangkat isu-isu strategis konflik Israel-Palestina sekalipun dengan bumbu-bumbu hoaks dan fitnah. Akibat dari itu adalah masyarakat terpolarisasi ke dalam kubu-kubu yang bisa menyebabkan disharmoni, bahkan disintegrasi bangsa.

Tidak mustahil, pemahaman yang sepotong-sepotong itu akhirnya membuat masyarakat terbelah ke dalam faksi pendukung dan penghujat. Disinformasi terkait konflik Israel-Palestina yang banyak beredar di media massa, khususnya melalui media sosial yang dibalut untuk suatu kepentingan politik, akan membawa akibat buruk terhadap soliditas kebangsaan kita.

Senyatanya, konflik Israel-Palestina adalah sebuah perjuangan rakyat Palestina supaya mereka bebas dari kolonialisme Israel. Karenanya, wajar bahkan kita wajib mendukung Palestina sebab penjajahan Israel atas Palestina adalah sebuah tindakan yang melanggar kesepakatan dunia internasional serta menciderai kemanusiaan.

Namun begitu, tetap saja ada beberapa orang dan kelompok yang tidak mengerti akan hal itu, kemudian melakukan berbagai bentuk provokasi baik dengan dalih Israel mempertahankan diri karena diserang atau memposisikan Palestina sebagai biang kerok terjadinya konflik. Hal ini tak jarang menimbulkan ketegangan diinternal masyarakat Indonesia. Dari situ muncul sentimen agama yang mengancam ambruknya bangunan soliditas kebangsaan kita.

Sebagian masyarakat menganggap bahwa konflik Israel-Palestina adalah konflik agama antara Islam versus Yahudi. Kelompok ini di Indonesia cukup mendominasi sehingga masyarakat akhirnya terpolarisasi ke dalam dukung mendukung berdasarkan sentimen agama. Hal ini membuka ruang gerak kelompok radikal di Indonesia dengan cara memancing di air keruh. Ada kesempatan bagi kelompok radikal untuk melakukan adu domba dan provokasi dengan menguatkan sentimen agama. Sudah pasti akan menyulut emosi dan kebencian.

Sebagian yang lain menganggap konflik Israel-Palestina sebagai konflik politik dan kemanusiaan. Bahwa yang terjadi adalah bentuk penjajahan modern Israel atas Palestina. Israel telah merampas tanah Palestina untuk mendirikan negara Israel. Kelompok ini meyakini konflik Israel-Palestina bukan konflik agama. Tidak ada ada unsur agama yang melatari konflik tersebut karena baik Israel maupun Palestina bukanlah entitas satu agama tertentu.

Harmonisasi antar agama yang telah berjalan cukup baik, kuatnya persatuan tanpa sentimen keagamaan dan kedamaian di Indonesia terancam. Soliditas Kebangsaan kita bisa retak gegara hal itu. Lebih-lebih pemanfaatan isu-isu konflik tersebut untuk politik dan kepentingan kelompok radikal.

Pentingnya Solidaritas Lintas Iman untuk Palestina dan Soliditas Kebangsaan tetap Terjaga

Kita tidak boleh terpengaruh oleh sajian informasi terutama di media sosial yang beranggapan bahwa konflik Israel-Palestina murni konflik agama. Telah menjadi pengetahuan umum konflik di sana merupakan upaya rakyat Palestina mempertahankan tanah air mereka. Indonesia tegas mengatakan “penjajahan harus dihapuskan”.

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dari latar agama apa saja seharusnya memberikan dukungan terhadap Palestina yang sedang berjuang untuk kemerdekaan bangsanya. Sekali lagi, Palestina bukan entitas satu agama tertentu. Masyarakat Palestina tidak hanya penganut agama Islam saja, ada agama lain yang dianut.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang anti penjajahan hendaknya bersama melakukan aksi-aksi solidaritas kemanusiaan lintas iman. Menghimpun bantuan-bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina serta melakukan doa bersama supaya tragedi kemanusiaan yang terjadi di tanah Palestina segera usai.

Relawan kemanusiaan yang dibentuk di Indonesia hendaknya tidak lagi berdasarkan golongan agama tertentu melainkan murni dari komitmen kemanusiaan semata. Sehingga solidaritas kemanusiaan untuk Palestina dengan sendirinya membangun dan lebih memperkuat soliditas kebangsaan kita. Konflik Israel-Palestina bagaimana pun caranya harus dihentikan, bukan untuk menimbulkan konflik yang lebih luas. Konflik di sana tidak semestinya menjalarkan konflik baru yang justru akan menambah derita kemanusiaan.

Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai dan anti penjajahan. Masih jelas terngiang di telinga kita pidato Bung Karno tahun 1962 silam, beliau tegas berkata: “selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel”.

Oleh karenanya, aksi-aksi solidaritas lintas iman sangat perlu dilakukan untuk menunjukkan kepada dunia dan sebagai sebuah komitmen kemanusiaan bahwa Indonesia adalah bangsa yang anti penjajahan. Disamping itu, masyarakat Indonesia dari berbagai agama perlu melakukan doa bersama sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina yang saat ini ditindas oleh penjajah modern bernama “Israel”.

Dengan cara itu, dengan aksi-aksi lintas iman mendukung Palestina yang sedang dijajah kita telah menunjukkan jati diri bangsa yang anti penjajahan sekaligus memperkuat soliditas kebangsaan di atas dasar-dasar kemanusiaan. Bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia tanpa melihat mereka dari agama mana dan dari golongan siapa.

This post was last modified on 15 November 2023 4:02 PM

Abdul Hakim

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago