Status Pandemik Covid-19 hampir dua bulan berlaku dan belum dicabut oleh WHO. Status bencana nasional di Indonesia juga masih berlaku hingga 31 Mei 2020. Beberapa negara sudah melakukan pelonggaran seiring dengan trend penurunan kasus. Sedangkan di Indonesia kasusnya belum mengindikasikan trend melandai.
Waktu dua bulan di rumah saja dan dampak yang semakin luar biasa membuat publik semakin bosan dan terjepit ekonominya. Protokolnya tetap harus dijaga, tidak boleh panik tetapi juga tidak boleh lengah. Dalam kondisi seperti ini butuh energi spirit yang dapat diserap massal guna bangkit kembali melawan pandemi Covid-19. Hal ini seiring momentum puasa Ramadan dan akan diperingatinya Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2020.
Inspirasi Kebangkitan
Kebangkitan dalam keterpurukan tidaklah mudah. Publik membutuhkan inspirasi yang mampu mendorongnya bangkit kembali. Banyak sumber dapat dijadikan sumber inspirasi.
Pertama adalah spiritual. Momentum puasa menjadi tepat dalam menguatkan aspek fundamental yaitu spiritual. Setiap muslim diajarkan untuk percaya adanya jaminan dari Allah SWT bahwa setiap penyakit yang diturunkan ada obat dan ahli yang bisa menyembuhkannya. Allah SWT juga menjamin kabulkannya doa, tentu termasuk doa agar segera dihilangkan kondisi pandemik Covid-19 ini. Namun demikian harus diikuti usaha atau ikhtiar. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11). Kebangkitan melawan Covid merupan usaha besar yang dapat dioptimalkan dengan spirit menjemput jawaban Allah sekaligus mendapatkan pahala-Nya.
Baca Juga : Ramadhan, Kebhinekaan, dan Kemanusiaan
Kedua adalah nasionalisme. Hari Kebangkitan Nasional merupakan salah satu momentum besar bagi bangsa Indonesia guna mengenang nasionalisme para pejuang. Mereka terus berjuang dari berbagai lini, baik intelektual hingga turun ke medan perang. Tidak kenal lelah apalagi bosan hingga tetes darah penghabisan.
Ketiga adalah dedikasi tenaga medis. Banyak tenaga medis mengorbankan segalanya, baik waktu untuk keluarga, kesehatannya bahkan nyawanya. Sudah puluhan korban selama pademik ini dari kalangan medis yang berjuang di garda terdepan melawan Covid-19. Tentu kita harus mendukung perjuangan mereka dengan mengikuti protokol pencegahan dengan baik.
Meraka adalah pahlawan dalam pandemic Covid-19 ini. Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk lahir menjadi pahlawan. Dalam kondisi pademik ini rebahan di rumah saja dapat menjadi jalan kepahlawanan. Apalagi jika ditambah dengan aksi filantropi membantu sesama yang terdampak.
Transformasi Spirit
Spirit untuk bangkit mesti ditransformasikan melalui gerakan masif. Butuh dukungan semua pihak dalam melakukannya. Ulama dapat memanfaatkan momentum Ramadan guna memberikan sentuhan spiritual yang mendukung upaya penanggulangan pandemik. Era pandemi ini meskipun ibadah di masjid tiada, namun kajian-kajian virtual menjamur. Daya sebarnya yang luas dan masif cukup efektif. Jangan sampai justru sebaliknya menyebarkan ajakan kontraproduktif berbalut dalil agama.
Pemerintah juga mesti menunjukkan keteladanan, ketegasan dan keadilan. Jaminan kehidupan warga terdampak mesti diperhatikan dan diminimalisasi terjadinya polemik yang berpotensi konflik. Konsistensi kebijakan harus diperlihatkan agar tidak menimbulkan antipati publik. Kebosanan dan terjepitnya publik akan mudah menyulut emosi dan perlawanan atas kebijakan jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang adil dan konsisten. Protokol, PSBB atau apapun akan sia-sia jika publik melakukan perlawanan meskipun skala kecil. Pemimpin harus memotivasi rakyat untuk bangkit kembali melawan Covid.
Publik sendiri baik individual maupun kolektif melalui lembaga atau organisasi memiliki peran strategis. Transformasi dapat dimulai dari diri sendiri, lanjut ke keluarga, sosial masyarakat, hingga kewilayahan dan kenegaraan. Transformasi digital menjadi sarana paling efektif saat ini. Konten positif yang diperbanyak untuk disebarluaskan. Perlawanan terhadap konten negatif harus dilakukan bersama. Selain saling memberi dukugan spirit bangkit, aksi nyata dapat dilakukan. Diantaranya adalah gotong royong menjaga keamanan wilayah, aksi kemanusiaan kepada tetangga atau sesama yang terdampak dan mendesak.
Kondisi seperti ini membutuhkan dukungan bersama untuk bergandengan tangan. Sebagaimana filosofi Jawa Holopis Kuntul Baris yang bermakna gotong royong atau kerja sama. Gotong royong adalah saling bahu membahu untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan tulus tanpa kecurigaan. Dalam kondisi ini konteks gotong royong yang paling dibutuhkan adalah saling tolong menolong mencukupi kebutuhan hidup.
Selanjutnya transformasi bangkit juga mesti dilakukan dengan spirit sebagaimana filosofi Jawa cancut taliwondo. Artinya menyingsingkan lengan baju atau bermakna bergerak dan bergegas untuk bekerja keras. Bangkit melawan covid butuh kerja keras, keseriusan dan sesegera mungkin. Kedua filosofi tersebut demi membuahkan keadaan yang toto tentrem karto rahardjo atau masyarakat adil makmur dan negara aman sentosa. Kondisi normal ini akan pulih jika pandemic covid-19 telah berlalu.
This post was last modified on 13 Mei 2020 1:43 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…