Narasi

Spirit Perdamaian dalam Islam

Islam merupakan agama perdamaian. Setiap muslim yang beriman kepada Allah SWT wajib menjaga perdamaian. Jangan sampai hanya karena adanya perbedaan suku, ras, dan antargolongan, menjadikan seorang muslim memiliki musuh. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun pernah berpesan, “Tidak sempurna iman seseorang, yang tetangganya tidak aman dari kejahilannya (gangguannya).” (HR. Bukhari).

Seorang muslim tidak saja menjaga diri dari berbuat onar di mata masyarakat, namun juga harus memberikan kasih sayang kepada orang lain dengan maksimal. Atas nama kemanusiaan, seorang muslim mesti dapat merasakan segala apa yang dirasakan orang lain, baik itu adalah perasaan nyaman atau tidak. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).

Betapa besar perhatian Nabi Muhammad SAW terhadap perdamaian atas nama kemanusiaan membuatnya tidak saja berorasi, namun juga menjadi pelopor perdamaian. Dalam setiap laku hidupnya, ia selalu menebar kasih sayang terhadap semua orang (termasuk pemeluk agama lain). Maka tidak mustahil manakala ia menjadi orang yang sangat dipercaya menjaga berbagai amanah dari para “musuh”-nya. Dalam interaksi sosial, Nabi Muhammad SAW tidak pernah membeda-bedakan antara kaum muslimin dan kaum non-muslim. Baginya, semua diberi perhatian dan kasih sayang.

Yang menjadi persoalan sekarang adalah agama Islam dinilai sebagai agama yang sangat menakutkan. Di mata dunia, agama Islam dinilai sebagai agama teror yang penuh dengan nuansa radikal. Saat ini, banyak penduduk dunia yang ketika mendengar kata “Islam” maka yang terbesit dalam benaknya adalah tindak kekerasan, yakni bom bunuh diri, terorisme, hingga sabetan pedang.

Sebagai umat Islam, kita tidak bisa mengelak dari persepsi yang menggejala di masyarakat dunia. Realitasnya memang demikian, agama Islam saat ini diliputi dengan nuansa kekerasan. Di mana-mana ada tindak kekerasan yang mengatasnamakan kelompok Islam. Bahkan, terdapat kelompok yang mempercayai bahwa tindak kekerasan yang dilakukan adalah tindakan yang dapat dibenarkan. Jangankan merasa dosa, mereka justru berharap untuk bisa mendapatkan surga berikut puluhan bidadari, berkat melakukan tindak kekerasan.

Kelompok yang sudak melakukan aksi kekerasan ini seakan lupa (atau justru sengaja melupakan) terhadap pesan damai yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Kelompok ini selalu mengungkapkan kata-kata “jihad” dalam rangka menyucikan segala tindak kekerasan yang dilakukan. Bahkan, dalam mengartikan jihadpun mereka selalu menghubungkan dengan kata perang (qital).

Bermula dari sinilah, kita sebagai umat Islam mesti merasa prihatin dengan kondisi Islam terkini. Islam yang selalu mengajarkan perdamaian justru tercoreng dengan segala tindak kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. Agama Islam murni seakan terkubur dengan adanya tindak anarkhis yang dilakukan sebagaina kecil umat Islam.

Selain merasa prihatin, kita mesti terus memupuk spirit perdamaian dan persaudaraan atas nama kemanusiaan sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Dengan adanya upaya memupuk semangat perdamaian, kita akan dapat mengembalikan citra Islam di mata dunia. Ketika terdapat kelompok (yang mengaku Islam) melakukan aksi kekerasan, semoga akan bisa ternetralisir dengan adanya upaya memupuk perdamaian dan persaudaraan atas nama kemanusiaan.

Persaudaraan atas nama kemanusiaan tidak saja terjadi karena persamaan suku, ras, atau agama melainkan karena sesame manusia. Betapapun perbedaan terjadi di berbagai lini kehidupan, dengan mengatasnamakan kemanusiaan, maka seseorang akan dengan mudah memupuk persaudaraan dan perdamaian. Wallahu a’lam.

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Soft Terrorism; Metamorfosa Ekstremisme Keagamaan di Abad Algoritma

Noor Huda Ismail, pakar kajian terorisme menulis kolom opini di harian Kompas. Judul opini itu…

13 jam ago

Jangan Terjebak Euforia Semu “Nihil Teror”

Hiruk pikuk lini masa media sosial kerap menyajikan kita pemandangan yang serba cepat berubah. Satu…

15 jam ago

Rejuvenasi Pancasila di Tengah Fenomena Zero Terrorist Attack

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Peringatan itu merujuk pada pidato Bung Karno…

15 jam ago

Menjernihkan Makna “Zero Terrorist Attack” : Dari Penanggulangan Aksi Menuju Perang Narasi

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia patut bersyukur karena terbebas dari aksi teror nyata di ruang…

15 jam ago

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

6 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

6 hari ago